Powered By Blogger

Kamis, 29 Desember 2011

MOTIVASI ALA PAK MARIO

Mario Teguh Golden Ways 20 Juni 2010: Who Am I?


Sahabat Indonesia yang baik, yang sedang memantaskan dirinya untuk meraih impian-impian besarnya. Berikut adalah resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 20 Juni 2010, dengan Topik “Who Am I?“. Logika sederhananya “siapakah aku”?, terkadang terjadi pada diri seseorang istilah Gede Rasa(GR). Tapi ingat, lebih baik punya anak, punya adik, punya diri GR daripada minder. Gede Rasa akan negatif kalau sudah diikuti kata tapi(tidak pantas); maka tugas kita adalah memantaskan diri. Karena banyak orang yang dirinya pantas tapi minder.

Jadi siapapun yang merasa dirinya pantas jadi pemimpin, harus Gede Rasa; supaya prilakunya sesuai dengan yang diketahui tentang dirinya, karena perasaan kita tentang diri sendiri membatasi.

Pendapat yang terpenting dalam hidup ini adalah pendapat anda tentang diri anda sendiri. Pendapat orang lain tentang anda berpengaruh kecil, jika anda berpendapat baik tentang diri sendiri.

Jadi mulai hari ini, jangan katakan sesuatu yang tidak baik tentang diri. Misalnya menjuluki diri anda dengan nick-name di email, facebook, twitter dll dengan julukan yang tidak baik; itu adalah stempel, labeling kepada diri sendiri, sebagai konfirmasi bahwa “Penderitaanku pantas menjadi namaku”.

Jadi mulai sekarang, jangan bicara kepada anak, kepada adik, atau kepada orang lain dengan stempel yang merendahkan. Jangan katakan sesuatu yang merendahkan diri anda ketika anda melihat wajah anda dicermin. Karena
pendapat yang paling penting didunia ini adalah pendapat diri sendiri, tentang diri sendiri.

Tuhan tidak membuat sesuatu itu sia-sia; yang mebuat limbah/sampah yang merugikan itu kita. Perhatikanlah keseimbangan alam, jutaan tahun semua komponennya seimbang, karena semua ciptaan Tuhan bertujuan. Kalau batu saja ada tujuannya untuk dicipatakannya apalagi kita manusia, sebagai seindah-indahnya penciptaan.

Manusia diberikan kewenangan yang sangat besar sekali, bahkan Tuhan mengatakan yang tidak mungkin bagi-Nya; hal tersebut adalah “Tuhan tidak mungkin tidak menyayangi kita”.

Satu-satunya bisa membatasi Tuhan adalah Tuhan sendiri, sebagai mana yang dijanjikan Tuha “Aku Maha Penyayang”, “Aku tidak akan merubah nasibmu kecuali kamu berupaya”.

Jadi ada hal yang tidak mungkin dalam hidup ini, orang tidak mungkin nasibnya baik jika tidak berupaya. Tuhan telah menetapkan batasan bagi diriNya sendiri dengan mengatakan, “Aku tidak akan merubah nasibmu kecuali kamu berupaya”, sebanarnya Tuhan mampu untuk merubah nasib kita, tetapi batasan ini telah Tuhan tetapkan bagi diriNya sendiri.

Tuhan tidak akan campur tangan kepada nasibnya orang malas, kepada nasibnya orang yang penunda, yang menghujat dirinya sendiri, yang menyesali kelahirannya.

Maka jelaslah Tuhan itu sangat sayang kepada kita, sampai2 yang Maha Tidak terbatas itu membatasi diriNya, supaya kita mengupayakan perbaikan nasib kita masing2.

Cara terbaik supaya Tuhan lebih mudah membantu kita adalah janganlah mempersulit rencana Tuhan untuk membesarkan kita dengan pesimis, menunda, malas.

Tidak ada orang tidak rajin, semuanya rajin untuk menjadikan dirinya berguna, atau menjadikan dirinya tidak berguna.

Mengapakah kita punya mimpi?, pada orang yang dihatinya mempunyai impian besar, harus berterimakasih kepada Tuhan karena dihatinya diijinkan dia memimpikan yang besar.

Tuhan itu Maha berkasih sayang, jika ada orang miskin, kecil, terbelakang kehidupannya, tetapi diberikan dihatinya mimpi yang besar; yainilah bahwa tidak mungkin dengan sebuah impian besar, Tuhan tidak memberikan kewenangan dan kemampuan untuk mencapainya. Mungkin tidak melalui dirinya, tetapi melaui orang lain atau kebersamaan. Maka semua impian besar, ditemani kemampuan untuk mencapainya.

Jika ada orang yang bisa diberi tahu dengan dibisiki, maka tidak perlu untuk diteriaki. Maka sebetulnya Tuhan itu selain Maha Penyayang, juga Maha Santun. Sebetulnya Tuhan tidak akan mengingatkan kita dengan penderitaan, kalau kita mengerti akan bisikan dari dari lingkungan dan orang2 terdekat kita.

Orang besar itu disebut besar karena perannya, apapun pangkat dan jabatannya kalau tidak berperan, dia bukan pembesar.

Kita ditugaskan untuk membesarkan kehidupan karena:
1. Memiliki mimpi-mimpi yang besar.
2. Menyukai sesuatu secara ekstrim.
3. Memiliki kecenderungan untuk mengkritik.
4. Memprotes perlakuan orang lain yang tidak menghormati kita.
5. Tersiksa antara impian yang besar dan kenyataan hidup yang lamban.

“Mimpi besar belum tentu tercapai,
karena yang memiliki impian belum tentu bertindak.
Dan mimpi itu tetap semu, jika tindakan Anda tidak nyata.
Ingatlah bahwa,
Keberhasilan Anda berada di alam tindakan,
bukan di alam angan-angan.”

Maka…

1. Yakinilah kebaikan rencana Tuhan bagi Anda
2. Mintalah peran yang besar dalam kehidupan ini
3. Patuhilah ketetapan Tuhan mengenai upaya dan nasib Anda
4. Jadilah pribadi yang jujur
5. Bekerja-keraslah bagi kebaikan sesama,

lalu perhatikan apa yang terjadi.

Demikian resume singkat dari Mario Teguh Golden Ways dengan Topik ”Who Am I?“ , mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi sahabat sekalian.








GOSIP


resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 13 Juni 2010, dengan Topik “Gossip“. Gossip itu menjadi semakin penting karena orang semakin sadar dia harus membangun nama baik. Semua gosip bertentangan dengan kepentingan kita membangun nama baik. Itu sebabnya orang marah kalau digosipkan. Padahal sudah jelas gosip itu tidak benar, karena kalau benar namanya berita.

Uniknya uang yang dihasilkan dari gosip jauh lebih besar daripada memberitakan sesuatu yang benar, karena banyak orang menikmati kalau orang berbicara tentang gosip. Gosip itu menarik sekali karena tidak benar.

Maka jika seseorang tertarik kepada sesuatu yang tidak benar, berarti ada ketidak-baikan dihati yang menikmati berita tidak baik tentang orang lain. Kalau orang baik tidak akan menikmati fitnah tentang orang lain.

Melalui bahasan ini semoga kita akan tegar kalau digosipkan, malah bahkan bisa melihat kesyukuran dalam gosip itu. Dan kemudian menjadi pribadi yang bijak yang menghindari keadaan yang bisa digosipkan.

Pria yang bicaranya tidak hati-hati kepada wanita, yang bercandanya tidak hati-hati, yang pergi malam hari tidak dengan muhrimnya, didepan orang lain semakin banyak pamer harta; maka dia akan semakin banyak difitnah.

Untuk itu hidarkan diri menjadi pribadi yang rentan fitnah. Maka berbicaranlah yang baik, karena sebuah gelas itu warnanya ditentukan oleh cairan yang ada didalamnya. Jadi kalau kita mau selamat dari fitnah, pastikan yang keluar dari mulut kita itu baik, jaga pandangan mata, kemudian jaga diri kita jangan sampai terlihat didalam lingkungan dan pergaulan yang tidak baik.

Kalau kita digosipkan; pertama, ternyata tidak ada gunanya memberikan klarifikasi kepada orang yang tidak percaya. Kedua, ternyata gosip itu menjadi berkah, karena kita jadi tahu mana sahabat yang sebetulnya, dan mana yang palsu.

Maka jika anda digosipkan, pertahankan tempat anda, berdirilah gagah, hadapi lalu katakan “Akan kuperbanyak kebaikan-ku melawan keburukan yang mereka upayakan”.

Kalau kita digosipkan, hanya tinggal bandingkan lebih banyak mana yang percaya bahwa anda orang baik, atau yang mempercayai berita tidak baik tentang anda.

Tetapi kalau kita tahu tidak ada yang terjadi yang ditujukan Tuhan selain yang memuliakan kita, bahkan gosip itu harus disyukuri. Kalau gosip itu menjadikan kita lebih baik, lebih berhati-hati, lebih menghormati pergaulan, lebih menata pendekatan; berarti sesuatu yang buruk itu menjadi kebaikan, kalau menjadikan kita lebih baik.

Demikian resume singkat dari Mario Teguh Golden Ways dengan Topik ”Gossip“ , mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi sahabat sekalian









INDAHNYA MEMAAFKAN


Menurut Harun Yahya Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran yang benar. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih.

Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Yang Maha Kuasa, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang.

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul “Forgiveness” [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan.

Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin.

Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Tuhan Sang Maha Pencipta. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak referensi, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Mulai saat inilah tidak ada kata terlambat bagi kita untuk selalu introspeksi diri, sejauh mana dada dan hati kita memaafkan kesalahan orang lain atau meminta maaf atas segala kesalahan kita. Hindari sikap egoisme dalam diri yang membuat setiap manusia lupa akan hakikat jati dirinya. Karena manusia yang besar adalah manusia yang dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak mudah marah, lapang dada dan hatinya, serta selalu mementingkan manfaat bagi orang banyak.








Mario Teguh Golden Ways 06 Juni 2010: Rejeki Njepret

Sahabat Indonesia yang baik. Berikut adalah resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 06 Juni 2010, dengan Topik “Rejeki Njepret“. Banyak sekali orang rejekinya sedang tertunda, dan berdo’a kapan bisa kejepret dengan rejekinya. Dalam episode ini akan dibicarakan dari sudut pandang yang lebih logis, supaya kita tahu apa yang selama ini menahan rejeki kita dan apa yang membebaskannya untuk hadir dan menyejahterakan serta membahagiakan kita hari ini.

Kebanyakan dari kita terus menua tetapi rejekinya tidak sama dan sejalan dengan usia kita. Karena kita menua tetapi sering berbuat salah, tidak mau mendengarkan nasihat, sering ngeyel dll.

Rejeki itu harusnya sama dengan dimana kita berada, kalau ia usia 40 tahun harusnya kaya-nya sesuai dengan usia 40 tahun, pangkatnya juga setinggi yang direncanakan Tuhan. Tetapi semua ini tidak akan tercapai jika sejak kecil tidak dilatih disiplin, misalnya sekolah saja masih suka bolosan, ujian sibuk cari contekan; ia memang sibuk, tetapi ia sibuk dengan jalan yang tidak jujur. Sehingga banyak orang dengan rejekinya yang tidak besar, karena dia belum berlaku yang rejekinya pantas bagi usianya.

Jika ingin berejeki baik, orang itu harus ikhlas melepaskan perilaku yang selama ini memperlambat pertumbuhannya. Kalau kita ta’at kepada yang benar, kita akan berjalan dengan rejeki yang sesuai dengan menuanya diri kita.

Yang menjadikan seseorang itu hebat atau kecil adalah pendapat. Kita harus memiliki pendapat kita sendiri, mempertahankannya untuk membesarkan kita. Pendapat tidak boleh dipertahankan untuk memperkecil kehidupan.

Perhatikan orang yang hidupnya lemah, lambat dan marah kepada lingkungannya adalah orang yang sulit mengubah pendapatnya. Orang yang berhasil besar, ia berhasil karena pendapatnya. Kalau begitu pendapat itu bukan asal punya, tetapi tepatnya pendapat.

Menyuapi bayi tikus dengan susu gajah, tidak akan membuatnya menjadi gajah. Sehingga kita bisa memilih menjadi bayi gajah. Siapapun anda jika ingin berhasil, putuskan sekarang bahwa “Aku bayi gajah”; lalu perhatikan para gajah, dan tiru prilaku gajah.

Terkadang kita tidak “Njepret” rejekinya karena kita itu bayi gajah yang berprilaku kecil. Kita berprilaku kecil karena yang dikhawatirkannya yang kecil2, yang dipikirkannya yang kecil2 dan yang dipertengkarkannya dengan orang yang kecil2.

Kalau kita ingin rejeki kita menyusul, maka abaikanlah hal yang kecil2 yang terbukti tidak memuliakan kita. Mulai kita ambil pikiran orang2 yang besar, perasaan mereka, lalu perilaku mereka. Menirul-ah, kalau meniru yang baik, mengapa ditolak?.

Kalau mau sama, sama dengan yang hebat. Kalau mau beda, beda dengan yang lemah.

Semua jawaban dalam kehidupan itu harusnya sederhana, tetapi kita itu sering tidak percaya kalau jawabannya tidak kompleks. Seperti anggapan dukun kalau dekat image-nya tidak manjur, dukun itu harus jauh dan baru dikatakan manjur. Sama dengan nasehat, kalau orang dekat tidak didengarkan, kalau orang jauh baru didengarkan. Sehingga kita sulit menemukan jawaban yang baik, sebab kalau orang yang dekat tidak didengarkan, sementara yang jauh walaupun salah dituruti.

Jadi mulai dari sekarang hidup ini kalau bisa disederhanakan, sederhanakanlah; kalau membutuhkan semangat, bersemangatlah.

Bagaimana kalau masalahnya ada pada diri kita, yang mempunyai sifat malas?. Maka triknya supaya malas itu menjadi postitif, tetaplah bekerja keras walaupun anda malas. Semua orang berbakat untuk malas, karena malas itu tenaga yang hebat sekali. Kita ingin menjadi kaya supaya kita bisa menugaskan orang lain melakukan tugas yang tidak kita sukai; cara-nya bekerja keras saat ini supaya bisa malas2an nanti.

Maka lakukanlah sesuatu yang sederhana, yang anda sudah tahu jawabannya, lalu pastikan anda setia dalam jalan yang sederhana itu.

Takut itu wajar karena kita belum tahu ukuran dari beban. Setelah tahu ukuran dari beban itu kita akan berani. Kita tidak mungkin melakukan sesuatu dengan ikhlas, mengenai hal yang kita anggap sulit dan tidak ada gunanya.

Penderitaan tidak harus datang dari penderitaan. Kebahagiaan yang ditelantarkanpun bisa menjadi sumber penderitaan.

Banyak orang ketika memiliki uang yang tidak banyak lebih berhati-hati, lebih hemat, lebih menghargai istri, anak dan tetangga; tapi setelah punya banyak uang sombong, karena dia merasa segala sesuatu bisa dibeli dengan uang. Padahal rejeki yang dia dapatkan itu sangat mungkin adalah rejeki anak, istri atau pembantu yang dilewatkan melalui dia.

Tidak ada orang yang rejekinya sendiri, rejeki-nya pasti melibatkan orang lain, jadi kita tidak boleh sombong. Karena kalau kita sombong, akan diberikan masalah2 seperti rejekinya sendirian.

Orang2 yag sudah baik dalam hidupnya harus melihat kebaikan sebagai cara membaikkan, inilah orang yang agresif. Orang yang agresif melihat segala sesuatu yang dimilikinya sebagai yang terbaik, untuk mencapai yang lebih baik, karena ia percaya yang paling baik belum datang.

Maka terimalah yang kita miliki sebagai yang terbaik, untuk mencapai yang lebih baik, karena percaya yang paling baik belum datang.

Demikian resume singkat dari Mario Teguh Golden Ways dengan Topik ”Rejeki Njepret“ , mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi sahabat sekalian







MEMBARUKAN HIDUP


Membarukan Hidup“. Berikut sedikit ‘resume‘ yang bisa kami catat: Tidak ada satupun diantara kita dalam kehidupan ini yang tidak membutuhkan yang baru, yang lebih kuat daripada keharusan2nya, yang lebih besar kemampuannya dalam membiayai kehidupan yang baik. Mudah2an kita mencapai pengertian yang mengikhlaskan kita yang mengambil sikap menjadi pribadi baru yang pantas bagi kehidupan yang baru.

Tidak ada seorangpun yang menjanjikan kehidupan yang mudah, jauh hari kita sudah dingatkan untuk berhati-hati. Memang sudah diilhamkan kebaikan bersama kelahiran kita, tetapi tidak diilhamkan hal2 yang menjadikan kita buruk kalau kita memilih buruk.

Kalau kita ikhlas memilih yang baik, kita tidak perlu memperbaiki kerusakan. Hidup ini ternyata lebih banyak memperbaiki yang salah yang telah kita lakukan, daripada membangun yang baru. Maka sederhananya adalah marilah kita tidak menambahkan masalah didalam kehidupan kita, kalau sudah ada kesalahan dimasa lalu, maka sudahlah dan jangan siksa diri ini sekarang, karena itu sudah terjadi, dan itu terjadi waktu kita belum bijak.










Berjalan Ke Dalam Lubuk Hati


Hati laksana raja dalam tubuh kita; jika baik hati kita, maka akan baik seluruh anggota tubuh kita. Hati adalah tempat bertanya. Hati juga adalah cermin. Apa yang kita lakukan terus-menerus akan berpengaruh dan berbekas pada hati. Hal-hal terpuji akan membuat hati mengkilap dan cemerlang. Sementara hal-hal tercela akan membentuk noktah hitam kelam yang menumpuk sedikit demi sedikit dan membuat hati menjadi kusam dan gelap-gulita.

Lama-lama hati yang gelap akan menebal dan terkunci. Ini menghalangi kita melihat kebenaran. Hati yang gelap akan berkurang tingkat kepekaannya. Karena itu kita perlu membersihkan hati kita dari benih-benih penyakit hati. Ada tiga penyakit yang paling sering menghinggapi hati kita. Ini juga adalah tiga dosa paling awal sejak keberadaan manusia.

Pertama, sombong dan arogan. Ini adalah penyakit iblis yang menolak ketika diperintahkan bersujud pada Adam. ”Ia diciptakan dari tanah, sedangkan aku dari api,” ujar Iblis. Ini sikap rasialis seperti yang ditunjukkan oleh Hitler maupun rezim Apharteid di Afrika Selatan.

Tanpa sadar kita pun sering merasa lebih mulia dari orang lain semata-mata karena faktor SARA. Penyakit sombong sering muncul dalam bentuk merasa lebih penting, lebih tahu, lebih benar, dan lebih taat, dari orang lain. Perasaan paling tahu dan paling benar membuat kita menutup telinga. Kita tak merasa perlu mendengarkan orang lain. Kita justru sibuk memaksakan ”agenda” kita pada orang lain.

Akar dari sombong adalah kebiasaan membanding-bandingkan diri kita (comparing) dengan orang lain. Membanding-bandingkan akan membuat kita terombang-ambing. Kita merasa super kalau berhadapan dengan orang yang ada di bawah kita, tapi ironisnya kita akan merasa rendah diri di saat yang sebaliknya. Padahal satu-satunya perbandingan yang baik adalah membandingkan diri Anda terhadap potensi Anda sendiri.

Kedua, serakah. Ini penyakit Adam yang tetap memakan buah dari pohon yang dilarang Tuhan. Padahal ada berjuta-juta pohon yang disediakan dan hanya satu pohon itu yang dilarang.

Akar serakah adalah scarcity mentality (mentalitas kelangkaan), yaitu perasaan bahwa segala sesuatu sangat terbatas, sehingga berprinsip ‘Saya akan mengambil bagian saya dulu sebelum kehabisan.’

Orang serakah menganggap dunia seperti sepotong kue. ”Kalau Anda mendapatkan potongan besar, sisanya tinggal sedikit untuk saya.” Karena itu, saya akan mengambilnya dulu. Semua persoalan yang kita hadapi di negara ini, baik KKN, upah minimum yang tak cukup untuk hidup layak, atau persoalan tarik-ulur otonomi daerah, sebenarnya berakar dari keserakahan, yaitu keinginan menguasai dan tiadanya keinginan untuk berbagi dengan pihak lain.

Ketiga, penyakit iri dan dengki. Ini penyakitnya Qabil yang merasa iri terhadap Habil yang mendapatkan istri lebih cantik. Akar penyakit ini adalah kecenderungan kita untuk selalu bersaing (competing) dengan orang lain. Kita memandang dunia sebagai medan pertempuran. Kita memandang setiap orang sebagai pesaing kita. Karena itu kita berjuang mengalahkan mereka. Kita ingin lebih pandai, lebih hebat, dan lebih populer. Kita berduka melihat orang lain sukses. Kita sedih melihat kawan naik pangkat. Kita pusing melihat tetangga membeli mobil baru. Orang yang bermental seperti ini tak perduli dengan prestasinya sendiri. Yang penting, ia lebih tinggi dari orang lain.

Bangsa kita dipenuhi manusia-manusia yang mengidap penyakit ini. Suatu istilah yang dipakai dalam hal ini adalah AIDS; bukan penyakit yang berhubungan dengan kelamin itu, tapi AIDS singkatan dari (Arogan, Iri, Dengki, Serakah). Itu sebabnya masalah kita tak kunjung usai. Tapi daripada melihat orang lain, marilah kita melihat diri kita sendiri. Karena, bukan mustahil kita pun ”terinfeksi” penyakit AIDS ini.

Jangan lupa, kepemimpinan selalu dimulai dari diri sendiri. Karena itu, mulai lah melakukan perjalanan ke dalam. Yaitu, menyelami lubuk hati kita masing-masing dan mendeteksi adanya benih-benih AIDS ini dalam hati kita.

Awalnya pasti sulit. Ada sebuah kata-kata menarik dari seorang mantan Sekjen PBB, Dag Hammersjold, yang banyak melakukan perjalanan antarnegara dan antarbenua. ”Perjalanan yang paling panjang dan paling melelahkan adalah perjalanan masuk ke dalam diri kita sendiri.







Mario Teguh Golden Ways 16 Mei 2010: Nanti


resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 16 Mei 2010, dengan Topik “Nanti“. Bukti bahwa anda memboroskan kehidupan, anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang lain yang tidak setinggi pendidikannya dengan anda; anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang yang belum pengalaman. Lalu mengapa anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang lain, lalu minta dibayar seperti anda melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain. Jadi kalau begitu, BERANILAH. Berikut resume lengkap yang bisa kami catat:

Banyak diantara kita melihat kehidupan ini dengan kata nanti. Banyak sekali orang yang hidupnya ini banyak nanti; nanti tetapi tanpa tenaga.

Padahal kehidupan yang lebih baik nanti itu hanya bisa dicapai dengan kesungguhan untuk menjadikan diri kita pantas bagi yang nanti.

Logikanya, dulu waktu kita kecil untuk menjadi kita sekarang, ada sesuatu yang kita lakukan. Pertanyaannya, apakah yang anda lakukan sekarang ini, akan menjadi sesuatu yang menghebatkan anda nanti?. Yang menjadikan anda sekarang, apapun jadinya,apakah itu akan menghebatkan anda nanti?. Ada orang yang bisa menjawab dengan tegas, tetapi ada yang masih bertanya-tanya karena sekarang pun dia tidak ‘happy’.

Jika saat ini saja dia tidak ‘happy’, bagaimana mungkin dia mengulangi cara ini untuk menjadikannya pribadi yang hebat.

Apabila ada keraguan mengenai cara2 untuk menjadikan kita sekarang, kita harus memperbaiki cara itu; karena tidak ada orang menjadi sesuatu yang hebat, menjadikan cara yang sama untuk menjadikan diri yang sekarang dikeluhkannya.

Banyak diantara kita apabila diberikan suatu nasihat, ia selalu bertanya ‘apa jamiannnya melakukan ini?’, memang tidak ada jaminan.

Tetapi tidak melakuan pasti jadi orang yang bukan apa2. Mau pilih yang tidak ada jaminannnya dengan kemungkianan berhasil?, atau tidak melakukan apapun yang pasti jadi orang yang menua tanpa menjadi mampu?.

Pilihan kita banyak sekali, tetapi yang harus kita lakukan adalah memilih yang terdekat diantara kita. Dan yang terdekat ini bedanya tidak banyak dengan orang lain, beda yang menonjol diantara kita hanyalah sikap. Tetapi ini yang menjadikan perbedaan yang sangat besar.

Sikapnya bedanya sedikit, tetapi dampaknya dalam kehidupan besar. Orang yang bersikap positif selalu berprinsip “Aku behak berhasil, dan dalam hak ini Aku terkadang gagal”. Tetapi orang yang sikapnya kurang baik, dia hanya mau melakukan jika ada garansi berhasil.

Jadi pantas sekali keberhasilan itu selalu berpihak keada orang2 yang berani; yang berani mengijinkan dirinya kadang2 salah, dipermalukan orang.

Jadi pilihannya berani melakukan, ijinkanlah diri anda untuk sampai ke tahap nanti itu, betul2 sampai dalam keadaan yang lebih dihargai.

Mengapa kita mengatakan nanti?.Selalu karena kita sedang direndahan.

Lakukanlah yang anda takuti. Bukan suatu hal besar, jika anda melakukan sesuatu yang anda berani melakukannya; hal ini bukan hal besar, tetapi kecil dan biasa. Jika anda melakukan hal yang ragu2 ukurannya lumayan. Dan jika anda berani melakukan yang ditakuti, maka ukurannya besar.

Semua ini adalah logika mengapa keajaiban berpihak kepada yang berani. Karena yang berani terpaksa memasukkan dirinya kepada masalah besar.

Tuhan menjamin, bahwa anda tidak mungkin diberikan masalah yang tidak bisa anda selesaikan.

Jadi seberani-beraninya kita, kalau belum kelasnya, Tuhan tidak aka ijinkan anda masuk dalam masalah besar. Hanya setelah anda pantas menyelesaikan masalah besar, anda diijinkan masuk dalam masalah itu, dan pasti akan selamat, karena itu jaminan Tuhan.

Berapa banyak diantara kita, yang membosokan kehidupannya yang besar, hanya melakukan hal2 yang kecil.

Bukti bahwa anda memboroskan kehidupan, anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang lain yang tidak setinggi pendidikannya dengan anda; anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang yang belum pengalaman. Lalu mengapa anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang lain, lalu minta dibayar seperti anda melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain. Jadi kalau begitu, BERANILAH.

Kalimat “Allah SWT yang menjadikan-nya, lalu kita hanya berupaya”; kalimat ini benar dan salah. Benar semua, dan salahnya karena kita menyepelakan upaya dengan memberikan kata “hanya”; karena upaya bukan “hanya”.

Perhatikan kalimat ini “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kalau dia tidak berupaya”, berarti siapa yang mengubahnya?. Maka jangan salahkan orang lain, jika nasib kita belum baik; karena Tuhan saja tidak akan mengubah nasib kita kalau kita tidak berupaya.

Kebanyakan orang yang marah kehidupannya tidak berubah,justru orang2 yang tidak berupaya. Jadi upaya itu jangan cuma “dihanyakan”, upaya itu satu2nya jalan keluar. Jika kita mau berupaya, maka Tuhan-pun akan mengarahkan kita.

Maka formulanya adalah Upaya = Do’a + Tindakan. Orang yang hanya berdo’a, tetapi belum bertindak, itu upayanya belum utuh. Ada orang yang hanya bertindak tapi tidak berdo’a, dan jika berhasilpun tidak akan lama.

Agama itu untuk melangggengkan kebaikan. Jadi jangan pernah katakan upaya itu “hanya”, memang betul Tuhan yang mengijinkan tetapi dengan upaya yang memantaskan bagi kehebatan ijin Tuhan.

Agama itu pembaik. Agama apapun harus menjadikan yang menganutnya baik. Sehingga lucu sekali jika agama digunakan orang untuk menistai sesamanya; karena agama adalah pembaik.

Jadi bagaimana caranya berdo’a dan bertindak?, mengaculah kembali kepada tuntunan, disetiap agama itu ada. Tujuan kita tidaklah untuk menjadikan agama seperti kita, tujuan kita adalah menjadikan orang beragama sebaik-baiknya di-agamanya. Hanya apabila Tuhan menyentuh Qolbunya untuk memeluk agama tertentu, dia akan tercerahkan tanpa paksaan, tanpa undangan.

Jadi Tugas kita adalah menyerahkan diri kita kepada kepemimimpinan Tuhan, lalu menjadi pribadi yang sebaik-baiknya bagi kebahagiaan sesama.

Formula kita adalah jangan menunggu sesuatu baik dulu sebelum berupaya. Banyak orang mensyaratkan punya modal dulu sebelum berbisnis, padahal pada hari mulai berbisnis modal itu tidak dibutuhkan.

Jangan mensyaratkan orang baik dulu baru kita baik. Banyak pasangan suami-istri yang sekarang sedang menunggu, dia berjanji akan baik jika pasangannya sudah ramah.

Kalau begitu jangan menunggu kadaan baik dulu, baru berupaya. Kalau semua orang menunggu baik dulu baru berupaya, lalu yang membaikkan keadaan siapa?.

Bukankah kita diturunkan sebagai khalifah untuk menyerukan kebaikan dan mencegah keburukan?. Maka jangan tunggu keadaan membaik, andalah yang membaikkan keadaan.

Kalau anda membalas keburukan seseorang, anda itu hanya bisa membalas dan mengenalkan rasa sakit kepadanya. Kalau anda membalas, pasti anda menyakiti, karena anda disakiti. Kalau anda memaafkan, yang anda minta membalas adalah Tuhan.Kalau Tuhan membalas, menjadikan orang ini lebih baik.

Jadi orang yang memaafkan sebetulnya memberikan ijin keada Tuhan memperbaiki orang yang tadinya menyakiti kita. Jadi memaafkan adalah membatalan hak kita membalas; dan itu hanya orang besar yang bisa melakukan itu.

Menjadi orang baik itu sulit, karena nanti hidupnya mudah; dan mudah menjadi orang jahat karena nanti hidupnya sulit.

Teknik untuk menjadi mampu menyelesaikan masalah2 dalam kehidupan ini, tidak ada lagi kecuali ALAMI (dialami). Rasakanlah penghinaan, rasakanlah perendahan; rasakan cubitan dari penghinaan itu, lalu gunakan kemarahan anda sebagai tenaga untuk menghebatkan diri.

Banyak orang menyerahkan sesuatu kepada Tuhan, tetapi diambilnya kembali untuk diurusnya lagi padahal dia tidak mampu.

Jadi kalau mau ahli dalam kehidupan ini, maka alami. Itu sebabnya ada istilah pengalaman; dan pengalaman tidak sama dengan usia. Anak muda yang sibuk, akan lebih tinggi pengalamannya daripada orang usia 60 tahun yang hidupnya malas dan penunda.

Tahapan yang terbaik adalah memulai. Orang2 yang sedang siap2 itu lupa, bahwa dia telah hidup cukup lama sebagai persiapan.

Persiapan yang sebetulnya untuk berhasil itu bukan pendidikan. Keberhasilan itu bergantung kepada kualitas anda sebagai pribadi; dan itu dibangun dalam kehidupan. Bukan hanya disekolah, tetapi dalam pergaulan, interaksi anda dengan orang tua, penghormatan anda kepada yang lebih tua; kesemua ini adalah persiapan.

Mengapa kita menunda sesuatu yang sebetulnya kita bisa mulai, karena jaminannya dari langit. Bagi orang yang tidak tahu, tetapi rindu mendatangkan keuntungan bagi orang lain, dia akan dibuat tahu waktu melakukan. Karena sebagian ilmu kita untuk berhasil ada didalam pekerjaan.

Keberhasilan tidak berada dialam rencana, keberhasilan ada dialam tidakan. Melakukan atau tidak melakukan kita akan jadi. Kita ini menjadi kita sekarang karena yang kita lakukan dan yang kita hindari.

Pertanyaannya, yang menjadikan kita itu yang kita lakukan atau yang kita hindari?. Tentunya yang kita lakukan,dan yang membatalkan yang kita lakukan adalah yang kita hindari.

Sehingga banyak sekali orang melakukan sesuatu untuk membangun kehidupannya lalu dibatalkan dengan menghindari hal2 yang harus dilakukannya.

Maka melakukan atau tidak melakukan kita pasti jadi; hanya bisa berharga atau tidak, semuanya tergantung dari yang dilakukan atau dihindari.

Pesannya, lakukan yang harus dilakukan; jangan lakukan yang tidak boleh dilakukan.

Kita menjadi kita sekarang, dari kecil duhulu, karena yang kita lakukan. Tidak ada jaminan bahwa kalau kita berkualitas kita berhasil, karena jumlah sarjana menganggur dinegeri ini sangat besar; itu orang2 yang berkualitas yang tidak diberdayakan. Karena cara2 ini mungkin kekurangan satu hal yang namanya kesungguhan.

Jadi apapun pilihan dan cara kita nanti untuk menghebatkan kita dimasa depan, tambahkanlah kesungguhan.

Kalau kita ingin kehidupan ini bersungguh-sungguh mendengarkan keluhan hati kita; lalu kita ingin Tuhan bersungguh-sungguh menuruti permintaan kita, maka bersungguh-sungguhlah. Karena alat tukar untuk mendapatkan kesungguhan adalah kesungguhan kita.

Semakin kita bersungguh-sungguh, setia melakukan yang baik bagi orang lain dan bagi diri, semakin kehidupan bersungguh-sungguh memulaikan kita.

Jadi dalam semua yang anda lakukan bersungguh-sungguhlah. Jika anda menuliskan nama anda, maka bersungguh-sungguhlah, jika anda memperkenalkan diri bersungguh-sungguhlah, memperlakukan keluarga bersungguh-sungguhlah; hadirkan kesungguhan dalam setiap langkah ana.

Jika anda menaruh kesungguhan dalam semua yang anda lakukan, anda akan lihat bagaimana kehidupan bersungguh-sungguh memperhatikan kita. Maka bersungguh-sungguhlah, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Demikian resume dari acara Mario Teguh Golden Ways dengan Topik “Nanti”. Jika sekiranya didapati kekurangan – suatu kebahagiaan bagi Kami, apabila sahabat sekalian berkenan mengoreksi serta menyempurnakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar