Hatim Bin Al Asham Bungkam Syaithan
Lalu Hatim menjawab,”Aku makan kematian, aku memakai kafan, dan aku tinggal di kuburan’”. (Shifat Ash Shafwah, 4/132)
Mencampuri Urusan Allah
BISYR BIN HARITS suatu saat melakukan
perjalanan di pesisir Abadan lalu beliau menyaksikan seseorang yang
kedua tangan dan kakinya putus karena kusta dan ia juga buta. Hal itu
mendorong Bisyr untuk mengamati laki-laki tersebut, hingga dalam hatinya
ia berkata,”Sudah terjangkit kusta, buta lagi”.
Namun Bisyr terkejut, tatkala laki-laki itu berteriak,”Siapa ini yang terlalu memaksakan diri, hingga mencampuri urusanku dengan Allah?!”
Bisyr pun berkata,”Perkataannya memberikan pelajaran bagiku”. (Shifat Ash Shafwah, 4/53).*
ABU IMRAN AT TIMAR suatu saat pergi sebelum waktu
shubuh tiba menuju masjid Hasan Al Hafri dan saat itu pintu masjid
tertutup. Hasan sendiri terdengar memanjatkan doa dan terdengar pula
banyak yang mengamininya. Abu Imran pun duduk menungu di depan pintu
masjid hingga doa selesai dipanjatkan. Kemudian setelah itu Hasan
mengumandangkan adzan lalu membuka pintu masjid.
Abu Imran pun segera masuk masjid, namun ia terheran tatkala ia tidak menemui seorang di dalamnya kecuali Hasan Al Hafri. Kemudian Abu Imran pun mengisahkan apa yang ia alami sebelumnya kepada Hasan Al Hafri, dan beliau pun menjawab,”Mereka itu adalah para jin penduduk Nushaibi, mereka datang bersama kami untuk ikut serta dalam menghatamkan Al Qur`an setiap malam Jumat.” (Shifat Ash Shafwah, 4/ 359
Namun Bisyr terkejut, tatkala laki-laki itu berteriak,”Siapa ini yang terlalu memaksakan diri, hingga mencampuri urusanku dengan Allah?!”
Bisyr pun berkata,”Perkataannya memberikan pelajaran bagiku”. (Shifat Ash Shafwah, 4/53).*
Para Jin Ahli Al Qur`an
Abu Imran pun segera masuk masjid, namun ia terheran tatkala ia tidak menemui seorang di dalamnya kecuali Hasan Al Hafri. Kemudian Abu Imran pun mengisahkan apa yang ia alami sebelumnya kepada Hasan Al Hafri, dan beliau pun menjawab,”Mereka itu adalah para jin penduduk Nushaibi, mereka datang bersama kami untuk ikut serta dalam menghatamkan Al Qur`an setiap malam Jumat.” (Shifat Ash Shafwah, 4/ 359
Ja'far=Lapar Lalu Kabur
JA'FAR AL KHALDI suatu saat melakukan perjalan
melalui padang pasir, dan selama 24 hari beliau tidak memiliki makanan
cukup. Sampai suatu saat beliau menemukan ada sebuah gubuk yang di
dalamnya ada seorang pemuda melaksanakan shalat. Dalam hatinya Ja'far
berbicara,”Nanti malam mungkin makanan dikirim untuknya hingga aku bisa
makan bersamanya”.
Namun setelah lama menunggu hingga malam, ternyata tidak ada yang datang kepada pemuda itu untuk mengirim makanan. Esoknya Ja'far masih menunggu, ternyata tidak juga ada yang mengirim makanan kepada pemuda itu, hingga lusanya pun keadaan tidak berubah. Selama tiga hari ternyata tidak ada yang mengirimi makanan untuk pemuda itu. Maka dalam hatinya Ja'far berkata,”Ini adalah syaithan! Ini bukan manusia!” Jakfar pun bergegas meninggalkan tempat itu.
Setelah beberapa bulan berlalu, suatu saat Ja'far duduk di rumahnya dan ia pun mendengar pintu diketuk. Ja'far pun membuka pintu dan tanpa disangka ternyata tamu itu adalah pemuda yang pernah dilihatnya di gubuk padang pasir. Pemuda itu pun mengucapkan,”Wahai Ja'far, engkau seperti namamu. Ja’a wa farr (lapar lalu kabur)”. (Shifat Ash Shafwah, 4/312,313)
Namun setelah lama menunggu hingga malam, ternyata tidak ada yang datang kepada pemuda itu untuk mengirim makanan. Esoknya Ja'far masih menunggu, ternyata tidak juga ada yang mengirim makanan kepada pemuda itu, hingga lusanya pun keadaan tidak berubah. Selama tiga hari ternyata tidak ada yang mengirimi makanan untuk pemuda itu. Maka dalam hatinya Ja'far berkata,”Ini adalah syaithan! Ini bukan manusia!” Jakfar pun bergegas meninggalkan tempat itu.
Setelah beberapa bulan berlalu, suatu saat Ja'far duduk di rumahnya dan ia pun mendengar pintu diketuk. Ja'far pun membuka pintu dan tanpa disangka ternyata tamu itu adalah pemuda yang pernah dilihatnya di gubuk padang pasir. Pemuda itu pun mengucapkan,”Wahai Ja'far, engkau seperti namamu. Ja’a wa farr (lapar lalu kabur)”. (Shifat Ash Shafwah, 4/312,313)
Hadits Tidak untuk Apa-Apa Meski Hanya Minum
AL MAKMUN putra Harun Ar Rasyid suatu saat
menyimak hadits dari Isa bin Yunus, dan Al Makmun pun memberi 10 ribu
dirham untuk beliau. Namun kemudian Isa bin Yunus menolak pemberian itu
dan Al Makmun mengira bahwa penolakan itu karena jumlahnya terlalu
sedikit. Sampai akhirnya Makmun memberikan lagi hadiah sebesar 20 ribu
dirham.
Isa bin Yunus setelah itu pun menjawab,”Tidak, demi Allah, hadits tidak akan digunakan walau untuk seteguk air minum, meskipun engkau memenuhi masjid ini sampai atapnya dengan emas.” (Shifat Ash Shafwah, 4/219)
Isa bin Yunus setelah itu pun menjawab,”Tidak, demi Allah, hadits tidak akan digunakan walau untuk seteguk air minum, meskipun engkau memenuhi masjid ini sampai atapnya dengan emas.” (Shifat Ash Shafwah, 4/219)
Kesucian Hati
Ibnu Dzarr pun menyampaikan,”Apa yang kita lalaikan? Dan apa yang menyedihkan hatinya hingga ia menangis? Demi Allah, sesungguhnya hal ini wahai saudara Bani Ijl, terjadi karena kebersihan hatimu dan bekunya hati kami karena dosa”. (Shifat Ash Shafwah, 3/106)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar