Mario Teguh Golden Ways 26 September 2010: Hak Untuk Sejahtera
Sahabat Indonesia yang kualitas hatinya menentukan kualitas rejekinya, berikut adalah resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 26 September 2010, dengan Topik “Hak Untuk Sejahtera“.
Banyak orang yang hanya meminta haknya untuk dipenuhi tetapi melupakan sisi lain yaitu kewajiban. Begitupun jika ada permintaan, pasti ada kepantasan. Semua orang berhak untuk sejahtera, tetapi tidak setiap orang membangun kemampuan untuk menyejahterakan diri. Kata-katanya adalah menyejahterakan diri bukan disejahterakan.
Banyak orang yang mengeluh mengenai haknya untuk sejahtera adalah orang2 yang menunggu untuk disejahterakan; seperti seorang eksekutif yang menunggu dibuat berhasil. Hal itu sangat tidak mungkin karena orang sudah terlalu sibuk dengan kepentingan mereka sendiri, khawatir dengan ketidakpastian masa depan mereka sendiri, lalu kita menuntut mereka untuk mensejahterakan kita.
Marilah kita jadikan hari ini adalah hari yang paling indah; hari yang paling indah adalah hari dimana kita ikhlas dan penuh keberanian menerima hari ini adalah hari dimana saya bertanggung jawab bagi penyejahteraan diri saya sendiri.
Sebetulnya melakukan kebaikan itu mudah, yang tidak mudah itu adalah mengikhlaskan diri melakukan yang baik.
Banyak orang hidup dalam fatamorgana, bahwa ketidak-baikan itu enak. Padalahl semua pendidikan mulai dari madrasah sampai perguruan tinggi, itu mengenai kebaikan, kejujuran, kebenaran; tetapi kenapa kita tidak ikhlash?.
Sebetulnya ikhlash itu mudah kalau orangnya ikhlash; ikhlash itu sulit karena sebetulnya orangnya tidak ikhlash.
Secara corporat dalam organisasi, semangat yang dibangun tinggi dalam sebaik apapun program, akan turun 83% dalam 6 bulan.
Jadi semangat organisasi yang tidak pernah melakukan training, tidak melakukan pelatihan, tidak pernah mengundang pembicara, hanya tersisa 17% dalam 6 bulan, dan 17% itu bukan karena harus hebat tapi karena tuntutan gajian.
Mau jadi apa bangsa ini kalau semangat penduduknya hanya mau gajian. Itu sebabnya bangsa yang kuat selalu bangsa yang memiliki penduduk yang lebih banyak pengusaha daripada pegawai.
Kebaikan itu pasti sama pada setiap orang, tidak relatif. Bahkan penjahat-pun tidak mau kalau dijahati.
Bahkan penjahat paling serius menuntut haknya untuk dibaiki, karena dia akan berlaku lebih jahat kepada orang yang tidak baik kepadanya.
Itu sebabnya pemimpin itu bisa berlaku tidak amanah, tidak jujur, curang, tidak adail; tidak masalah, kalau yang dipimpinnya orang baik.
Kulaitas kepemimpinan yang sebetulnya itu ada pada dunia hitam, karena penjahat yang memimpin penjahat kalau tidak adil, langsung dihukum oleh bawahannya. Orang baik seperti kita akan memafkan, karena kita baik.
Porsi rejeki itu tidak ditentukan secara kotak-perkotak, tetapi porsi rejeki itu ditentukan oleh cara setiap orang mendapatkan rejeki itu.Ada orang yang pantas untuk dapat besar, ada orang yang pantas untuk dapat kecil.
Rejeki itu tidak dibatasi dan tidak diporsi, tetapi kitalah yang diperintahkan untuk memantaskan bagi sebesar-besarnya rejeki.
Maka ikhlash-lah dan lakukan hal2 yang pantas untuk mendapatkan rejeki.
Damai itu adalah kesejahteraan bathiniyah. Lalu yang sejahtera itu adalah yang berhubungan dengan kemampuan kita membiayai kehidupan yang baik.
Sejahtera itu tidak selalu harus mampu beli, sepertihalnya seorang petani yang telah tercukupi makanan sehari-hari nya dari hasil yang dia tanam di lahan pertaniannya. Tetapi orientasi kita sejahtera itu selalu dikaitkan
dengan kemampuan kita untuk membeli sesuatu.
Tetapi jangan salahkan ini, karena ada argo dalam kehidupan; yang melakukan baik, hitungannya baik.
Jangan sepelekan uang atau harta, jangan benci kekayaan, karena sedekah juga dihitung dengan persentase.
Maka jadilah orang kaya yang baik. Langkah pertama menjadi orang kaya yang baik adalah jadi orang baik. Jangan kaya dulu baru mikir jadi orang baik.
Begitu kita membicarakan kesejahteraan, anda tidak mungkin bisa menghindari keluhan dari banyak orang.
Hak untuk sejahtera itu ada pada setiap orang, hanya teknologi berfikir dan bersikapnya tidak mengumpulkan kemampuan untuk sejahtera.
Cara paling baik untuk mendamaikan diri adalah bekerja untuk mendamaikan orang lain.
Maka cara paling baik untuk menyejahterakan diri adalah bekerja untuk menyejahterakan orang lain.
Kalau dipikir betul, tidak ada orang yang menjadi kaya dengan jujur, kecuali berusaha memperkaya orang lain juga.
Orang2 kaya yang kita benci prilakunya adalah orang2 yang memperkaya diri dengan memiskinkan orang lain; inilah prilaku yang harus kita cegah.
Maka mari kita bangun anak2 menjadi orang jujur karena mereka akan menjadi calon2 pemimpin, sehingga jika salah milihpun tetap pemimpin yang jujur.
Hari yang paling indah adalah hari dimana kita mengambil tanggung jawab pribadi, bahwa keberhaislan saya, kesejahteraan saya adalah tanggung jawab saya pribadi.
Maka gunakan diri anda sebagai sesederhana-sederhananya manusia, dan meminta kepada Tuhan untuk digunakan dalam tugas2 yang membantu bagi kebaikan orang lain.
Ganti pekerjaan anda yang membuat orang lain setidaknya berbahagia, bahkan senyuman anda yang diniatkan untuk membahagiakan orang lain, akan dimuliakan Tuhan.
Maka jadikan orang yang bertemu anda, meninggalkan anda dengan perasaan yang lebih bahagia dari waktu dia datang bertemu anda.
Jika anda demikian pedulinya dengan kebahagiaan perasaan orang lain, anda tidak hanya dimudahkan untuk sejahtera secara bathiniyah, juga sejahtera sebagai pribadi yang bertanggung jawab bagi keluarga juga bagi lingkungan.
Jadilah pribadi yang sangat sederhana dan sangat bersemangat. Sangat sederhana, tidak khawatir mengenai penilaian orang lain, karena bukan harta yang menjadikan dirnya mulia, tetapi niatnya untuk membaikkan sesama.
Besemangatlah untuk menjadi bagian yang penting bagi kebaikan orang lain, lalu perhatikan apa yang terjadi.
Demikian resume singkat dari Mario Teguh Golden Ways edisi 26 September 2010 dengan topik Hak Untuk Sejahtera. Mohon maaf karena pe-rangkuman ini jauh dari sempurna; suatu kebahagiaan bagi kami apabila sahabat sekalian berkenan mengoreksi dan menyempurnakannya.
BELAJAR MEMAHAMI JIWA MANUSIA
postmodernisme; bagi Karl Marx disetir oleh perutnya (ekonomi) dan bagi Sigmund Freud oleh libido seksnya. Ketika berhijrah di abad ke 7 M, Nabi Muhammad saw. telah menyinggung temuan Marx dan Freud ini.
Orang berhijrah itu disetir oleh tiga orientasi : seks, materi dan idealisme atau keimanan (lillah wa rasulihi). Artinya, manusia itu bisa jadi seharga dorongan perutnya, atau dorongan seksualnya dan dapat menjadi sangat idealis, meninggalkan kedua dorongan jiwa hewani dan nabati itu.
Jadi semua perilaku manusia hakekatnya disetir oleh jiwa atau nafs-nya. Tapi jiwa mempunyai banyak anggota, yang oleh al-Ghazzali disebut tentara hati (junud al-qalbi).
Anggota jiwa dalam al-Qur’an diantaranya adalah qalb (hati), ruh (roh), aql (akal) dan iradah (kehendak) dsb. Al-Qur’an menyebut kata nafs sebanyak 43 kali, 17 kali kata qalb-qulub, 24 kali kata ta’aqilun (berakal), dan 6 kali kata ruh-arwah. Itulah, modal manusia untuk hidup di dunia, yaitu sinergi semua, buka independensi masing-masing anggotanya.
Nabi menjelaskan peran qalb (hati) dalam hidup manusia. Menurutnya, aspek penentu hakekat manusia adalah segumpal darah (mudghah), yang disebut qalb (hati). Gumpalan itulah yang menjadi penentu kesalehan dan kejahatan jasad manusia (HR. Sahih Bukhari).
Karena begitu menentukannya fungsi hati itulah Allah hanya melihat hati manusia dan tidak melihat penampilan dan hartanya. (HR. Ahmad ibn Hanbal). Sejatinya, hati adalah wajah lain dari nafs (jiwa), maka dari itu hati atau jiwa manusia itu bertingkat-tingkat. Para ulama menemukan tujuh tingkatan jiwa dari dalam al-Qur’an:
Pertama, nafs al-ammarah bi al-su’, atau nafsu pendorong kejahatan. Ini adalah tingkat nafs paling rendah yang melahirkan sifat-sifat seperti takabbur, kerakusan, kecemburuan, nafsu syahwat, ghibah, bakhil dsb. Nafsu ini harus diperangi.
Kedua, nafs al-lawwamah. Ini adalah jiwa yang memiliki tingkat kesadaran awal melawan nafs yang pertama. Dengan adanya bisikan dari hatinya, jiwa menyadari kelemahannya dan kembali kepada kemurniannya. Jika ini berhasil maka ia akan dapat meningkatkan diri kepada tingkat diatasnya.
Ketiga adalah Nafs al-Mulhamah atau jiwa yang terilhami. Ini adalah tingkat jiwa yang memiliki tindakan dan kehendak yang tinggi. Jiwa ini lebih selektif dalam menyerap prinsip-prinsip. Ketika jiwa ini merasa terpuruk kedalam kenistiaan, segera akan terilhami untuk mensucikan amal dan niatnya.
Keempat, Nafs al-mutma’innah atau jiwa yang tenang. Jiwa ini telah mantap imannya dan tidak mendorong perilaku buruk. Jiwa yang tenang yang telah menomor duakan nikmat materi.
Kelima, Nafs al-Radhiyah atau jiwa yang ridha. Pada tingkatan ini jiwa telah ikhlas menerima keadaan dirinya. Rasa hajatnya kepada Allah begitu besar. Jiwa inilah yang diibaratkan dalam doa: Ilahi anta maqsudi wa ridhaka matlubi (Tuhanku engkau tujuanku dan ridhaMu adalah kebutuhanku) .
Keenam, Nafs al-Mardhiyyah, adalah jiwa yang berbahagia. Tidak ada lagi keluhan, kemarahan, kekesalan. Perilakunya tenang, dorongan perut dan syhawatnya tidak lagi bergejolak dominan.
Ketujuh, Nafs al-Safiyah adalah jiwa yang tulus murni. Pada tingkat ini seseorang dapat disifati sebagai Insan Kamil atau manusia sempurna. Jiwanya pasrah pada Allah dan mendapat petunjukNya. Jiwanya sejalan dengan kehendakNya. Perilakunya keluar dari nuraninya yang paling dalam dan tenang.
Begitulah jiwa manusia. Ada pergulatan antara jiwa hewani yang jahat dengan jiwa yang tenang. Ada peningkatan pada jiwa-jiwanya yang tenang itu.
Sahabat Rasulullah saw. Sufyan al-Thawri pernah mengatakan bahwa beliau tidak pernah menghadapi sesuatu yang lebih kuat dari nafsunya; terkadang nafsu itu memusuhinya dan terkadang membantunya. Ibn Taymiyyah menggambarkan pergulatan itu bersumber dari dua bisikan: bisikan syetan (lammat a-syaitan) dan bisikan malaikat (lammat al-malak).
Perang melawan nafsu jahat banyak caranya. Sahabat Nabi Yahya ibn Mu’adh al-Razi memberikan tipsnya. Ada empat pedang untuk memerangi nafsu jahat: makanlah sedikit, tidurlah sedikit, bicaralah sedikit dan sabarlah ketika orang melukaimu… maka nafs atau ego itu akan menuruti jalan ketaatan, seperti penunggang kuda dalam medan perang.
Memerangi nafsu jahat ini menurut Nabi adalah jihad. Sabdanya “Pejuang adalah orang yang memperjuangkan nafs-nya dalam mentaati Allah” (al-Mujahidu man jahada nafsahu fi ta’at Allah `azza wa jalla). (HR.Tirmidhi, Ibn Majah, Ibn Hibban, Tabrani, Hakim dsb).
Kejahatan diri dalam al-Qur’an juga dianggap penyakit
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS 2:10).
Sementara Nabi mengajarkan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Para ulama pun lantas berfikir kreatif. Ayat-ayat dan ajaran-ajaran Nabi pun dirangkai diperkaya sehingga membentuk struktur pra-konsep. Dari situ menjadi struktur konsep dan akhirnya menjadi disiplin ilmu.
Ilmu tentang jiwa atau nafs itu pun lahir dan disebut Ilm-al Nafs, atau Ilm-al Nafsiyat (Ilmu tentang Jiwa). Ketika Ilmu al-Nafs berkaitan dengan ilmu kedokteran (tibb), maka lahirlah istilah al-tibb al-ruhani (kesehatan jiwa) atau tibb al-qalb (kesehatan mental). Tidak heran jika penyakit gangguan jiwa diobati melalui metode kedokteran yang dikenal dengan istilah al-Ilaj al-nafs (psychoteraphy) .
Dalam Ilmu al-Nafs ditemukan bahwa raga dan jiwa berkaitan erat, demikian pula penyakitnya. Psikolog Muslim asal Persia Abu Zayd Ahmed ibn Sahl al-Balkhi pada abad ke 10 (850-934), menemukan teori bahwa penyakit raga berkaitan dengan penyakit jiwa. Alasannya, manusia tersusun dari jiwa dan raga.
Manusia tidak dapat sehat tanpa memiliki keserasian jiwa dan raga. Jika badan sakit, jiwa tidak mampu berfikir dan memahami, dan akan gagal menikmati kehidupan. Sebaliknya, jika nafs atau jiwa itu sakit maka badannya tidak dapat merasakan kesenangan hidup.
Sakit jiwa lama kelamaan dapat menjadi sakit fisik. Itulah sebabnya ia kecewa pada dokter yang hanya fokus pada sakit badan dan meremehkan sakit mental. Maka dalam bukunya Masalih al-Abdan wa al-Anfus, ia mengenalkan istilah al-Tibb al-Ruhani (kedokteran ruhani).
Jadi, hakekatnya manusia yang dikuasai oleh dorongan nafsu hewani dan nabati saja, boleh jadi sedang sakit. Manusia sehat adalah manusia yang nafsunya dikuasai oleh akalnya, Hatinya (qalb) untuk taat pada Tuhannya. Itulah insan kamil yang memiliki jiwa yang tenang, yang kembali pada Tuhan dan masuk surganya dengan ridho dan diridhoi. Yang senantiasa menyelaraskan antara fikir dan dzikir, antara akal dan wahyu. Itulah manusia yang selama hidupnya menjadi sinar cahaya (misykat) bagi umat manusia.
Idul Fitri hari Kebahagiaan dan KemenangaN
Asal Ied-ud-Fithr terdiri dari dua kata, yaitu ied yang artinya hari raya, dari
asal kata ‘ayada yg artinya kembali. Dikatakan ied karena pada hari itu
Allah s.w.t mengembalikan kegembiraan dan rasa suka cita kepada hambaNya.
Ada yang mengatakan disebut ied karena pada hari itu kembalinya
kebaikan-kebaikan dari Allah kepada hamba, pada hari itu seorang hamba
kembali dalam keadaan suci karena telah bertaubat kepada Allah dan telah
meminta maaf kepada sesamanya.
Kata kedua fithr yang artinya fitrah, kesucian dan kebersihan jiwa. Ini
karena pada hari itu seorang hamba merayakan kebersihannya dari noda-noda dosa karena beribadah dan bartubat secara intensif selama sebulan penuh.
Maka ada yang menyebut hari idul fitri sebagai hari kemenangan karena kita
berhasil mengalahkan hawa nafsu kita selama sebulan penuh.
Tidak hanya itu, hari Idul Fitri juga menandai hari-hari besejarah. Wahab
bin Manbah meriwayatkan: “Allah menciptakan sorga pada hari Iedul Fitri,
menanam pohon keuntungan (thuuba) pada hari itu dan Allah memilih Jibril
sebagai pembawa wahyu juga pada hari itu juga”.
Idul Fitri dalam al-Qur’an
Allah s.w.t. berfirman dalam surah al-A’la (14-15)
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. ”
Qatadah dan Ata’ mengatakan yang dimaksud dengan membersihkan diri dalam ayat ini adalah mengeluarkan zakat fitrah. Abu Said al-Khudri berkata:
yang dimaksud dengan “ingat nama Tuhannya” adalah dengan mengumandangkan takbir pada hari Idul Fitri dan bersembahyang maksudnya sholat Ied”.
Fadlilah Idul Fitri
Banyak fadlilah dan keutamaan yang diturunkan Allah s.w.t. pada hari idul
fitri. Dari Anas bin Malik Rasulullah s.a.w. bersabda ” Pada malam Idul
Fitri Allah membayarkan pahala orang-orang yang berpuasa Ramadhan, lalu
Allah memerintahkan kepada malaikat-malaikatNya di pagi hari itu agar
turun ke bumi, mereka berdiri di ujung-ujung jalan dan pintu-pintu masuk
perkampungan seraya menyerukan kepada mahluk di bumi ini dengan suara
lantang yang didengarkan oleh semua mahluk bumi kecuali manusia dan jin :
wahai umat Muhammad kelaurlah kepada Tuhanmu Yang Maha Besar, Menerima hal kecil, Membalas dengan kebesaran, Memaafkan dosa besar. Ketika mereka mulai berduyun-duyun ke masjid-masjid dan mendirikan sholat dan berdoa, maka Allah tidak mendengar permintaan mereka kecuali mengabulkan hajatnya, memberi permintaannya dan mengampui dosa-dosanya. Lalu mereka keluar dari masjid dalam keadaan diampuni oleh Allah”.
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa malam Idul Fitri disebut malam pemberian
hadiah, pada malam itu Allah berseru kepada malaikatnya: “Aku bersaksi
wahai malaikatku bahwa Aku telah memberikan pahala puasa hamba-hambaKu, pahala sholat-sholat mereka. Aku limpahkan kepada mereka ridal dan ampunanKu.
Kemudian Allah berfirman “Wahai hamba-hambaku, demi keagungan
dan kemuliayaanKu, apapun yang kalian minta untuk hari akhirmu pasti akan
Kukabulkan, apapun yang kalian minta untuk dunia kalian pasti akan
Kuikutkan, Aku akan tutupi kekuranganmu sejauh engkau mengingatKu,
keluarlah dengan ampunan dan ridlaKu”.
Sebelum Idul Fitri Tiba
Sebelum Idul Fitri datang ada baiknya kita persiapkan hal-hal yang
selayaknya kita persiapkan untuk hari mulia itu. Kita perhatikan
persiapan-persiapan itu mulai dari yang wajib lalu yang sunnah.
Pertama yang harus kita kerjakan menjelang hari Iedul Fitri adalah membayar Zakat Fitrah. Zakat Fitrah waktunya adalah mulai mata hari terbenam malam Ied hingga mulai didirikan sholat Ied.
Dalam hadist riwayat Ibnu Umar, Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar mengeluarkan zakat fitrah sebelum masyarakat keluar untuk menjalankan sholat Ied” (H.R. Jamaah).
Hadist Ibnu Abbas menegaskan bahwa “Barangsiapa mengeluarkan Zakat Fitrah sebelum sholat Ied maka itu merupakan Zakat Fitrah yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya setelah sholat Ied maka itu seperti sedekah biasa” (H.R. Abud Dawud).
Amalan-amalan lain yang disunnahkan menjelang Idul Fitri adalah sbb:
1. Memperbanyak membaca takbir pada malam Iedul Fitri. Itu merupakan
ibadah yang kita lakukan untuk meninggalkan Ramadhan dan untuk menyambut kedatangan ‘Idulfitri. Oleh sebab itu, disunatkan kepada kita mengucapkan takbir dengan mengangkat suara, bermula waktunya dari terbenam matahari malam Hari Raya sehingga imam mengangkat takbiratul ihram sholat ied.
Firman Allah Ta‘ala:
“Dan agar kamu membesarkan Allah atas apa-apa yang telah Ia
memberi petunjuk kepada kamu, dan agar kamu bersyukur (atas nikmat-nikmat yang telah diberikan”.( Surah Al-Baqarah : 185)
2. Menghidupkan malam Idul Fitri dengan memperbanyak beribadah kepada
Allah, baik itu dzikir, sholat atau membaca al-Qur’an. Melantunkan kalimat
takbir juga merupakan ibadah yang dianjurkan pada malam Idul Fitri. Dalam
sebuah hadist riwayat Udah bin Shamit Rasulullah bersabda :”Barang siapa
menghidupkan malam Ied dengan beribadah kepada Allah, niscaya hatinya
tidak akan mati di hari dimana hati-hati manusia telah mait” (H.R.Thabrani).
3. Mandi, memakai wangi-wangian, memakai pakaian yang terbaik, memendekkan kuku yang panjang dan menghilangkan bau badan.
4. Bagi makmum disunnahkan agar datang ke masjid atau tempat sholat Ied
dengan berjalan kaki dan berangkat pagi-pagi setelah sholat Subuh.
Sedangkan bagi imam disunnahkan mengakhirkan kedatangannya ke masjid
hingga menjelang sholat.
5. Disunnahkan sarapan pagi dengan bilangan kurma ganjil sebelum berangkat ke masjid untuk sholat Ied. (H.R. Bukhari)
6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia kepada semua orang yang ditemui
serta bersikap dermawan lebih dari hari-hari biasa.
7. Disunnah berangkat dan pulang dari masjid melalui jalan yang berbeda
untuk syiar agama.
Sholat Idul Fitri
Sholat Idul Fitri hukumnya sunnah mu’akkadah menurut Syafi’iyah dan
Malikiyah. Sedangkan menurut Hanbali hukumnya Fardlu Kifayah dan menurut Hanafiyah hukumnya Wajib.
Waktu Sholat Ied adalah setelah matahari terbit setinggi tombak hingga
waktu tengah hari. Jadi waktu sholat Ied sama dengan wakatu sholat Dhuha.
Tempat dilaksanakan sholat Ied menurut mayoritas ulama adalah di lapangan
luar kota kecuali kota Makkah dimana sholat Ied lebih utama dilaksanakan
di Masjidil Haram.
Mayoritas ulama juga berpendapat bahwa sholat Ied di masjid dengan tanpa sebab seperti hujan, hukumnya makruh. (Sesuai hadist Abu Dawud dll.). Hanya ulama Syafi’iyah yang mengatakan bahwa sholat Ied di masjid lebih utama dalam segala kondisi, dengan alasan dan dalil bahwa masjid merupakan tempat yang lebih mulia dari tempat apapun, terkecuali
bila masjid sempit sehingga tidak menampung semua jamaah, maka disunnahkan di lapangan.
Perbedaan Waktu Pelaksanaan
Saat ini terjadi fenomena perbedaan hari pelaksanaan Iedul Fitri karena
perbedaan metodologi penentuan hilal. Umat Islam dipersilahkan mengikuti
mana yang diyakini benar. Mengikuti keputusan pemerintah juga merupakan
langkah yang bijak untuk menjawab keragu-raguan dan kebingungan.
Para ulama, imam-imam masjid dan da’i publik selayaknya memberikan
penjelasan kepada masyarakat awam tentang fenomena perbedaan metodologi dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri, termasuk wawasan tentang rukyah dan hisab serta landasan metodologisnya. Ini akan membantu memperluas wawasan masyarakat terhadap masalah perbedaan dan khilafiyah yang wajar terjadi dalam pemahaman agama, sehingga tidak mengarah kepada ketegangan antar umat Islam.
Bagi yang melaksanakan Iedul Fitri lebih dulu, sebaiknya tidak perlu
menyalahkan yang belum iedul fitri dan tidak melakukan tindakan provokatif
yang tidak sehat, seperti sengaja makan dan minum di depan yang masih
puasa demi tujuan provokatif.
Masyarakat hendaknya diberi kebebasan dalam memilih masjid untuk sholat
Ied. Apabila seseorang ikut Idul Fitri hari ini, padahal masjid di dekat
rumahnya melaksanakan sholat Idul Fitri besok, maka ia cukup buka puasa
diam-diam di rumah dan besoknya bisa ikut berjamaah Idul Fitri bersama
masyarakat sekitarnya. Ini seperti orang yang melihat hilal sendirian
tanpa dua orang saksi sehingga pendapatnya tidak dijadikan pijakan oleh
pemerintah.
Mengenai masalah hukum keharaman puasa pada hari Idul Fitri, selayaknya
dikembalikan kepada keyakinan masing-masing dalam menentukan hari Idul
Fitri dan dikembalikan kepada Allah. Allah maha adil dalam menghukumi
amalan hambanya. Tidak perlu membahas siapa yang dosa dan siapa yang
menanggung dosa. Semua kita kembalikan kepada Allah yang maha bijaksana.
Fenomena perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri selayaknya kita angkat sebagai wahana mengembangkan toleransi di antara umat Islam maupun antar umat beragama. Fenomena ini jangan dijadikan pemicu perpecahan umat Islam, namun layaknya dijadikan tauladan bagi kehidupan beragama yang ragam namun tetap menjunjung kebersamaan dan persatuan.
Silaturrahmi dan saling meminta maaf
Kebersihan jiwa yang tercipta oleh ibadah puasa kita selama sebulan penuh
akan lebih sempurna kalau dipoles dengan pembershihan diri dari hak-hak
orang lain. Dosa kita kepada Allah telah kita tebus dengan ibadah dan
taubat selama sebulan penuh, kini saatnya dosa-dosa kita kepada teman dan
saudara kita juga kita hapuskan dengan saling meminta maaf dan saling
mendoakan.
Dalam sebuah hadist riwayat Salman al-Farisi Rasulullah menyatakan : “Seorang muslim ketika bertemu dengan saudaranya seiman, lalu
diambilnya tangan saudara bersalaman, maka dosa-dosa keduanya berjatuhan laksana jatuhnya daun-daun dari pepohonan kering di saat angin berhembus, dosa-dosa keduanya diampuni meskipun sebanyak buih lautan” (H.R. Thabrani).
Pada hari Idul Fitri ini juga saatnya mempererat tali silaturrahmi yang
sudah terjalin dan menyambung tali silaturrahmi yang terputus. Saling
mengunjungi saudara dan sahabat merupakan cara untuk meningkatkan tali
silaturrahmi tersebut.
Mungkin di luar hari raya kita enggan untuk berkunjung ke teman atau sahabat kita karena tidak ada alasan yang tepat, maka di hari Iedul Fitri ini kita manfaatkan untuk seling berkunjung.(
Membersihkan Hati di Bulan Suci
Manusia sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya yang mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak negative ditengah-tengah masyarakat. Untuk menghindari penyesalan diakhir perbuatan yang akan dilakukan, maka seyogyanya bertanyalah pada hati kecil, baik dan buruknya perbuatan tersebut. Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk memahami hatinya atau bahasa lain adalah “Qolbu”.
Pengertian “Qolbu” :
Menurut Syekh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy didalam kitabnya “at-Ta’rifat” : Qolbu adalah sifat lembutnya Ketuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia.
Dalam hadis Rasulullah Saw: Dari Nu’man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:
” Ketahuilah,sesunggu hnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah “Qolbu” yaitu hati “. ( Hadis Riwayat Bukhori ).
Jika kita pahami secara mendalam hadis tersebut, maka hati sangat berperan dalam kehidupan jiwa manusia, karena hati yang bersih akan melahirkan jiwa yang bersih dan selalu taat serta tunduk terhadap titah dari Sang Ilahi Rabbi. Sebaliknya jiwa yang kotor disebabkan karena jiwa tersebut memiliki hati yang tidak baik dan selalu melanggar aturan yang telah digariskan oleh Allah Swt.
Tanda-tanda hati yang kotor atau sakit.
Fitrah manusia adalah suci dan bersih dalam menjalankan perintah agama,namun terkadang dalam perjalanan kehidupannya, manusia sering lupa dan lalai serta terjerumus dalam sifat-sifat “syaithoniyah” . Untuk mengenal lebih jauh tanda-tanda hati manusia yang telah kotor atau sakit, berikut ini salah satu tandanya :
Adanya sifat nifaq ( Munafik ) dalam jiwa manusia, mari kita renungkan firman Allah Swt. Dalam surat al-Baqarah :
” Dan diantara manusia ada yang berkata ” kami beriman kepada Allah dan hari akhir “, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang2 yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang2 yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit ( Nifaq ), lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta “. ( QS.al-Baqarah : 8-10 )
Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut, maka sifat munafik akan menjadikan hati manusia bertambah kotor dan rusak, karena pada dasarnya manusia yang memiliki sifat nifaq akan terlihat diluar dirinya manis akan tetapi dalam bathinnya dia memiliki sifat-sifat syaithoniyyah, apa saja sifat-sifat tersebut,
Syekh az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya “al-Kassyaf” , menggambarkan hati yang sakit karena sifat nifaq dalam diri manusia adalah selalu condong untuk berbuat maksiat kepada Allah Swt. Sedangkan Syekh Abu Zahrah dalam kitab tafsirnya “Zahratu at-Tafasir”, bahwasanya hati akan menjadi keras karena sifat nifaq yang selalu menanamkan kedengkian dan selalu menghinakan orang2 yang beriman. Penyakit hati tersebut menurut beliau tidak ada obatnya, na’udzubillah.
Membersihkan hati yang kotor
Ketika manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah Swt. Maka sebaiknya bersegeralah beristighfar untuk mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari Allah Swt. maka hati sedikit demi sedikit akan kotor dan jika tidak segera di obati hati tersebut akan mengeras, sebagaimana di isyaratkan dalam al-Quran surat al-Baqarah :
” Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu2 itu pasti ada sungai2 yang airnya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata air daripadanya. Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah Swt. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan “. ( QS.al-Baqarah : 74 )
Oleh karena itu untuk menghindari kerasnya hati cepatlah kembali kepada Allah dengan memohon ampunan dari-Nya, sebagaiman Allah perintahkan kepada orang2 yang beriman :
” Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalahan2 mu dan memasukkan kamu kedalam surga2 yang mengalir dibawahnya sungai2, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang2 yang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, ” Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (SQ.at-Tahrim: 8)
Syekh al-Hafidz Ibnu katsir dalam kitabnya “Tafsir al-Quran al-’Adzim”, menjelaskan bahwasanya seseorang yang bertobat kepada Allah Swt, dia sungguh menyesali dosa2 yang telah ia lakukan dan tidak akan mengulanginya lagi.
Perbuatan manusia bersumber dari hatinya, maka ketika hatinya selamat dari sifat2 yang kotor maka perbuatan tersebut akan mencerminkan prilaku yang islami dan jauh dari maksiat kepada Allah Swt.
Maka marilah sama2 selamatkan hati kita dari sifat-sifat yang dapat menjerumuskan diri manusia kedalam jurang kehinaan didunia maupun diakherat kelak. Karena semua yang kita miliki baik harta benda maupun keturunan kita tidak dapat menolong diri kita selamat dihari hisab nanti kecuali jiwa tersebut diiringi dengan hati yang bersih ( Qolbu as-Salim ), sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Swt, dalam surat as-Syu’ara :
” Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah Swt. dengan hati yang bersih”. (QS.as-Syu’ara: 88-89 )
Maka ketika hati setiap jiwa manusia bersih, prilaku dia akan baik pula. Ketika prilaku baik akan menghasilkan ketaatan kepada Allah Swt. dimanapun dia berada, dan itulah cita-cita terbesar dalam kehidupan ummat manusia.
Moment yang tepat dibulan suci Ramadhan ini untuk membersihkan hati. Mudah-mudahan Allah Swt. selalu membersihkan hati kita dari sifat-sifat kotor yang dapat menjerumuskan jiwa dan raga kita jauh dari Allah Swt menuju kepada hati yang bersih dan selamat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Mario Teguh Golden Ways 29 Agustus 2010:Yang Menjadikan Doa TerjawaB
Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 29 Agustus 2010, dengan Topik “Yang Menjadikan Doa Terjawab “. Banyak diantara kita didalam berdoa tidak mengeti logika bahwa yang kita minta itu sering sebagai akibat. Kalau kita mngerti bahwa doa itu harus sebab, kita tidak banyak mudah marah, gusar, atau kesal karena yang kita minta belum datang. Mintalah untuk diberikan ijin untuk aktif, produktif didalam hal2 yang menyebabkan doa kita terjawab.
Orang baik rejekinya akan baik, karena rejeki adalah tanggung jawab pribadi. Maka jika rejekinya belum baik maka yang harus diperbaiki adalah membangun pribadi jadi orang baik.
Jadi orang yang baik akan berupaya untuk memperbaiki diri dan yang dikerjakannya rahmat bagi sesama, maka logis sekali kalau rejekinya baik.
Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, maka pekerjaan dan dirinya haruslah bermanfaat bagi orang lain.
Kalau kita merasa belum pantas untuk meminta yang besar, maka pantaskanlah diri anda bagi permintaan besar. Tetapi ingat Tuhan itu Maha Berkuasa, orang tidak pantaspun kalau disayangi akan diberi.
Orang2 yang disayangi Tuhan akan diberikan kewenangan untuk meminpin, untuk membaikkan kehidupan, untuk merapikan sikap masyarakat.
Jadi jangan ukur kita akan pantas atau tidak, jadikanlah diri kita untuk mengkekasihkan diri kepada Tuhan.
Datang sebagai kekasih Tuhan, bicara kepada sesama sebagai orang yang disayangi Tuhan. Karena tanda2 yang yang disayangi Tuhan, dia menyayangi sesama.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ternyata terbukti yang berdo’a lebih penting dari do’anya.
Seseorang yang hatinya tidak bersih, harinya penuh dugaan buruk, prilakunya tidak mengindahkan kehidupannya sendiri, sekalipun membaca do’anya Rasulallah tidak akan berdampak. Tetapi seseorang yang berprilaku
seperti Rasulallah, tidak bero’apun akan diberi; karena dia membuktikan semua yang diraskan, diucapkan dan dilakukanya sebagi bukti dia berdo’a.
Dan dia yang ingin betul2 dikasihi Tuhan, dia menjadikan kehidupannya sebagai do’anya, agar dia menjadi pelayan bagi pemuliaan kehidupan sesamanya dan sebagai pelestari bagi semua ciptaan Tuhan dialam.
Orang yang berdoa ingin menjadi orang pandai, maka pikirannya diisi dengan ilmu, hatinya diisi dengan penghormatan kepada guru.
Orang yang ingin pribadinya dihormati, yang dilakukannya adalah menghormati dulu; maka ikhlaslah menghormati orang, jangan ukur orang itu harus besar untuk dihormati.
Menghormati orang besar itu wajar, karena dia orang besar; tapi dibutuhkan hati yang besar, untuk meghormati orang kecil.
Berarti orang yang telah menjadikan kehidupannya sebagai doanya, seperti tidak perlu berdoa lagi. Karena pikirannya selalu dipenuhi dengan pikiran baik, hatinya selalu dipenuhi dengan kasih sayang.
Setiap orang punya masalah, setiap orang punya stress seindiri, keraguan dan ketakutan. Bagaimana kalau kita menjadi yang mensahabati dia, dan membantu dia sehingga dia merasa tidak sendiri.
Orang seperti ini akan dipelihara oleh Tuahn sebagai pembahagia sesama.
Orang2 yang dipercaya Tuhan sebagai pembahagia sesama, dia tidak mintapun diberi, apalagi kalau minta.
Tidak ada rejeki selain dari Tuhan, maka kita hanya berharapa rejeki kepada Tuhan. Maka yang menjadikan doa terjawab itu, salah satunya adalah ikhlas ber-Tuhan.
Karena dalam meminta kepada Yang Maha Berkuasa, kita membatalkan kekuasaan Tuhan dengan mempercayai selain Tuhan.
Marilah kita didikkan kepada anak2 kita bahwa kesederhanaan yang jujur itu jauh lebih terhormat daripada kebangsawanan yang tidak amanah.
Maksudnya janganlah sampai anak itu menginginkan jadi orang kaya, tetapi memulainya sebagai anak muda yang tidak jujur.
Kalau kita bicara mengenai kejujuran, yang sulit sekali kita anjurkan kepada orang yang sudah jadi, anjurkanlah kepad anak2 kita; teladankanlah kejujuran itu.
Marilah ikhlaskan diri kita untuk menjadikan pikiran kita hanya dengan yang baik2. Kalau anda memikirkan sesuatu harus yang baik2, yaitu membaikkan saya dan orang lain; kalau selain dari ini maka hindari.
Marilah kita muliakan hati kita hanya dengan yang baik2, memuliakan hati diawali dengan memikirkan yang baik dan berprasangka baik kepada orang lain.
Marilah kita indahkan prilaku, karena prilaku yang cantik ini adalah bukti bahwa pikiran dan hati kita baik.
Semua ini yang menjadikan anda disahabati banyak orang, karena kecintaan Tuha kepada kita itu dicerminkan melaui kecintaan orang kepada kita. Karena orang yang dicintai banyak orang itu dicintai Tuhan.
Kesimpulannya, mudah2an dengan pikiran, hari dan prilaku yang baik, kita menjadi pribadi yang tidak harus meminta untuk diberi, karena keseluruhan kehidupan kita sudah doa.
Lalu kita tutup dengan keikhlasan yang sangat dalam dengan satu kata yang sangat penting sekali, yaitu Amin…
Demikian resume singkat dari acara Mario Teguh Golden Ways dengan Topik “Yang Menjadikan Doa Terjawab“.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar