Powered By Blogger

Jumat, 17 Februari 2012

ILMU JIWA

Gangguan Jiwa atau Mental Disorder Beserta Terapinya

Merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak didalam hubungan antara orang dengan masyarakat (Rusdi Maslim, 1998).

Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan

1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.
2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan

Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.

Dan ada terapi untuk gangguan jiwa. Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
a. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
b. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama
c. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut.





Pikiran Positif Ternyata bisa Meredakan Rasa Sakit

Orang-orang yang berpikiran positif biasanya lebih menikmati hidup. Akan tetapi, apakah mereka lebih sehat? Jawabannya, iya. Optimisme merupakan sumber penyembuhan, membantu mengurangi sakit dan membantu kita mengatur stres.

Seperti diketahui, tubuh kita sesungguhnya merespons pikiran, emosi, dan perbuatan yang kita lakukan. Karena itulah, harapan yang timbul juga bisa memengaruhi hasil pengobatan yang dilakukan. Efek plasebo membuktikan teori ini. Obat atau terapi plasebo yang tidak mengandung manfaat medis kecuali keyakinan pasien sering kali berdampak menyembuhkan.

Mengubah harapan kita dari negatif menjadi positif berpengaruh besar pada status kesehatan seseorang. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengundang energi positif menguasai kita.

1. Hentikan semua pembicaraan negatif, seperti bergosip atau mengeluh. Buatlah pernyataan yang positif untuk mendukung pemulihan.

2. Banjiri pikiran Anda dengan afirmasi. Afirmasi adalah kata atau kalimat yang memberikan kekuatan atau pernyataan positif mengenai diri kita, misalnya, “saya orang yang bisa diandalkan” atau “kaki saya kuat dan fleksibel”.

3. Visualisasikan sebuah kondisi yang sehat dan bugar untuk mendukung afirmasi positif.

4. Jangan merasa bersalah. Masih terbuka kesempatan untuk mengurangi efek penyakit karena beberapa penyakit tetap timbul, tak peduli apa yang sudah kita lakukan. Upayakan semua cara sebaik mungkin.

5. Terbukalah pada humor, persahabatan, dan cinta karena hal ini akan meningkatkan kreativitas, mengurangi rasa sakit, dan mempercepat kesembuhan.







Keluarga yang Utuh Bikin Anak Bahagia


Keluarga yang utuh, terdiri dari ayah dan ibu, ternyata menjadi aspek yang paling berpengaruh pada perkembangan emosional anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang utuh dan secara teratur melewatkan makan malam bersama merasa lebih bahagia dengan hidupnya.

Kehadiran ayah dan ibu dalam proses tumbuh kembangnya menghadirkan perasaan percaya, kedamaian, juga harapan pada anak. Efek positif itu akan lebih kuat jika orangtua membangun bonding dengan anak-anaknya, salah satunya lewat kebiasaan makan bersama minimal tiga kali dalam seminggu.

Sebuah penelitian juga menemukan keluarga yang retak berdampak lebih buruk pada anak dibanding dengan kemiskinan. “Tidak hidup dengan ayah dan ibu memiliki efek negatif lebih besar dibanding anak yang tumbuh dalam situasi materi terbatas,” tulis tim peneliti dari Inggris.

Belum lama ini mereka melakukan survei besar terhadap 100.000 orang dalam 40.000 rumah tangga di beberapa negara.

“Relasi antara ayah dan ibu serta hubungan dengan anak-anak sangat berpengaruh pada kecerdasan dan perkembangan emosional anak. “Anak-anak lebih bahagia dalam situasi keluarga di mana orangtua mereka bahagia satu sama lain,” katanya






7 Komponen Kebahagiaan


Para peneliti di Australia meneliti mengenai hal-hal yang bisa membuat seseorang merasa bahagia. Mereka menemukan adanya 7 hal yang membuat seseorang merasa bahagia. Hasil penemuan tersebut diterbitkan dalam jurnal The Psychological Science. Apa saja hasilnya?

1. Gaya hidup yang sehat.
2. Bisa menyemat mimpi.
3. Mampu menaruh angan dan tujuan hidup yang masuk akal.
4. Percaya bahwa dirinya bisa merealisasikan tujuan dan harapannya.
5. Penuh cinta dan kesukaan.
6. Memiliki kehidupan sosial yang sehat.
7. Memiliki pasangan hidup yang tepat dan sepadan.

Para penulis dari peneliti tersebut menyatakan bahwa poin terakhir itu merupakan kunci dari poin-poin yang lainnya. Dipercaya, pemilihan pasangan yang sepadan dan mampu mendukungnya dalam semua aspek bisa memengaruhi banyak hal lain. Masalah dalam keluarga bisa mengarah kepada kegagalan dalam bentuk hidup lainnya, namun memahami bahwa Anda memiliki teman hidup yang kuat dan bisa mendukung akan membuat seseorang lebih percaya diri dan tenang. Hal ini yang akan menjamin kesuksesan seseorang, setidaknya begitu dari hasil penelitian dari aspek psikologis penelitian ini.

Uniknya, kesejahteraan dan kepenuhan dalam segi harta tidak dimasukkan dalam “bahan baku” kebahagiaan seseorang. Karena menurut para peneliti, uang hanya bagian atau komponen dan konsekuensi dari poin 5 (pemenuhan pekerjaan favorit), dan uang sendiri tidak memengaruhi kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar