Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

ILMU JIWA

INI ALASAN MENGAPA TAK PERLU KEMBALI  DENGAN MANTAN


Setelah putus, mungkin Anda tidak bisa move on. Bayang-bayang mantan kekasih masih sangat lekat dipikiran Anda. Wajar saja ada keinginan untuk kembali ke pelukan mantan.
Tapi sebelum memutuskan untuk kembali ke mantan pacar, ada hal-hal yang perlu Anda pertimbangkan. Ketika Anda dan dia memutuskan untuk berpisah berarti ada masalah dalam hubungan tersebut, lalu yakinkah Anda untuk kembali dengan mantan? Banyak pakar percintaan yang menyarankan agar tidak kembali lagi dengan mantan kekasih. Ini dia alasan mengapa Anda tidak perlu balik dengan mantan.
1. Pertengkaran Masih Sama
Anda akan menghadapi masalah dan pertengkaran yang sama. Jika Anda menjalin hubungan yang buruk dan telah mencoba memperbaikinya, namun tidak berhasil, mengapa harus mencobanya lagi? Kesempatan kedua, ketiga atau bahkan keempat, sama sekali tidak memberikan jaminan hubungan akan sukses.
2. Perasaan Anda untuknya Tidak Lagi Sama
Ketika memutuskan untuk berpisah pasti karena ada sebuah masalah. Anda mungkin belum bisa melupakan kesalahannya. Sehingga perasaan cinta Anda bisa jadi tidak lagi sama seperti dulu.
3. Tidak Aman
Perasaan tidak aman atau insecure bisa sangat Anda rasakan ketika kembali dengan mantan. Anda akan menjadi cemburuan, takut dan lebih emosional.
4. Orang Terdekat Tidak Suka dengan Mantan
Besar kemungkinan orang-orang terdekat Anda tidak setuju jika Anda kembali lagi dengan mantan. Apalagi jika mereka tahu si dia bukan orang terbaik untuk Anda. Tentu kehidupan asmara akan semakin sempurna jika keluarga dan sahabat merestui hubungan Anda dan dia.






OTAK KIRI JUGA MAINKAN PERAN DALAM BERFIKIR KREATIF


 Jika Anda tipe orang kreatif, Anda mungkin sering mendengar dan beranggapan bahwa otak kanan Anda lebih dominan bekerja dibandingkan otak kiri.
Namun, penelitian yang dilakukan oleh University of Southern California menemukan bahwa bagian otak kiri Anda, berkaitan dengan logika dan matematika, ternyata juga memainkan peran penting dalam berpikir kreatif.
Untuk membuktikannya, peneliti melakukan percobaan yang melibatkan mahasiswa arsitektur. Peneliti menggunakan scan otak (fMRI) pada partisipan dan meminta para partisipan untuk melihat tiga bentuk, yaitu lingkaran, huruf C dan angka 8.
Para partisipan kemudian diminta untuk membuat sebuah tes kreatif dengan membayangkan tiga bentuk tersebut dibuat menjadi sebuah persegi atau persegi panjang.
Hasil temuan yang dipublikasikan dalam journal Social Cognitive and Affective Neuroscience menemukan dalam hasil scan otak, selama partisipan membayangkan tugas kreatif tersebut yang sebagian besar ditangani otak kanan, namun sebenarnya otak kiri juga bekerja untuk mendukung kreativitas otak kanan.
“Kita butuh kedua bagian tersebut untuk berpikir kreatif,” ujar Aziz-Zadeh, assistant professor of neuroscience yang masuk dalam tim peneliti, dilansir dari redorbit, beberapa hari lalu.






TIPS REDAKAN GUGUP DI EMPAT SITUASI INI


Dalam kondisi gugup, kesalahan fatal cenderung dilakukan.
Rasa grogi bisa muncul kapan saja, baik saat memulai sesuatu atau ketika Anda tak mungkin mengantisipasinya. Bahasa tubuh bisa terlihat konyol atau bahkan ucapan yang terlontar, dapat menyinggung orang lain.
Dalam kondisi gugup, kesalahan fatal memang cenderung dilakukan. Ada beberapa situasi umum, yang seringkali memicu rasa gugup tak terkendali. Agar Anda bisa mengontrolnya, ikuti saja trik dari Jason Selk, Ed.D, kepala pusat pelatihan mental di St. Louis Cardinals dan penulis buku ‘Executive Toughness’, berikut.

1. Saat bertemu mantan kekasih

Adalah ‘haram’ mengalihkan tatapan, ketika Anda jelas-jelas bertemu mata dengan mantan kekasih. Ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Jika Anda terjebak dalam situasi ini, jangan membuang muka. Lihatlah langsung ke matanya dan berikan senyuman, meskipun ia sedang bersama pasangan barunya.
“Cara ini justru menunjukkan kalau Anda baik-baik saja setelah putus dengannya dan sudah menerima keadaan saat ini. Mempertahankan kontak mata merupakan bentuk penegasan dan keberanian menghadapi kenyataan,” kata Jason Selk, dikutip dari Self.
2. Saat memberikan presentasi
Tak heran para pemimpin dunia selalu menggerakan tangan mereka saat memberikan pidato. Itu karena ada hubungan antara daerah otak yang mengendalikan gerakan tangan dan pemahaman kata-kata.
Menurut penelitian tim dari Colgate University, Amerika Serikat, menggerakkan tangan saat memberikan pidato atau presentasi, membuat Anda lebih lancar mengeluarkan kata-kata yang ada di otak.
Sebelum presentasi, ada baiknya Anda berlatih sambil menggerakkan tangan. Lalu, ulangi gerakan tersebut selama presentasi, untuk mempermudah mengingat kalimat yang akan disampaikan.
3. Saat wawancara kerja
Duduklah dengan posisi punggung lurus dan bahu ke belakang. Menjaga posisi duduk tetap tegak sambil menunggu akan menjaga tingkat kepercayaan diri Anda.
“Lebih baik duduk dengan posisi tegap saat menunggu orang yang mewawancarai Anda datang, daripada membungkuk,” kata  Richard Petty, Ph.D., peneliti dari Ohio State University.

4. Saat bernegosiasi atau adu argumentasi

Berikan anggukkan. Menganggukkan kepala, bukan hanya meyakinkan diri sendiri, tapi juga membujuk orang lain untuk mengikuti Anda. Menurut penelitian yang dipublikasi dalam Journal of Personality and Social Psychology, orang-orang yang mengangguk sambil mendengarkan pendapat, lebih mungkin untuk diubah daripada yang menggelengkan kepala mereka







MAKIN SUKSES, MANUSIA MAKIN  SUKA BOHONG DAN CURANG


Orang kaya atau berkuasa cenderung lebih culas, rakus, dan lebih mungkin berbohong.
Makin tinggi status ekonomi seseorang, makin tinggi sifat antisosial dan perilaku tak etis yang dimiliki. Studi terbaru menemukan kalangan masyarakat menengah atas paling mungkin berbohong, menipu dan bahkan melanggar hukum daripada mereka yang berlatar belakang kurang beruntung.
Sebaliknya, anggota masyarakat dari kalangan bawah lebih mungkin menampilkan atribut sebagai manusia yang baik.
Psikolog di University of California di Berkeley, yang melakukan penelitian menyatakan bahwa temuan ini dapat membantu menjelaskan asal-usul krisis dalam masyarakat dan ekonomi.
Selama studi yang dipimpin Dr Paul Piff, tim meminta beberapa kelompok orang dari latar belakang sosial berbeda untuk melakukan serangkaian tugas yang dirancang khusus mengidentifikasi ciri-ciri kejujuran dan orang lain.
Setiap orang ditanyakan mengenai kekayaan, sekolah, latar belakang sosial, keyakinan agama dan sikap terhadap uang dan menempatkannya dalam berbagai tingkatan. Peserta juga diminta berpura-pura sebagai pengusaha yang mewawancarai untuk menilai apakah mereka berbohong dan curang dalam negosiasi gaji.
Ada pula game online yang meminta agar peserta melaporka skor sendiri untuk memperoleh sejumlah uang tunai. Dan tak ada pemeriksa untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu, peneliti juga mengamati para pengendara mobil di jalan San Fransisco. Pengendara taksi dinilai berdasarkan apa yang mereka kendarai dan berapa usia mereka. Para pengemudi yang berasal dari kalangan atas ternyata lebih sering memotong pengemudi lain dan kecil kemungkinannya berhenti untuk para pejalan kaki.
Studi yang terbit dalam jurnal Proceeding National Academy of Sciences, menyimpulkan bahwa mereka dari latar belakang yang lebih kaya atau berkuasa lebih culas, rakus, dan lebih mungkin berbohong dalam bernegosiasi. Mereka juga lebih mungkin untuk menipu orang lain.
“Kelas sosial yang lebih tinggi baik karena kelahiran maupun pencapaian memiliki hubungan sebab akibat dengan keputusan etis dan perilaku,” ungkap Dr Piff seperti dikutip Independent.
Mereka yang berasal dari kalangan atas juga lebih egois ketimbang mereka yang berasal dari kelas sosial lebih rendah. Kalangan sosial tinggi juga tidak peka dan sulit mengidentifikasi emosi orang lain. “Di satu sisi, individu kelas bawah hidup dengan lebih sedikit sumber daya, ancaman lebih besar dan lebih banyak ketidakpastian.”
“Tapi, kalangan atas lebih mungkin bersikap tidak etis karena pemilikan sumber daya yang lebih besar, kebebasan, dan kemandirian daripada mereka yang tidak memiliki sumber daya,” ucapnya.
Menurut Piff, alasan ini pula yang bisa dijadikan alasan penyebab keruntuhan ekonomi karena adanya tindakan tidak etis para penguasa yang berkutat di dalamnya.






4 CARA MENGATASI KEMARAHAN ANAK


Kemarahan pada anak umumnya terjadi karena kesalahpahaman, tuduhan yang keliru, merasa diperlakukan tidak adil, kemauannya tidak dituruti atau hanya merasa tidak aman. Terlepas dari itu, marah bisa juga sebagai bentuk ekspresi dari emosi lainnya, yang tidak bisa diungkapkan sang anak.
Rasa emosi pada anak khususnya balita juga belum stabil. Mereka umumnya hanya memikirkan bagaimana membuat diri mereka aman dan senang. Lalu, bagaimana cara mengatasi kemarahan anak? Simak empat cara yang bisa diterapkan orangtua saat menghadapi kemarahan anak, seperti dilansir The Parents Zone.
1.Ajari Anak Cara Mengendalikan Rasa Marah
Si kecil butuh bimbingan orangtua untuk mengontrol emosi. Maka dari itu, tugas Anda adalah mengajari anak perlahan-lahan bagaimana caranya mengendalikan amarah ketika rasa itu memuncak. Beritahukan mereka secara lembut dan realisasikan dengan sikap saat sedang marah. Atau ajari dengan menuangkan amarah dalam sebuah tulisan. Berikan waktu sebanyak mungkin untuk mendekatkan diri pada anak agar mengetahui perkembangan emosinya.
2.Jangan Marah ketika Anak Marah
Kerap kali orangtua susah menahan kemarahannya saat anak mulai merengek. Justru karena hal tersebut, anak menjadi semakin marah, bahkan jadi pemarah. Kemarahan orang tua juga timbul akibat rasa stres dan bingung menghadapi si kecil. Coba tenangkan diri dan rileks dalam menangani si buah hati. Tunjukkan pada anak kalau marah itu boleh, tapi sewajarnya saja. Ingat, anak akan melihat perilaku orang di sekitarnya dan menirunya.
3.Diam Bukan Solusi
Membiarkan anak menjadi pemarah dapat membentuk kepribadian yang tidak menyenangkan. Sifat yang dibangun dari kecil akan terus mengakar dalam karakter dirinya. Anda sebagai orangtua harus mendidik anak pemarah dengan sabar. Rangkul anak, lalu ajak diskusi bersama. Dengarkan semua keluhan mereka. Kemudian, cari solusi terbaik bagi Anda dan si kecil.
4.Mencegah Kemarahan yang Berlebihan
Marah adalah sebuah bentuk emosi yang dirasakan. Anak pun begitu. Akan tetapi, marah yang tidak dapat dikontrol harus dihentikan. Ketika si buah hati marah dan bertindak di luar batas, beritahu mereka. Sampaikan maksud Anda dengan keibuan, tapi tegas. Berikan konsekuensi yang dapat mengajarkan anak bahwa hal itu tidak baik. Jangan lelah untuk membantu si kecil berubah.







8 TIPS MENYIASATI RASA JENUH  BEKERJA



MULAI malas-malasan dalam bekerja, prestasi kerja menurun, enggan masuk kantor, serta tidak bersemangat saat di kantor bisa menjadi indikasi kamu mengalami kejenuhan dalam bekerja. Sebelum mendapat teguran dari atasan, segeralah cari solusi untuk menumbuhkan semangat bekerja dalam dirimu. Berikut beberapa tips yang dapat menjadi jalan keluar untuk menyiasati rasa jenuh di kantor seperti disitat dari Buku 13 Jurus Jitu Sukses di Dunia Kerja.

1. Cari tahu penyebab rasa jenuh tersebut
Penyebab rasa jenuh bisa datang dari dalam diri maupun dari lingkungan di sekitar. Jika rasa jenuh itu berasal dari dirimu, mulailah membangun sugesti positif terhadap bidang pekerjaan dan tugas-tugas yang diberikan kepadamu. Bersyukur atas pekerjaan yang kamu terima sebab banyak orang yang menginginkan pekerjaan namun tidak mendapatkannya.
Namun, jika kejenuhan ini berasal dari faktor lingkungan, misalnya rekan kerja atau atasan yang tidak bersahabat dapat kamu jadikan tantangan untuk memberikan hasil kerja yang baik sehingga nantinya mereka justru merasa segan.

2. Pikirkan hal menyenangkan dari pekerjaan yang kamu tekuni
Ingat dan pikirkan kembali hal-hal menyenangkan yang kamu peroleh selama menekuni pekerjaan tersebut. Jadikanlah hal itu sebagai motivasi untuk kembali bersemangat dalam bekerja.

3. Carilah teman di kantor
Dengan memiliki teman, kamu memiliki tempat untuk berbagi keluh-kesah atau sekadar melakukan hobi bersama, seperti wisata kuliner atau menonton film. Kehadiran teman membuatmu tidak merasa sendirian dan melupakan sejenak rasa jenuh terhadap pekerjaan.

4. Tiru teman yang sangat mencintai pekerjaannya
Selama hal tersebut positif, contohlah perilaku rekan kerjamu. Perhatikan atau berbagi mengenai caranya mengatasi beban pekerjaan yang begitu berat. Jadikan cara jitunya sebagai inspirasi bagimu untuk menambah motivasi bekerja.

5. Manfaatkan jatah cuti
Refreshing adalah langkah cepat dan tepat dalam menghilangkan rasa jenuh. Manfaatkan jatah cuti yang diberikan kantor dan lakukan liburan singkat yang dapat membuatmu rileks serta kembali segar.

6. Rencanakan masa depan
Saat mengalami fase jenuh, inilah waktu yang tepat bagimu untuk melihat dan menata kembali rencana masa depanmu. Apakah kamu akan tetap bertahan pada pekerjaan tersebut atau akan pindah ke bidang lainnya. Rencana masa depan yang jelas, dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan semangat kerja.

7. Ubah suasana kerja
Perubahan suasana ini bisa berupa pengaturan ulang meja dan peralatan kantor di sekitarmu serta mengakrabkan diri dengan rekan kerja. Pajanglah berbagai benda atau foto di atas sekeliling meja yang selalu membuatmu bahagia dan termotivasi untuk bekerja.

8. Nikmati pekerjaanmu
Dengan menikmati bidang pekerjaan yang kamu tekuni, pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan. Namun, jika bekerja secara terpaksa, maka pekerjaan yang ringan akan menjadi berat dan pekerjaan yang berat akan semakin berat.







5 TANDA SI DIA TAK CINTA



Jangan tertipu pria yang hanya ingin memanfaatkan hubungan bagi keuntungan mereka.
Saat jatuh cinta, seseorang hanya melihat kekasih sebagai seorang yang sempurna. Apalagi bila hubungan telah jauh melibatkan fisik. Namun kerap kali Anda tentu bertanya apakah dia benar-benar mencintai Anda?
Pakar cinta dan seks Dr Jane Greer mengatakan, jangan mudah tertipu pria yang hanya ingin memanfaatkan pasangan demi sebuah hubungan fisik semata.  Ada lima tanda-tanda untuk mengetahui apakah dia serius atau berpura-pura, seperti dikutip GalTime.

1. “Aku hanya ingin bersamamu”
Dari sini, muncul pertanyaan, “Kalau begitu, ada siapa lagi?”, “Siapa lagi yang kau inginkan?” dan “Apa artinya itu?”
2. “Aku ingin kau melahirkan anak-anakku”

Menurut Greer, kata-kata ini terucap saat seseorang sedang bergairah. Dan, dia mengatakannya hanya sebagai cara untuk memperoleh keinginannya, bukan perasaan yang sebenarnya.

3. Dia tidak memperlihatkan rasa sayang
Saat Anda mencium atau memperlihatkan kasih sayang, dia tak pernah membalasnya. Tak jarang Anda menemukan, dia merasa khawatir kalian dilihat orang lain. Bila ada tanda-tanda demikian, sebaiknya pertimbangkan kembali hubungan ini.
4. Dia berjanji namun mengingkarinya

Jika dia selalu berjanji bahwa kalian akan kencan berdua atau Anda akan diajak bertemu keluarganya, tapi semua tak pernah terjadi. Ada alasan mengapa ia tak menepati janji: dia mungkin merasa belum menemukan pasangan yang cocok dengannya.
5. Dia selalu membicarakan masa depan yang tak pernah terjadi

Meski begitu, masa depan yang selalu dia umbar tak pernah terjadi. Greer mengingatkan, bila hal yang paling mencolok dalam hubungan kalian adalah seks semata, kemungkinan besar kekasih Anda hanya berpura-pura mencintai Anda demi memenuhi kebutuhan biologisnya saja.
Sebaiknya, mulailah memerhatikan gelagatnya sebelum dia menemukan seseorang yang dianggap lebih sesuai dan meninggalkan Anda. Atau, Anda telanjur membawanya ke dalam kehidupan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar