Powered By Blogger

Kamis, 29 Desember 2011

KAJIAN

PERANG IMAN 2012


Kini, kita berada di ambang tahun 2012. Tahun yang sempat bikin gempar karena diramalkan akan menjadi momen berakhirnya dunia, kiamat. Konon, ramalan ini berasal dari Nostradamus, peramal masyhur kelahiran Perancis (Abad 16) yang menulis buku ramalan paling dicari berjudul “The Prophecies”. Dikatakan, pada bulan 12 tahun 2012, bumi akan ditabrak oleh komet besar. Dia juga sudah meramalkan berbagai kejadian besar di dunia, salah satunya matinya Saddam Hussein.

Itu kata peramal. Kita tidak percaya semua itu sehingga kita tidak perlu membuktikan apapun di 2012 nanti. Ramalan manusia hanyalah omongan dusta dari setan yang dibumbui sepersen kejujuran, itupun kalau ada. Mempercayainya tidak akan membawa ‘manfaat’ selain kekhawatiran sebelum terjadi, kekecewaan jika meleset dan murka dari Alloh karena meyakini ramalan merusak tauhid. Kalaupun pada akhirnya, dengan ijin Alloh ramalan terbukti, hal itu tidak akan mengubah keputusan kita untuk tidak meyakini ramalan apapun.

Jadi, menapaki tahun 2012 nanti kita tak perlu dihantui ketakutan tibanya hari kiamat. Namun, kita juga tidak mengingkari bahwa kiamat semakin dekat. Tanda-tandanya juga semakin hari semakin terlihat. Dan sebenarnya, yang harus kita waspadai adalah tanda-tanda kiamat ini. Khususnya fitnah-fitnah akhir zaman yang mengancam keimanan. Semakin renta usia dunia ini, semakin busuk pula fitnah-fitnah yang melanda. Virus-virus fitnah berupa kedurhakaan, kekejian dan kezhaliman seakan memenuhi atsmosfer, menggantikan setiap molekulnya dengan molekul kemaksiatan dan kesesatan. Awan hitam kekufuran mengelayut di seantero langit, siap menghujani bumi, memadamkan setiap pelita iman yang menyala di hati.

Rasulullah telah mengabarkan dan memperingatkan datangnya fitnah-fitnah itu dalam hadits-hadits asyratus sa’ah (tanda-tanda dekatnya Kiamat). Berita-berita itu bukanlah ramalan spekulatif tapi peristiwa yang pasti bakal terjadi. Oleh karenanya, yang terpenting bukanlah usaha menyelamatkan diri saat bumi dihancurkan karena itu mustahil. Tidak akan ada yang selamat saat kiamat, semua akan binasa. Yang terpenting adalah berusaha menjaga iman di dada agar tetap utuh dan tidak runtuh meski diterpa badai fitnah yang dahsyat bergemuruh. Salah satu caranya adalah mengkaji peringatan-peringatan Rasulullah tentang asyratus sa’ah dan fitnah-fitnahnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui peta permusuhan saat perang akhir zaman.

DR. Muhammad bin Abdurrahman al Arifi dalam bukunya Nihayatul ‘Alam” menjelaskan betapa pentingnya mempelajari asyratus sa’ah. Ada banyak faidah yang bisa didapatkan dengan mengkajinya, diantaranya;

Pertama semakin menguatkan iman kepada hari Akhir. Asyratus sa’ah menjadi unsur paling penting dalam penjelasan pilar iman kelima ini. Di dalamnya terdapat berbagai peringatan yang harus dicamkan dan diamalkan.

Kedua, mempelajarinya semakin menguatkan iman kepada Nubuwah Muhammad n yang merupakan pilar iman kedua. Berbagai fenomena yang membuktikan kebenaran sabda Nabi akan menjadi semen penguat keyakinan. Keyakinan bahwa beliau benar-benar merupakan utusan Alloh dengan bukti beliau diberitahu peristiwa masa depan yang merupakan perkara ghaib. Padahal Alloh berfirman,

“Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al Jin:26-27).

Ketiga, memuaskan umat Islam pada keingintahuan mengenai peristiwa di masa depan. Penasaran pada masa depan adalah naluri manusia yang wajar. Hanya saja, masa depan adalah urusan ghaib telah dibatasi oleh-Nya. Nah, jika para Dajjal, ahli nujum, tukang ramal dan dukun merasa puas dan mengklaim diri mampu mengetahui masa depan, umat Islam pun memiliki ‘ilmu’ itu yang didapat dari sumber yang jauh lebih valid dan terpercaya yaitu wahyu ilahi.

Terakhir, menyadarkan dan membuat kita semakin waspada akan merebaknya keburukan menjelang kiamat. Serangan-serangan terhadap iman semakin gencar, memaksa seorang mukmin untuk bertahan habis-habisan agar iman di hatinya tidak pecah apa lagi musnah. Khamer yang merajalela, wanita-wanita yang tak lagi mengenal arti kehormatan diri, hukum-hukum Islam yang dipahami sesuai hawa nafsu, faham-faham sesat yang mempreteli iman secara diam-diam dan pemimpin-pemimpin yang tak lagi menghiraukan agama dalam kepemimpinannya, adalah mortir-mortir fitnah penghancur bunker iman. Serangan-serangan ini akan memaksa seorang mukmin terus berada di battle area untuk bertarung tanpa henti. Tanpa mempelajari dan mengetahui peta permusuhan, seorang mukmin bisa terperangkap dan ditawan atau ditikam tanpa sadar.

Itulah beberapa faidah mempelajari asyratus sa’ah. Satu yang penting, semuanya harus dipelajari dari dalil yang shahih dan penjelasan ulama yang terpercaya dari kalangan ahlus sunah wal jamaah. Jika tidak, hal itu hanya akan menambah kebutaan kita di medan perang akhir zaman ini.

Setelah mengetahui, menyadari dan mewaspadai, selanjutnya adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak amalan di waktu-waktu yang masih longgar. Sebelum godaan semakin gencar, sebelum penguasa lalim semakin mempersempit jalan, dan sebelum faham-faham sesat semakin banyak tersebar dan merusak nalar.

Rasulullah n bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah kalian mengerjakan amal-amal shalih sebelum terjadi fitnah (bencana) yang menyerupai kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, yaitu seseorang diwaktu pagi beriman tapi pada waktu sore ia telah kafir, atau pada waktu sore ia beriman dan pada pagi harinya ia telah kafir, ia rela menjual agamanya dengan secuil keuntungan dunia.”(Shahih Muslim, no. 118).

Nah, hari ini masih 2011, marilah kita beramal sebelum 2012, dan jika datang 2012 marilah kita memperbanyak beramal sebelum fitnah semakin menjadi di tahun-tahun berikutnya. Begitu seterusnya. Semoga Alloh menyelamatkan iman kita dari fitnah dan memasukkan kita ke dalam golongan yang dirahmati-Nya. Amin.Wallahua’lam.









PANGGILAN KESAYANGAN



Pernikahan adalah seni mengelola hubungan tingkat tinggi karena melibatkan keintiman dan emosi yang kuat dan dekat. Juga proses panjang pembelajaran yang kita tidak tahu sampai kapan. Bisa bilangan hari, pekan, bulan, tahun, windu, atau seperti harapan kita, selama mungkin. Dan siapa pun di antara kita, para suami, menginginkan hasil karya bercita rasa tinggi untuk proses panjang itu. Menyenangkan dipandang dan menentramkan dinikmati. Sebuah karya bernama sakinah, mawaddah dan rahmah.

Sayangnya, ada hal yang kita lupakan, atau memang tidak tahu, bahwa selayaknya sebuah karya seni, hal-hal kecil sering menjadi faktor kunci ketinggian nilai estetika dan artistiknya. Sebuah pencapaian indah karena penguasaan akan detil. Sebuah persembahan sepenuh hati yang berkomitmen untuk mencapai kesempurnaan tanpa henti. Dan ini membutuhkan kepekaan yang tinggi karena kita adalah manusia yang memiliki hati nurani.

Salah satu hal kecil yang bisa memberi efek dahsyat dalam pengelolaan hubungan ini, insyaallah, adalah memanggil seorang dengan panggilan khusus. Sangat sederhana, namun dibalik itu terkandung energi pengikat cinta yang memiliki daya rekat kuat. Panggilan yang menyenangkan, menyentuh dan menentramkan. Membuat sebuah hubungan menjadi semakin berwarna sebab si dia merasa spesial, merasa istimewa dan berbeda. Hubungan tidak lagi bernuansa mekanik, sehingga menjadi lebih mesra, hangat dan intim dibandingkan saat memanggil nama aslinya.

Meski panggilan khusus mengandung penerimaan, penghargaan, dan penghormatan, ia sering dianggap tidak penting, yang karenanya banyak diabaikan. Mungkin karena sungkan, malu, merasa lucu atau perasaan-perasaan lain yang mengikutinya. Atau bisa juga karena meremehkannya. Padahal ia melukiskan hubungan yang akrab dan dekat, yang cair dan akrab tanpa balutan formalitas dan kekakuan. Karena panggilan ternyata tidak sekedar sebuah sebutan. Ia adalah peneguh hubungan-hubungan emosi di antara kita. Hanya butuh keberanian untuk memulai, dan selanjutnya merubahnya menjadi kebiasaan.

Studi tentang ‘bahasa cinta’ menunjukkan, bahwa semakin unik sebuah julukan atau kode kalimat yang dipakai untuk berkomunikasi dengan sang kekasih, maka pasangan tersebut akan semakin merasa puas dan bahagia dengan hubungan mereka karena adanya ‘insider language’. Bahasa khusus yang tidak ada di dalam kamus dan hanya mereka yang tahu artinya. Hanya mereka yang memakainya. Dan dalam sehari, kita mungkin memanggil pasangan lebih dari 20 kali. Ini artinya, dalam 20 kali pula kita mengungkapkan rasa sayang melalui panggilan mesra.

James Turndoff, PhD, seorang terapis relationship, mengatakan, “Menggunakan nicknames dan bahasa yang dibuat sendiri adalah cara yang mudah untuk menyampaikan komunikasi yang positif dalam hidup sehari-hari.” Private language, menurutnya, juga merupakan cara yang baik untuk menampilkan hubungan yang penuh kerjasama dan partner yang saling mendukung. Bahkan, ia juga bisa membantu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

Panggilan mesra yang baik adalah panggilan yang hanya dimiliki oleh sepasang suami isteri. Artinya, panggilan tersebut tidak diucapkan oleh orang lain. Seperti halnya panggilan Nabi Muhammad n kepada Aisyah: humairaa. Ibnu Atsiir berkata, “Al Humairaa adalah bentuk tashghiir dari kata al-hamraa yang berarti al-baidhaa’ atau wanita yang putih kemerah-merahan”. Panggilan ini khusus untuk Aisyah dari Rasulullah dan tidak untuk yang lain.

Dalam hal ini, para istri kita jelas sangat layak mendapatkan panggilan khusus ini. Selain karena mereka memang orang-orang spesial dalam hidup kita, panggilan ini juga memenuhi kebutuhan jiwa mereka akan penerimaan dan perhatian dari kita, para suami. Ia tidak diminta, ia tidak selalu diungkapkan melalui kata, tapi jelas ia terbahasakan. Sebuah sapaan mesra yang kita berikan kepada istri-istri kita, insyaallah, akan menjawab sebagian kebutuhan jiwan mereka.

Hanya saja, karena Islam mengajarkan ketinggian akhlak dan keluhuran budi, tidak pantas bagi kita jika memanggil para istri dengan panggilan-panggilan yang merendahkan, menghina, atau konyol, meski mungkin mereka ridha. Seumpama memanggil dengan monyet, gendut, pendek, atau yang semisal.

Juga, tidak boleh kita memanggil mereka dengan panggilan kefasikan atau kekufuran. Alloh berfirman, “Jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Jadi mari kita memilih panggilan itu; ummi, bunda, yayang, ibu, atau berbagai panggilan lain yang pantas. Atau malah membuatnya sendiri sesuai kesepakatan. Sederhana bukan? Hanya saja tidak banyak yang menyadari manfaatnya. Wallahu a’lam.









MEMENUHI PANGGILAN JIWA



Semua kerja yang halal adalah baik adanya. Betapapun sebagian manusia menganggapnya rendah dan hina, sebuah kerja halal tidak akan menjadi rendah dan hina karenanya. Apalagi di sisi Alloh. Di mana Dia tidak memandang tampilan kerja itu, namun ketakwaan yang menyertainya. Pada seluruh proses pencapaian maupun distribusinya. Pada keutuhan nilai kebaikan yang ada.

Maka kita tidak lantas menjadi terhormat oleh apa yang kita jabat. Tidak otomatis mulia oleh pekerjaan kita. Tidak pula langsung meninggi hanya karena tingginya gaji. Meski sebagian manusia memberi puja-puji dan kekaguman, nilai kita tetaplah pada esensi kebaikan yang kita timbulkan oleh kerja itu.

Jabatan tidak memberikan kemuliaan, namun kitalah yang mencapai kemuliaan melalui jabatan itu. Apapun nama dan gelarannya.

Namun materialisme membenci kemiskinan. Sinis kepada pekerjaan berpenghasilan rendah. Meminggirkan mereka yang tak berpunya. Juga menghinakan sesiapa yang dianggap gagal memenuhi pundi-pundi kekayaannya. Dan itu membuat banyak di antara kita gelap mata. Menghalalkan apa saja yang penting menjadi kaya. Kita menjadi gila. Gila akan harta dan kenikmatan yang ditimbulkannya.

Maka kita temukan wajah-wajah sedih yang nelangsa karena merasa tersisih. Menjalani hidup dalam kerja berpenghasilan rendah dan merasa hina karenanya. Menatap cemburu semua kenikmatan yang lalu lalang dalam dendam kesumat akan kegagalan menikmatinya. Dan banyak yang kemudian menjadi jahat. Sangat jahat!

Padahal ada satu kebutuhan dalam hati kita yang tidak bisa dipenuhi kecuali oleh Alloh saja. Ada kekuatan pengabdian yang tidak akan menyamankan jika tidak dihadapkan kepada-Nya. Dan ada satu penyakit yang tidak bisa tersembuhkan kecuali oleh keikhlasan dan kepasrahan kepada Sang Rahman.

Sebuah panggilan jiwa yang gelisah menuntut pemenuhannya. Memberi energi untuk menyamankan hati dengan melakukan kerja yang bernilai kebaikan. Begitu dan seterusnya, hingga tumpukan harta dan jabatan yang tinggi pun, tidak mampu menjawabnya. Sedang kejahatan yang terlanjur kita lakukan hanya membuatnya terluka. Merana dalam kerinduan akan pemaknaan hidup.

Padahal, inilah energi untuk memaknai kesungguhan. Merubah sebuah kerja halal yang dianggap rendah menjadi mulia dan terhormat dengan keikhlasan. Kerja tanpa pamrih karena percaya bahwa Alloh maha melihat, maha mendengar, maha membalas dengan keadilan sempurna. Sedang sistem akuntansiNya tidak mungkin salah.

Memenuhi panggilan jiwa adalah esensi hidup akan penghambaan diri sebagai insan beriman. Merasai hidup yang berbeda sebab tidak kebingungan menentukan arah kehidupan dan pilihan-pilihan kerja sebagai bekalnya. Dan untuk itulah hidup menjadi ada. Wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar