
MENTAL SYIRIK
Barangkali karena nenek moyang negeri ini penganut animisme dan dinamisme plus paganisme, orang-orang di sini terkesan sangat mystic minded. Apa-apa dikaitkan dengan mistik yang menjurus pada syirik. Sedikit saja ada hal aneh, pasti akan dihubungkan dengan hal-hal ghaib berupa kekuatan magis, khasiat ajaib atau kekeramatan dan pantangan tertentu. Baik berdasarkan ilmu warisan leluhur maupun asal-asalan alias ngawur.
Semua tentu masih ingat kisah fenomenal batu petir Ponari yang membuat geger seantero Jawa dengan khasiat penyembuhnya. Batu yang katanya mucul bersaman dengan petir itu, dipercaya berkhasiat menyembuhkan segala penyakit. Ribuan orang pun berduyun-duyun untuk mendapatkan pengobatan murah dan instan untuk segala jenis penyakit mereka. Meski akhirnya praktik itu ditutup karena ada dugaan eksploitasi anak, tapi fenomena itu sukses menyisakan ‘ikhtilaf’ dan kebingungan antara yang percaya dan yang tidak.
Saat terjadi bencana, beberapa keanehan yang terjadi juga dikaitkan dengan kekuatan mistis. Sekali lagi kekuatan mistis dan bukan kekuatan sang Pencipta. Lihat saja kasus Merapi, awan yang muncul berbentuk “Petruk” (salah satu karakter wayang) dianggap sebagai pertanda akan ada letusan besar yang mengarah ke arah wajah Petruk menghadap. Kematian Juru kunci dianggap sebagai warning bahwa Merapi tak terhenti dan sebagainya.
Bahkan ketika muncul fenomena kelainan genetis dari hewan atau tumbuhan semisal bayi sapi berkaki lima, pisang bertandan 3 , kelapa bercabang dua, atau buah yang bentuknya mirip kepala manusia, pasti tidak sedikit yang kemudian menganggapnya sebagai sesuatu yang memiliki kaitan dengan dunia metafisik.Banyak pula yang menjadikan tumbuhan dan hewan dengan kelainan genetis itu sebagai jimat. Misalnya “pring pethuk”, bambu dengan cabang bertaut yang biasa dijadikan jimat pesugihan (agar cepat kaya), kadal berekor cabang yang katanya merupakan uba rampe terbaik untuk pelet atau batu merah delima sebagai batu pesugihan dan kekuatan.
Seakan-akan ada saja jalan bagi setan untuk menyesatkan manusia menuju kesyirikan. Kita bisa melihat, isu-isu mistis dapat berkembang dengan cepat di negeri kita ini. Asal memiliki sesuatu yang aneh, dengan sedikit bumbu mistik, -bohong-bohongan tidak masalah- pasti akan ada yang percaya,lalu tak lama akan tersiar kemana-mana. Sisi lain, pantas kiranya jika film-film di negeri ini dari jaman merdeka sampai era komputer ada dimana-mana, tema mistik masih tetap laris dan diputar di bioskop maupun layar kaca.
Memang, alam ghaib itu ada. Syariat juga menegaskan bahwa selain manusia, ada pula makhluk yang disebut jin yang hidup di muka bumi. Sedikit banyak, ada keterkaitan dan ada pula campur tangan mereka di dunia manusia. Mereka mampu melakukan beberapa hal yang bagi manusia tampak luar biasa. Hanya saja, kebanyakan “korelasi” dengan dunia ghaib yang digembar-gemborkan seringnya hanya mengada-ada, atau hanya berdasar satu-dua kebetulan belaka.
Lebih dari itu, mengait-kaitkan segala keanehan dengan mistik akan berdampak buruk terhadap akidah. Pasalnya, kebanyakan korelasi tersebut mengarah kepada syirik karena mengusik kerububiyahan Allah dalam hal kekuasaan untukjalbun naf’I wa daf’udhar, memberikan manfaat/keberuntungan dan menolak bahaya, memberikan rezeki dan perlindungan.
Misalnya, meyakini bahwa “pring pethuk” atau bambu dengan batang beradu memiliki kaitan dengan dunia metafisik hingga mampu mendatangkan keberuntungan atau menolak bencana. Hewan tertentu seperti ikan arwana, ikan koi, bunga Jemani dan lainnya akan mendatangkan hoki dan keberuntungan ataukelapa gading dan pohon kelor yang dipercaya akan menolak bala’.
Tak peduli apakah hal semacam itu syirik kecil atau besar, yang jelas syirik adalah satu-satunya dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah dan merupakan dosa paling besar. Meski syirik kecil, tapi ulama sepakat bahwa syirik kecil lebih buruk daripada dosa besar semacam zina dan memakan riba.
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. 4:48)
Karenanya hendaknya kita wasapada. Setan tetap akan melestarikan dosa ini dan memancing manusia agar terjebak didalamnya sampai kapanpun. Zaman yang modern, yang katanya manusia-manusia pada saat itu sangat memuja rasionalitas pun tak akan mampu menenggelamkan kesyirikan. Orang-orang Eropa yang dianggap pusat modernitas pun masih banyak yang percaya mitos. Banyak diantara artis maupun pemain bola yang masih mempercayai takhayul semisal mengusap lapangan sebelum bermain akan membawa keberuntungan, angka 7 dan sepuluh adalah angka hoki, hujan menandakan kekalahan dan sebagainya.
Jebakan syirik adalah jebakan yang tidak mungkin dibiarkan usang oleh setan. Setan akan terus meng-update dan meng-upgrade jebakannya agar selalu licin di setiap masa. Maka hendaknya kita selalu waspada. Wallhua’lam.BERSIH HATI DARI IRI DAN DENGKI
Lihatlah suasana orang yang dilanda iri dengki, hatinya selalu risau dan larut dalam kebencian. Terlebih lagi jika orang yang didengki memperoleh keberhasilan dan mendapat nikmat. Inginnya nikmat tersebut segera sirna musnah tak berbekas. Jika dibiarkan, perasaan iri akan menjadi menjadi bibit dosa lain dan awal bergulirnya pelanggaran perintah Allah. Iblis menjadi mahluk terlaknat berawal dari iri, begitu pula pembunuhan pertama yang dilakukan manusia juga bermotifkan iri.
Berhenti, jangan teruskan!
Rasa iri bisa membuat orang gelap mata dan memandang selalu dengan suudzan. Kadang kebencian ini ditularkan kepada orang lain. Dikatakannya bahwa keberhasilan yang diraih orang yang dibencinya lewat jalan yang tidak benar. Ada juga yang mencibir, menebar fitnah bahkan membuat makar. Bila sudah begitu iri hati lebih berbahaya daripada sakit kronis yang susah diobati.
Dengki timbul karena tiupan setan, karena itu segera redam dengan ber-taawwudz kepada Allah. Caranya dengan membaca ayat kursi dan muawwidzatain. Atau membaca, “Audzu bikalimatillahi at tammah min syarri ma khalaq.” (aku berlindung kepada kalimat allah yang sempurna dari kejelekan mahluk-Nya). Selagi iri hati belum berkobar, hentikan sekarang juga dan jangan teruskan!
Takdir Allah Tak Pernah Salah
Seorang ahli hikmah mengatakan, jika dilihat dari sisi takdir orang yang iri berarti sedang menantang tuhan. Alasannya ialah; pertama, membenci nikmat-Nya yang diberikan kepada orang lain. Kedua, merasa bahwa Allah tidak adil dalam membagi karunia. Ketiga, menganggap bahwa Allah bakhil terhadap dirinya. Keempat, menganggap hina hamba Allah dan menyanjung dirinya sendiri dan kelima, lebih menuruti bisikan iblis daripada perintah Allah. Rasa iri dengki tersebut muncul karena melihat orang lain memiliki kelebihan yang tak ia miliki. Bisa jadi berupa harta, bakat atau keahlian tertentu. Kebencian ini menjadi lebih besar bila orang yang didengkinya lebih rendah kedudukannya.
Semua nikmat dan kelebihan yang dimiliki hamba tak lain adalah bagian dari qadha’ dan qadar. Manusia tidak dikatakan beriman jika tidak mengimaninya. Allah memiliki sifat al ‘alim (dzat yang maha tahu) yang menentukan segalanya dengan ilmu-Nya. Karena itu memberi hambanya segala sesuatu yang terbaik baginya. Tugas manusia adalah meyakini sepenuhnya bahwa semua kenikmatan tersebut berasal dari Allah dan dibagikan sesuai dengan hikmah.
Tidak semua nikmat dapat membuat hamba bersyukur. Ada hamba yang lebih baik miskin daripada kaya. Sebab kemiskinan dapat membuatnya bersyukur bukan kekayaan. Misalnya adalah Qarun, yang dapat beriman tatkala miskin tapi melupakan Allah saat kunci-kunci gudang hartanya tidak sanggup dipanggul tujuh orang. Ada pula yang lebih tepat kaya, karena mampu mengatur kekayaannya sesuai tuntunan agama, misalnya sahabat Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf.
Allah berfirman yang artinya, “Dan Jikalau Allah melampangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentunya mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi allah menurunkan apa yang dikehendakinya dengan ukuran. Sesungguhnya dia maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi maha melihat.” (QS. As Syura: 27)
Syukuri Apa yang Ada
Iri dan dengki membuat diri sendiri lupa terhadap banyaknnya nikmat yang diperoleh dan kelebihan yang dimiliki, hanya saja bentuk dan proporsinya berbeda. Ia lebih fokus pada kekurangannya bukan potensinya. Ia merasa kurang dan lemah, padahal bisa jadi orang yang didengki merasa tak lebih beruntung dari orang yang mendengki. Seperti itulah godaan setan, membisikkan bahwa ‘rumput tetangga lebih hijau’. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa tuntunan nafsu akan terhenti saat yang diinginkan dapat diperoleh. Sebab, tabiat nafsu selalu merasa kurang.
Karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan selalu melihat ke ‘bawah’. Agar kita selalu sadar bahwa ada banyak orang yang lebih sulit keadaannya. Sehingga kita mensyukuri apa yang telah dimiliki.
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan rupa, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Batin akan merasa tenang bila dapat menyeimbangkan antara keinginan dan kenyataan. Dengan bersabar dan bersyukur ujian Allah dapat dilalui dengan mudah. Alkisah, seorang wanita cantik menikah dengan pria yang buruk rupa. Semua orang menyayangkan dan mencibir. Bahkan ada yang berkata bahwa si wanita terkena guna-guna. Tapi hal itu tak dapat membuat suami-istri tersebut goyah. Suatu hari sang istri berkata kepada suaminya, “Suamiku allah memberi ujian kepadamu berupa istri yang cantik, bersyukurlah. Sedangkan aku diuji dengan anda tapi aku bersabar. Kita berdua mendapat pahala.”
Arahkan Kepada yang Positif
Segala sesuatu tidak terjadi secara instan. Seseorang tidak begitu saja terlahir pintar tanpa belajar. Orang yang pandai berceramah juga melalui proses. Orang punya banyak teman karena pandai menjaga sikap dan tingkah lakunya. Intinya keahlian diperoleh dari latihan yang tekun dan kontinyu. Kadang, itu semua dilihat sebagai bakat dan telah ada sejak lahir, namun pada hakekatnya hal itu adalah rahmat dan kemudahan dari Allah SWT. Kullun muyassarun lima khuliqa lahu (setiap manusia dimudahkan menuju untuk apa ia diciptakan). Jangan lihat hasilnya tapi proses untuk mencapainya, begitu berat dan kadang mengharukan.
Bila melihat orang lain beroleh nikmat kenapa rasa iri yang harus muncul? Alangkah indahnya jika turut merasa bahagia. Hati akan merasa lebih tenang dan ikatan ukhuwwah menjadi kian erat. Rasulullah saw bersabda,
“Tidak sempurna iman seorangpun dari kalian hingga mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini adalah tingkatan iman yang tinggi. Untuk menggapainya dengan melatih diri dengan sifat itsar (altruisme), mementingkan orang lain dibanding diri sendiri. Wallahu A’lam.
MENIKMATI KEGAGALAN
Mengalami kegagalan ibarat mengunyah brotowali, pahit rasanya dan sangat tidak enak. Ini sekadar ilustrasi betapa kegagalan sangat tidak diinginkan setiap orang. Apa lagi jika kita sudah mengerahkan usaha secara maksimal. Faktor keberhasilan juga telah dipenuhi. Tapi, hasilnya ternyata jauh dari yang diharapkan. Karena itu, wajar jika orang merasa frustasi bila nasib ini menimpanya. Kegagalan memang takdir yang tak dapat diubah. Namun, frustasi bukan jawaban tepat karena tak dapat mengubah keadaan. Kegagalan adalah keniscayaan tapi bangkit dan berusaha lagi adalah pilihan. Inilah yang membedakan antara pemenang dan pecundang.
Tak Ada Kambing Hitam
Semua orang pernah mengalami kegagalan dengan bentuk dan kadar yang berbeda-beda. Agar lebih baik, tetaplah berhusnudzan, berfikir positif bahwa itu hanyalah tapak awal menuju kemenangan. Rasulullah SAW pernah mengalami saat terberat dalam hidupnya ketika berdakwah kepada orang Thaif. Beliau sangat berharap mereka memeluk Islam. Namun, tak ada satu orang pun yang menerima. Ajakan ramah beliau dijawab dengan cercaan dan siksaan. Bayangkan seorang Rasul yang mulia diusir keluar kampung dengan dihina. Beliau terus dilempari batu dan kerikil sepanjang perjalanan 3 mil. Kaki beliau berdarah-darah. Tak terhitung pula luka Zaid bin Haritsah yang pasang badan melindungi beliau. Namun yang paling menyakitkan bagi Beliau ialah jawaban ketua kaum, “Apakah Allah tidak menemukan orang lain sehingga terpaksa mengangkatmu sebagai Rasul?”
Pada saat kritis seperti itu, optimisme tak boleh mati. Keimanan terhadap takdir tak boleh goyah. Keyakinan ini membawa harapan bahwa Allah selalu memberi kemenangan dan jalan keluar. Faiina maal usri yusra, setiap kesulitan membawa kemudahan. Oleh karena itu doa yang mengalir dari lisan Rasulullah SAW adalah harapan,
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku. Sungguh, mereka hanyalah orang-orang yang tidak tahu.”
Celah Itu Tetap Ada
Sejarah Islam pernah menorehkan prestasi hebat lewat seorang ilmuwan yang bernama Hassan bin Al Haitsam. Beliau adalah ilmuwan muslim pertama menggunakan pendekatan modern dalam studinya, yaitu berdasarkan pengumpulan data melalui pemantauan dan pengukuran, yang diikuti oleh tahap formulasi dan pengujian hipotesa guna menjelaskan data yang didapat. Beliau menemukan teori tentang cahaya alami dan refleksi. Beliau juga mengembangkan teori yang yang disebut sebagai mekanisme benda angkasa yang menjelaskan orbit planet. Bukti penelitian Al Haitsam di bidang astronomi masih dapat ditemukan di musium Iskandariyah hingga saat ini. Di balik semua kisah hebat itu Beliau tetap manusia dan pernah terpuruk dalam kegagalan. Bahkan beliau sempat dipenjara dan dikucilkan antara tahun 1011 dan 1021, setelah gagal menyelesaikan tugas yang diberikan oleh khalifah yang memintanya menyelesaikan masalah tentang pengaturan banjir sungai Nil. Dia baru dibebaskan karena khalifah yang menghukumnya meninggal dunia.
Kisah ini mengajarkan bahwa, pantang menyerah adalah ciri orang yang sukses. Semangat ini selalu membuka jalan untuk tetap berkarya. Kegagalan dimaknai sebagai waktu untuk rehat dan beristirahat sejenak. Jadi, gagal bukanlah akhir segalanya. Al Haitsam telah membuktikannya, beliau berhasil menyusun 100 penelitian ilmiah dalam berbagai topik di bidang fisika dan matematika.
Anda Luar Biasa!
Siapa yang tidak mengenal Ibnu Khaldun? Dunia mendaulatnya sebagai Bapak Sosiologi Islam. Sebagai salah seorang ilmuwan hebat yang buah pikirnya amat berpengaruh. Tidak hanya dikagumi di kalangan ulama muslim tapi sederet ilmuwan barat kagum kepadanya. Buah karyanya, Kitab Al Mukaddimah, hingga kini dijadikan referensi oleh para sarjana ilmu sosial di seluruh dunia.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa beliau pernah mengalami masa sulit dan kegagalan. Salah satunya, kegagalan dalam dunia politik praktis. Akhirnya beliau mentalak dunia politik dan kembali ber-tafaqquh fiddin. Dalam masa penyepiannya ini beliau menulis kitab Al Mukaddimah. Sebuah buku yang menjadi dasar ilmu sosiologi. Karya ini membuat namanya tetap dikenang hingga kini.
Kegagalan adalah saat yang tepat untuk muhasabah dan mengevaluasi. Apakah kita memang mengambil jalan yang tepat? Apakah cara tersebut benar dan tepat? Ini juga merupakan saat yang pas untuk mengenali potensi kita yang terpendam. Bisa jadi kelebihan itu tidak terlihat karena kita terlalu fokus pada hal-hal lain. Kenalilah diri sendiri dan fokuslah pada kelebihan itu.
Guru paling ampuh
Satu kisah kegagalan yang sangat telak terjadi pada perang Uhud. Tujuh puluh shahabat tewas dalam peperangan ini dan ratusan lainnnya terluka. Bahkan Pipi Rasulullah SAW tertembus besi hingga melukai gerahamnya. Kegagalan ini diakibatkan karena pasukan pemanah meninggalkan posnya di atas bukit. Selain itu, 300 tentara meninggalkan medan perang akibat provokasi orang munafik.
Kegagalan ini mengguyurkan kesedihan bagi shahabat. Namun memberikan pelajaran yang amat berharga bagi kaum muslimin tentang pentingnya taat kepada pemimpin, tentang mengorbankan ego pribadi demi maslahat jama’i. Dan, membuktikan bahwa menuruti kenginan pribadi di atas kepentingan bersama harus ditebus dengan harga mahal. Selain itu, para shahabat belajar untuk tidak melibatkan orang munafik dalam peperangan. Keberadaan orang munafik seperti kata pepatah, ‘duri dalam daging’, gerakannya merusak bagian di sekelilingnya. Karena itulah Rasulullah SAW selalu menahan keinginan orang munafik untuk ikut dalam ekspedisi peperangan, seperti pada perang khaibar. Setelah itu, tidak pernah terdengar bahwa kaum muslimin mengalami kegagalan yang serupa.
Seperti itulah tipikal orang-orang sukses. Proses menuju keberhasilan begitu beriku dan unik. Mereka memaknai Kegagalan sebagai satu bagian dari rangkaian proses keberhasilan. Kegagalan adalah bahan evalauasi. Hasilnya ialah ilmu dan pengalaman. Seorang muslim boleh gagal karena gagal adalah guru yang paling berharga. Kemenangan memberi kebagiaan sedangkan proses membawa ilmu dan pengalaman yang berguna bagi dirinya dan orang lain. Jangan takut gagal. Temukan faktor dan sebab kegagalan itu lalu perbaikilah. Tetaplah menjadi mukmin yang kuat yang tidak tersandung oleh batu yang sama. Rasulullah saw bersabda,
“Seorang mukmin tidak jatuh dua kali ke satu lubang (yang sama).” (HR. Bukhari)
Barang kali inilah jawaban kenapa ada dua orang yang sama-sama gagal, tapi akhirnya bernasib berbeda. Orang yang sukses belajar dari kegagalannya. Tidak menyalahkan orang lain. Dan mencari faktor kegagalan kemudian memperbaikinya. Mereka tidak mau berlama-lama ‘menikmati’ kekalahan. Mereka berusaha mengambil pelajaran yang kemudian menjadi pengalaman yang berharga.
Semoga kita termasuk kelompok tersebut. AminMEMAKNAI KEGAGALAN
Seperti bayi yang tak diinginkan kelahirannya, tapi menjadi orang paling berguna ketika dewasa, daripada saudara-saudaranya. Tamsil ini barangkali cocok untuk mengibaratkan sebuah kegagalan. Kegagalan, adalah realita yang –tak dipungkiri- tidak pernah diinginkan kehadirannya, tapi ternyata membawa hikmah yang luar biasa di balik punggungnya. Meski demikian, wajar jika tak seroang pun pernah menginginkan kegagalan menyapa dirinya. Itu karena sang hikmah tak pernah mau menampakkan diri tepat pada saat kegagalan menghampiri.
Gagal. Dalam kamus bahasa indonesia artinya batal atau tidak jadi meraih sesuatu. Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus membatasi makna gagal pada sesuatu yang tidak jadi atau batal terraih setelah adanya usaha maksimal. Sebab, kegagalan yang terjadi sebelum atau tanpa usaha maksimal, sejatinya bukanlah kegagalan tapi konsekuensi logis. Sebuah keniscayaan dari lemahnya usaha dan semangat. Batasan lainnya adalah sesuatu yang diusahakan tersebut bersifat mubah, bukan yang dilarang syariat. Dengan batasan ini, segala sudut pandang, filosofi dan motivasi –insyaallah- akan bisa benar-benar menyasar dan tak salah tempat.
Kegagalan Memang Menyakitkan
Dilihat dari sudut pandang fakta, kegagalan memang pahit rasanya bahkan mungkin menyakitkan. Betapa keringat yang telah keluar, waktu yang telah terkorban dan segenap usaha ternyata harus runtuh tak menghasilkan. Semua itu jelas bukan sesuatu yang langsung bisa dipersepsikan sebagai sebuah keberhasilan yang tertunda. Dimana seseorang bisa tetap tenang dan tersenyum saat melihat kemunculannya. Karenanya, diperlukan manajemen berpikir yang baik untuk mengolah shock akibat kegagalan. Harapanya agar kegagalan tersebut bisa menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.
Pertama, sebelum kita berusaha menghibur diri dengan berusaha mencari filosofi-filosofi orang sukses mengenai kegagalan, kita harus sadari bahwa kegagalan itu bagian dari takdir. Takdir yang harus kita terima, karena semuanya telah terjadi. Ini penting disadari karena dengan memahami sepenuh hati bahwa semua itu telah menjadi kehendak-Nya dan telah berlalu, satu kekecewaan akan tertutup. Qadarallahu ma sya’a fa’ala, Allah telah menakdirkan demikian, apa yang Dia kehendaki pasti kan terjadi. Seseorang tidak perlu kembali ke masa silam untuk mengubah keadaan. Ia hanya perlu memulai yang baru, untuk menemukan akhir seperti yang diinginkan, biidznillah.
Kedua, kegagalan itu bukan aib dan bukan sesuatu yang memalukan. Kesalahan itu wajar. Kata orang, kesalahan hanyalah sesuatu yang menegaskan bahwa kita masih layak disebut manusia. Persepsi ini akan membuat hati kita tenang. Mengapa? Karena hantu paling menakutkan bagi manusia adalah tersingkapnya aib dan keburukan. Jika kegagalan dalam usaha bukan sesuatu yang tercela, maka untuk apa ditakuti? Lagipula, mencela kegagalan sebenarnya hanyalah mencela masa lalu. Perbuatan yang sama sekali tidak berguna.
Ketiga, silahkan mencari berbagai filosofi untuk membangun positif thinking dalam menghadapi sebuah kegagalan. Ada banyak kata-kata bijak yang bisa kita renungi darinya. Misalnya: “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Karena kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari kesuksesan. Tidak ada usaha maksimal yang benar-benar mengalami kegagalan. Kegagalan hanyalah lampu merah bahwa ada yang salah dalam usaha kita. Sedang kesalahan akan semakin menegaskan yang benar dan membuatnya semkain kontras. maka sebenarnya “Kegagalan adalah guru besar orang-orang sukses”. Ada lagi yang mengatakan, hitunglah kegagalan seperti menghitung umur. Secara bilangan bertambah, tapi haikikatnya berkurang. Artinya secara jumlah (kali) kegagalan memang bertambah; sekali, dua kali, tiga kali dst. Tapi secara hakikat berkurang karena semakin banyak gagal, semakin banyak pelajaran yang diambil dan semakin dekatlah tangga kesuksesan. Karenanya, benralah jika dikatakan, “kesuksesan, sejatinya adalah anak tangga terakhir kegagalan”.
Pada akhirnya, apakah kegagalan adalah abtu loncatan menuju kesuksesan atau tidak, semua bergantung dari sikap si penerima trofi kegagalan. Ia bisa memilih antara;
- Menolak; tidak terima, mencari kambing hitam, mencari pembenaran diri dan berhenti. Dengan ini kegagalan adalah anak tangga patah yang benar-benar membuatnya terjerembab tak mampu bangun lagi. Bukan yang menjadikan kakinya melangkah lebih panjang menuju anak tangga berikutnya.
- Menerima tapi melakukan kesalahan yang sama. Sikap keras kepala yang tidak akan membuahkan –jelas- tidak akan membuahkan kesuksesan.
- Menjadikan kegagalan sebagai pelajaran dan suntikan penyemangat. Dan inilah yang akan menjadi kebangkitan yang nyata.
Kegagalan Hakiki
Kegagalan, apapun bentuknya selagi masih di dunia bukanlah kegagalan yang yang sebenarnya. Masih ada peluang untuk meraih keberhasilan. Asalkan tetap ada semangat, kerja keras dan kecerdasan untuk belajar dari kegagalan. Sehingga kegagalan bukanlah lembar terakhir dari buku kehidupan. Gagal lulus sekolah, bukan berarti masa depan suram. Banyak pengusaha kaya yang memiliki ‘pengalaman buruk’ dalam hal akademik. Gagal mendapat jodoh impian, tidak berarti harus membujang. Masih ada yang lain, yang sangat mungkin jauh lebih baik dan berbagai kegagalan yang lain. Intinya kegagalan bukanlah akhir segalanya.
Kegagalan yang sesungguhnya adalah kegagalan dalam berusaha untuk menjadi hamba yang layak mendapat ridha-Nya. Kegagalan sejati adalah ketika seseorang benar-benar gagal, bangkrut dan tak memperoleh nilai di akhirat dari apa yang telah diusahakannya di dunia. Allah berfirman,
“Bekerja keras lagi kepayahan, -tapi- memasuki api yang sangat panas (naar).”, (QS. Al Ghasiyah:3-4)
Profil manusia paling gagal adalah manusia yang tidak beriman. Betapapun baiknya, betatapun dermawannya dan betapapun santunya ia di dunia, tetap saja dia akan gagal mendapatkan balasan dari kebaikannya di akhirat. Profil yang lain adalah seorang muflis, manusia bangkrut yang benar-benar bangkrut. Rasulullah bersabda,
“Orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, sedekah dan shiyam. Tapi ia telah mengumpat ini, memukul si ini dan memakan harta si ini. Lalu diambilah kebaikannya untuk si ini dan si ini. Jika kebaikannya habis sebelum impas, kesalahan mereka akan diberikan kepadanya, lalu ia dijebloskan ke neraka.” (HR. Bukhari Muslim)
Maka, selagi masih di dunia, tidak ada kata gagal dan tidak perlu khawatir mengalaminya jika kita mampu memaknai kegagalan dengan benar. Yang harus kita waspadai adalah jangan sampai kita mengalaminya di akhirat. Karena akhirat adalah lembaran terakhir dari kisah perjalanan hidup kita. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar