Powered By Blogger

Senin, 20 Februari 2012

ILMU JIWA

Ini Bedanya Gangguan Mental Pria dan Wanita



Jakarta, Ada banyak gangguan mental yang bisa dialami oleh masyarakat. Tapi studi menunjukkan
gangguan mental yang sering dialami oleh perempuan dan laki-laki ternyata tidaklah sama.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa beberapa gangguan mental yang lebih sering dialami oleh laki-
laki dan perempuan ternyata berbeda. Temuan ini menunjukkan bahwa perlu ada pencegahan dan
upaya pengobatan yang spesifik berdasarkan gender.

Diketahui perempuan lebih cenderung mengalami gangguan kecemasan untuk menjaga emosi di dalam
tubuhnya sehingga menyebabkan munculnya rasa kesepian dan depresi. Sedangkan pada laki-laki
lebih cenderung mengekspresikan dan menunjukkan emosinya sehingga lebih ke arah impulsif atau
pemaksaan dan agresif.

Tim peneliti menuturkan bagaimana perempuan dan laki-laki menginternalisasi dan mengeksternalisasi
emosinya bisa menjadi dasar yang menjelaskan perbedaan masalah kesehatan mental berdasarkan jenis
kelamin.
“Pada perempuan pengobatan mungkin fokus pada penanggulangan dan keterampilan kognitif untuk
mencegah terjadinya kondisi depresi klinis yang signifikan,” ujar pemimpin studi Nicholas Eaton, dari
University of Minnesota.

Sementara itu Eaton mengungkapkan untuk laki-laki, pengobatan untuk perilaku impulsif lebih fokus
pada tindakan yang direncanakan dan kecenderungan perilaku agresif yang tidak merusak.

Sebagian besar penanganan gangguan mental menggunakan terapi seperti kognitif dan perilaku, tapi
pada beberapa kasus kadang memerlukan bantuan obat sehingga menggunakan terapi kombinasi.
Gangguan mental yang tidak ditangani bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang yang akan
menurun.

Studi ini menganalisis data dari tahun 2001-2002 terhadap 43.000 orang yang dilakukan oleh National
Institutes of Health, dan telah diterbitkan dalam edisi online Journal of Abnormal Psychology.








Kekerasan Penyumbang Utama Gangguan Mental Pada Perempuan


Sydney, Perempuan memang lebih rentan mengalami kekerasan baik secara seksual maupun fisik.
Kekerasan menjadi penyumbang terbesar penyebeb gangguan mental pada perempuan.

Studi baru menunjukkan kekerasan yang dialami perempuan baik kekerasan seksual, dilecehkan oleh
pasangan, kekerasan fisik dan menguntit memungkinkannya mengalami risiko tinggi depresi dan
gangguan kesehatan mental.

Peneliti menemukan perempuan yang pernah memiliki pengalaman kekerasan berisiko 3-11 kali lebih
mungkin mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.

Dalam studi yang dilakukan terhadap 4.400 perempuan Australia diketahui sekitar 27 persen perempuan
pernah mengalami salah satu dari 4 jenis kekerasan tersebut, dan 89 persen diantaranya mengalami
gangguan kesehatan mental.
“Ada alasan kuat yang memungkinkan bahwa kekerasan berbasis gender merupakan penyumbang
utama terhadap gangguan mental pada perempuan,” ujar ketua peneliti Susan Rees dari University of
New South Wales di Sydney.

Rees mengungkapkan dalam banyak kasus, perempuan ini mengalami pengalaman pertama terhadap
kekerasan justru dialami saat ia masih berusia dini. Temuan ini dilaporkan dalam Journal of the
American Medical Association.
“Kenyataannya jika seorang perempuan pernah sekali mengalami, maka ia cenderung mengalami
bentuk pelecehan yang lain atau bentuk kekerasan lain yang masih terkait. Semakin lama mereka
menunda menghadapi masalah, maka semakin besar konsekuensi merugikan yang mungkin
dihadapinya,” ungkap Rees.

Gangguan mental yang bisa dialami oleh perempuan ini seperti depresi berat, post-traumatic stress
disorder, penyalahgunaan terhadap obat-obatan dan alkohol serta percobaan bunuh diri.

Untuk itu diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai kekerasan berbasis gender dan
pengaruhnya, serta memberikan bantuan dan pelayanan amsyarakat yang diperlukan oleh si
perempuan.









Awas! Gila Belanja Masuk Gangguan Mental

Melbourne, Hati-hati buat yang gila belanja (shopaholics). Para ahli dari Australia mengklaim gila belanja
adalah penyakit serius yang berhubungan dengan gangguan mental yang dikenal dengan nama hoarding
compulsive.

Hoarding compulsive yaitu suatu dorongan yang kuat untuk mendapatkan barang-barang yang tidak
berguna demi sebuah kepuasan atau ketenangan.
“Sekitar 80 persen orang yang memiliki gangguan hoarding compulsive adalah seorang yang gila
belanja (shopaholics) yang mana secara terus menerus selalu mendapatkan barang baru,” ujar Dr Randy
Frost.

Dr Frost mempresentasikan lokakarya mengenai masalah ini dalam acara 27th International Congress
of Applied Psychology (ICAP) di Melbourne, Australia. Ia juga mengungkapkan bahwa gangguan ini
mempengaruhi sekitar 2-5 persen masyarakat.

Namun kondisi ini berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD), karena pada penderita OCD
biasanya didorong oleh rasa cemas, stres atau ketakutan. Sedangkan orang yang memiliki penimbunan
kompulsif seperti belanja didasari oleh kesenangan atau ketertarikan terhadap objek tertentu.
“Sangat sedikit dokter yang tahu bagaimana memperlakukan gangguan ini dengan baik, padahal dalam
kasus-kasus tertentu hal ini bisa mengancam jiwa seseorang terutama jika ia menimbun barang-barang
berbahaya seperti barang yang mudah terbakar,” ungkapnya.

Dr Frost yang juga sebagai profesor psikologi di Smith College, Massachusetts menuturkan biasanya
orang yang suka menimbun barang ini percaya bahwa ada bagian hidupnya yang akan hilang jika barang-
barang tersebut disingkirkan. Dan juga timbul rasa kehilangan yang besar atau melebihi rasa cemas dan
sedih ketika membuang barang-barang tersebut.

Perilaku ini seringkali terlihat bersamaan dengan ganguan mental lainnya. Karena itu sekitar 25 persen
orang yang suka menimbun barang secara kompulsif ini menderita gangguan mental dan sekitar 50
persennya mengalami depresi klinis.









8 Makanan yang Paling Sering Jadi Sumber Alergi


Jakarta, Makanan paling sering menyebabkan reaksi alergi. Dari sekian banyak makanan, 8 jenis
makanan ini paling sering menyebabkan orang alergi, bahkan hingga 90 persen. Makanan apa saja?

Alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan yang terjadi segera setelah makan makanan tertentu.
Pada orang yang alergi, sistem kekebalan tubuh keliru mengenali protein makanan sebagai zat yang
berbahaya. Jadi jangan heran bila kebanyakan makanan yang memicu alergi adalah makanan yang tinggi
protein.

Bahkan sejumlah kecil dari penyebab alergi makanan dapat memicu gejala seperti masalah pencernaan,
gatal-gatal atau bengkak saluran udara. Pada beberapa orang, alergi makanan juga dapat menyebabkan
gejala parah atau bahkan reaksi yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai anafilaksis.

Tidak semua makanan dapat menyebabkan alergi. Berdasarkan US Food Allergy, 8 makanan ini
merupakan 90 persen dari makanan penyebab alergi, yaitu:

1. Susu sapi
Alergi susu sapi paling umum terjadi pada anak-anak, alergi susu mempengaruhi 2-3 persen dari bayi di
negara maju. 90 persen dari anak-anak ini biasanya akan sembuh dari alergi pada saat mencapai usia 4
tahun.

2. Telur
Telur juga merupakan makanan penyebab alergi yang sangat umum pada anak-anak dan biasanya
berlanjut hingga dewasa. Sebagian besar anak akan sembuh dari alergi ini pada usia 5 tahun. Sesuatu yang
harus diperhatikan jika Anda atau anak Anda memiliki alergi telur adalah waspada pada beberapa vaksin,
termasuk vaksin flu, karena mengandung protein telur yang dapat memicu reaksi alergi yang serius pada
individu.

3. Kacang tanah
Protein kacang sangat mahir memprovokasi sistem kekebalan tubuh menjadi serangan mematikan
pada tubuh dan memang alergi kacang merupakan penyebab utama kematian terkait makanan. Namun,
kematian ini masih cukup langka.

4. Kacang pohon
Alergi kacang pohon lebih banyak terjadi pada anak-anak ketimbang dewasa. Kacang pohon mencakup
sebagian besar jenis kacang yang sering dimakan, antara lain almond, walnut, kacang mede, kacang
Brazil, kemiri, kacang macadamia, dan lain-lain.

5. Gandum
Alergi gandum cukup umum pada orang dewasa, setidaknya sekitar seperempat dari semua alergi
makanan. Banyak anak juga mengalami alergi gandum. Ada masalah terkait yang disebut penyakit celiac,
di mana sistem kekebalan tubuh menyerang usus kecil setiap kali protein gluten (pada gandum) tertelan.

Gluten hadir dalam jumlah besar pada gandum, rye dan barley. Untuk orang dengan penyakit celiac atau
alergi gandum, diet bebas gandum sangatlah penting.

6. Kedelai
Alergi kedelai lebih sering terjadi pada anak-anak. Anak yang mengalami alergi kedelai biasanya dimulai
ketika minum susu formula yang banyak mengandung protein kedelai. Meski kebanyakan anak akan
sembuh dari alergi kedelai saat usia 3 tahun, tapi alergi kedelai bisa bertahan hingga dewasa. Banyak
makanan yang mengandung kedelai seperti kecap, tempe, tahu, roti atau tepung kedelai.

7. Ikan
Alergi makanan laut seperti ikan dan kerang adalah penyebab paling umum dari alergi makanan.
Makanan laut dapat menjadi alergen yang kuat pada beberapa orang, bahkan menyebabkan reaksi yang
mengancam jiwa. Alergi makanan laut biasanya akan berlangsung seumur hidup.

8. Kerang (custacea dan moluska)
Seperti ikan, alergi kerang sangat umum terutama di kalangan orang dewasa. Menariknya, orang
cenderung alergi crustacea (misalnya kepiting, lobster, dan udang) atau moluska (misalnya cumi-cumi,
kerang, remis, tiram dan kerang) hanya 14 persen dari penderita alergi makanan laut yang alergi terhadap
keduanya. 8 Makanan yang Paling Sering Jadi Sumber Alergi









Berpikir itu baik tapi jangan terlalu banyak

Manusia yang berfikir lebih banyak bagian otak depan lebih luas

Manusia yang berpikir lebih banyak mengenai apakah mereka mengambil keputusan yang benar
memiliki lebih banyak darah di otak yang disebut “frontal lobe” atau otak bagian depan.

Ilmuwan Inggris yang menulis di majalah Science menemukan bagaimana variasi ukuran otak
sangat tergantung seberapa banyak manusia itu berpikir mengenai keputusan.

Namun survey nasional menemukan sejumlah orang berpikir terlalu banyak mengenai
kehidupannya.

Mereka memiliki daya ingatan yang buruk dan mungkin mereka juga mengalami depresi.

Stephen Fleming, anggota tim peneliti dari University College London (UCL)
mengatakan, “Bayangkan Anda ada dalam acara ‘Who Wants to Be a Millionaire’ dan Anda tidak
yakin jawabannya. Anda dapat menggunakan pengetahuan para penonton untuk mendapatkan
jawaban.”

Peneliti dari London ini meminta 32 sukarelawan untuk membuat keputusan yang sulit.

Mereka harus melihat dua gambar warna hitam dan abu-abu sangat mirip dan meminta jawaban
mana yang memiliki titik lebih terang.

Mereka harus mengatakan apakah yakin akan jawabannya dalam skala satu sampai enam.
Meski pun sulit untuk mengetahui perbedaannya, gambar itu disesuaikan agar tak seorang pun
merasakan lebih sulit dari yang lain.

Orang yang lebih yakin akan jawabannya memiliki sel otak lebih banyak di bagian depan yang
dikenal dengan nama “anterior prefrontal cortex”.

Bagian ini terkait dengan banyak bagian gangguan otak dan gangguan kejiwaan termasuk
autisme. Studi sebelumnya mengkaji bagaimana fungsi bagian ini ketika seseorang membuat
keputusan nyata tetapi tidak meneliti perbedaan dari satu individu dengan individu lain.

Gangguan kejiwaan

Saya kira penelitian ini memiliki pengaruh sangat penting bagi pasien dengan gangguan jiwa
yang barangkali belum memiliki pengetahuan mengenai penyakit mereka

Dr Rimona Weil dari Institute of Cognitive Neuroscience, University College London

Penelitian ini merupakan yang pertama kalinya menunjukkan adanya perbedaan fisik antara satu
orang dengan yang lain mengenai bagian otak ini. Perbedaan ukuran otak ini terkait seberapa
banyak mereka berpikir mengenai keputusan mereka.

Para peneliti berharap bahwa studi mengenai perbedaan besarnya otak antar manusia akan
membantu mereka yang memiliki gangguan kejiwaan.

Salah seorang penulis laporan penelitian itu Dr Rimona Weil dari Institute of Cognitive
Neuroscience, University College London mengatakan, “Saya kira penelitian ini memiliki
pengaruh sangat penting bagi pasien dengan gangguan jiwa yang barangkali belum memiliki
pengetahuan mengenai penyakit mereka.”

Dia menambahkan, mereka berharap mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk
mengakui bahwa mereka sakit dan ingat untuk berobat.

Namun berikir mengenai diri sendiri juga tidak selamanya baik.

Psikolog kognitif Dr Tracy Alloway dari University of Stirling yang tidak terlibat dalam
penelitian baru ini mengatakan banyak orang memiliki tendensi untuk berpikir terlalu banyak
sehingga bisa menyebabkan depresi.

Lebih dari 1000 orang mengikuti penelitian secara nasional yang mengaitkan tipe daya ingat
yang disebut “memori aktif” dengan kesehatan jiwa.

Memori aktif terlibat dalam kemampuan mengingat informasi dalam jangka pendek, dan selain
mengingat juga bertindak atas ingatan itu.

Sebagai contoh, kita harus menyimpan informasi mengenai apa yang dilihat sebagai bentuk dan
warna dan juga menjawab pertanyaan seperti apa benda itu.

Kelompok masyarakat yang memiliki daya ingat lemah, yaitu 10% sampai 15% dari kelompok
masyarakat yang hanya mampu mengingat dua hal, kemungkinan besar terlalu banyak berpikir
dan terlalu berpikir mendalam.








Emosi Negatif Picu Stroke di Usia Muda



Chicago, Stroke bukan melulu penyakitnya orang tua, sebab orang muda juga bisa mengalaminya jika
tidak menjaga kesehatan. Pada orang muda yang sudah memiliki faktor risiko, berbagai macam emosi
negatif bisa memicu serangan stroke yang mematikan.

Menurut sebuah penelitian, 1 dari 4 orang pasien stroke di Amerika Serikat sudah mengalami serangan
pada usia kurang dari 65 tahun karena terlambat menyadari faktor risikonya. Bahkan 1 dari 14 pasien
stroke mengalaminya pada usia di bawah 45 tahun.

Dr Shyam Prabhakaran, MD, pakar kesehatan jantung dari Rush University mengatakan bahwa emosi
negatif merupakan pemicu utama stroke di usia muda. Gumpalan plak yang menyumbat aliran darah ke
otak sering terjadi ketika seseorang mengalami stres.
“Sekitar 50 tahun lalu orang tidak menganggap gangguan emosi sebagai penyakit. Namun sekarang
kami menyadari betul adanya hubungan erat antara emosi dengan patologi,” ungkap Dr Prabhakaran

Seperti disampaikan Dr Prabhakaran, berikut ini adalah beberapa pemicu emosi negatif yang juga bisa
menyebabkan serangan stroke.

1. Stres
Jika bertanya pada dokter faktor apa yang memicu stroke, dokter akan menjawab tekanan darah tinggi,
diabetes dan penyakit jantung. Namun jika pertanyaan yang sama diajukan ke pasien, sebagian pasti
akan menjawab pengaruh stres juga sangat besar.

Stres yang tidak terkontrol bisa memicu terjadinya penggumpalan darah di otak. Gumpalan tersebut
bisa menyumbat pembuluh darah, sehingga terjadilah serangan stroke yang disebut stroke iskemik.

2. Suka marah-marah
Penelitian terbaru dari National Institute of Aging menunjukkan, orang-orang yang pemarah dan
tidak sabaran cenderung memiliki dinding pembuluh darah yang lebih tebal dibandingkan orang yang
pembawaannya lebih tenang. Dinding yang tebal lebih berisiko menyumbat aliran darah.

Bahkan sekalipun tidak tersumbat, dinding yang tebal akan menghambat aliran darah di otak sehingga
pasokan oksigen berkurang. Matinya sel-sel otak karena kekurangan oksigen juga bisa memicu stroke.

3. Kesepian
Dalam sebuah penelitian selama 4 tahun, para ahli dari University of Chicago mengungkap bahwa orang
yang selalu merasa kesepian memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Dibandingkan orang yang banyak
kawan, tekanan sistoliknya lebih tinggi 3,6 mmHg.

Tekanan darah yang tinggi adalah faktor risiko yang bisa memicu stroke. Jika pembuluh darah terlalu
tipis atau rapuh, tekanan yang terlalu besar bisa membuatnya pecah dan terjadilah perdarahan di otak

yang memicu stroke hemoragik.

4. Cek-cok rumah tangga
Jika kesepian dapat meningkatkan tekanan darah, pernikahan juga punya efek yang sama jika seseorang
menjalaninya dengan tidak bahagia. Menurut penelitian American Stroke Association pada tahun 2010,
keretakan rumah tangga bisa meningkatkan risiko stroke hingga 64 persen.
“Jika Anda menikah tapi tidak bahagia, Anda akan tetap merasa kesepian meski secara sosial tidak
terisolasi. Efeknya sama saja dengan kesepian atau tidak punya teman,” pungkas Dr Prabhakaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar