
PERBEDAAN UJIAN ALLAH DG UJIAN MANUSIA
- Ujian manusia bukunya banyak,bermacam-macam dan sulit, memerlukan tenaga dan fikiran. Sementara ujian Allah bukunya satu dan mudah (Al-Qur’an)
- Ujian manusia soalnya tidak diketahui dan baru diketahui ketika ujian mulai, Sementara ujian Allah soalnya diketahui dan jelas sebelum ujian yaitu : Siapa Tuhanmu ? Apa Agamamu ? Siapa Nabimu ? Dihabiskan untuk apa masa mudamu ? Dihabiskan untuk apa umurmu ? Hartamu dapat dari mana? Dan untuk apa? Ilmumu apa yang kamu amalkan ?
- Ujian manusia jawabannya tidak diberitahukan sebelum ujian, sementara ujian Allah contoh jawabannya diberitahukan disela-sela ujian.
- Ujian manusia, guru yang ditunjuk untuk menerangkan cara menjawab kadang-kadang salah, sementara ujian Allah, guru yang dipilih dijamin tidak pernah salah.
- Ujian manusia, waktu menjawabnya tidak lebih dari beberapa jam. Sementara ujian Allah, waktu menjawabnya panjang sampai sepanjang umur.
- Ujian manusia bisa diulang hanya sekali dan kelulusannya tidak dijamin, sementara ujian Allah bisa diulang kapan saja sampai mau mati, sementara kelulusannya dijamin dengan izin Allah.
- Ujian manusia nilai tertingginya 100, sementara ujian Allah nilai tertinggi 700 dan bisa lebih berlipat bila dikehendaki Allah.
- Ujian manusia hasilnya hanya di dunia saja, sementara ujian Allah hasilnya untuk dunia dan akhirat.
- Ujian manusia bisa dilupakan setelah ujian selesai, sementara ujian Allah tidak pernah terlupakan dan disimpan di buku yang jelas.
- Ujian manusia hadiahnya hanya berupa kertas dan tulisan tinta, sementara ujian Allah hadiahnya Surga yang abadi (ya Allah aku mohon karunia-Mu)
Namun aneh banyak orang tidak peduli dengan ujian Allah, sementara mereka peduli dengan
ujian manusia.
KISAH GADIS KECIL YG SHOLEHAH
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.
Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: "Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."
Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."
Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna." Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu` dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.
Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: "Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat." Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah." Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut." Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku." Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."
Maka dia berkata: "Asyhadu alla ilaaha illallah."
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil 'aalamin.
KISAH SABAR YANG PALING MENGAGUMKAN
Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: "Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati."
Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: "Engkaulah penyebabnya!"
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: "Alhamdulillah." Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: "Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi." Maka dia berkata: "Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi."
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: "Alhamdilillah." Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: "Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh." Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: "Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia."
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata: "Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati." Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: "Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah." Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut: "Wanita itu tidak waras dan tidak sadar."
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:
(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء) "Beruntunglah orang-orang yang asing." Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: "Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat." Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: "Alhamdulillah." Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: "Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat." Diapun berkata: "Alhamdulillah." Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo'a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.
Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: "Siapakah mereka?" Dia menjawab, "tidak mengenal mereka."
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: "Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri."
Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: "Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta`ala ."
Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata: "Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar'i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo'akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang."
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: "Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu." Maka kukatakan kepadanya: "Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu." Kisah selesai.
Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
"Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari (5/2137))
Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , minta dan berdo'alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do'a-do'a kalian.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS. Al-A'raf: 126)
DUNIA JIN DAN DUNIA SYETAN
Dunia jin bukan dunia manusia, bukan pula dunia malaikat. Tapi di antara mereka ada unsur persamaannya, yaitu akal, pengetahuan, dan kemampuan memilih jalan kebaikan dan kejelekan. Mereka berbeda dengan manusia dalam beberapa hal. Yang paling penting adalah asal kejadian jin tidak seperti manusia.
Dunia jin disebut jin, karena dunia mereka tersembunyi dan tertutup dari pandangan mata manusia. Ibnu ‘Aqil berkata: “Jin disebut jin, karena mereka bersembunyi dan tertutup dari pandangan mata”. Seperti itu pula janin. Disebut “janin”, karena bayi itu masih di dalam rahim. Juga kata-kata “Mijann-perisai atau pelindung perajurit dari senjata musuh”.Kata-kata itu disebut “Mijann”,karena menutupi perajurit dan melindunginya dari senjata musuh di dalam pertempuran. Di dalam Al-Qur’an ditegaskan: ”Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (QS. Al-A’raaf: 27).
Allah juga memberitahu kita bahwa jin tersebuat dari api, sebagaimana dalam firman-Nya: “Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya (sebelum menciptakan manusia) dari api yang sangat panas”.(QS. Al-Hijr: 27). Juga dalam firman-Nya yang lain: “dan Dia menciptakan jin dari nyala api”. (QS. Ar-Rahman: 15). Ibnu ‘Abbas,’Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan dan banyak lagi lainnya berkata tentang penafsiran kata-kata “maarijin min Naar” maksudnya adalah “Ujung nyala api”.Di dalam riwayat lain disebutkan, makksudnya adalah: “Murninya dan paling bagusnya api”. An-Nawawi di dalam Syarah Muslim berkata: “Al-Maarij” artinya: Nyala api yang kehitam-hitaman. Di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dari ‘Aisyah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Malaikat diciptakan dari nur. Jin diciptakan dari nyala api yang kehitam-hitaman. Dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah diterangkan kepadamu”. (HR. Muslim).
Jelasnya, jin diciptakan sebelum manusia. Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya (sebelum menciptakan manusia) dari api yang sangat panas”.(QS. Al-Hijr: 26-27). Teks ayat ini menjelaskan dengan tegas, bahwa jin diciptakan sebelum manusia. Menurut sebagian orang dahulu, mereka diciptakan dua ribu tahun sebelum manusia. Tapi keterangan ini tidak berdasarkan dalil, baik dari Al-Kitab atau As-Sunnah.
Kita tidak mengetahui naluri, bentuk dan indra mereka, kecuali sebatas apa yang diberitahu Allah kepada kita. Kita tahu dari Allah bahwa mereka mempunyai hati, sebagaimana ditegaskan di dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk Jahannam, kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat , dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar . Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al-A’raaf: 179). Allah tabaraka wa ta’ala menjelaskan, bahwa jin mempunyai hati, mata dan telinga, sedangkan syaitan mempunyai suara. Allah berfirman: “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu”. (QS. Al-Israa’:64). Dengan tegas di dalam hadits-hadits, bahwa syaitan mempunyai mulut, jin makan, minum, tertawa dan lain sebagainya.
Nama-nama jin di dalam bahasa Arab:
Ibn ‘Abdil Barr berkata: Jin menurut ahli Ilmu Kalam dan ahli Ilmu Bahasa ada beberapa tingkat, yaitu:
Kalau mereka menyebutkan jin murni, mereka berkata: Jinni
Apabila yang dimaksudkan mereka jin yang tinggal bersama manusia, mereka sebut: ‘Aamir jamakya ‘Ummar.
Apabila yang dimaksud jin yang sering datang kepada anak-anak, mereka katakan: Arwaah
Jika jahat dan suka menghalang-halangi, mereka sebut: Syaitan.
Kalau lebih jahat lagi, mereka sebut: Maarid.
Kalau lebih jahat lagi dan keras, mereka sebut: ‘Ifriit. Jamaknya :’Afaariit.
Rasulullah Saw memberi tahu kita, beliau bersabda: “Jin ada tiga golongan. 1. Bersayap berterbangan di udara. 2. Berupa ular dan anjing. Dan 3. Mereka bertempat tinggal dan berjalan, pergi berkelana. (HR. Ath-Thabrani, Al-Hakim dan Al-Bayhaqi dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani ra) Hadits Shahih.
Ada sebagian kecil orang yang menolak seutuhnya akan eksistensi jin.
Sebagian orang musyrik berkata, kalau jin itu adalah bintang-bintang.
Sekelompok ahli filsafat berkata kalau yang dimaksud jin adalah keinginan dan kemampuan untuk melakukan kejahatan di dalam jiwa seseorang. Sedangkan malaikat adalah keinginan dan kemampuan untuk melakukan kebaikan di dalamnya.
Berbeda dengan sekelompok kaum intelek kontemporer yang berkata, bahwa jin adalah kuman dan microba yang ditemukan melalui ilmu-ilmu modern.
Lain lagi dengan Dr Muhammad Al-Bahi. Dengan beraninya dia menyeberangi nash-nash Al-Qur’an. Dia berkata: “Jin itu malaikat. Jin dan malaikat sama, tak ada bedanya. Alasannya, bahwa malaikat tidak terlihat oleh manusia (juga). Tapi, dia menganggap kalau orang yang menyembunyikan iman, kekufuran, kebaikan dan kejelekannya adalah jin juga.
Pada prinsipnya, bahwa mereka yang tidak mempercayai adanya jin itu karena mereka tidak mengetahui eksistensi jin itu sendiri. Ketidaktahuan mereka itu bukanlah merupakan suatu dalil kebenaran.
Amatlah jelek akal seseorang yang menafikan sesuatu karena akal itu sendiri tidak tahu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an: “Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan . Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zhalim itu”.(QS.Yunus:39). Demikianlah pemikiran-pemikiran modern yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Tapi, bisakah seseorang yang hidup ratusan tahun lamanya menolak kemungkinan terealisasinya keterangan-keterangan ini, kalau yang memberitahukannya seorang yang benar dan jujur? Juga, adakah berita-berita hangat yang mencuat di seluruh penjuru dunia, hanya karena kita tidak mendengarnya, lalu menunjukkan bahwa berita itu tidak ada? Bahkan, kalau kita buat radio yang mampu menangkap berita yang tidak kita dengar sendiri, apakah dapat kita benarkan?
Manusia tidak kuasa melebihi hakikat yang telah ditetapkan Allah secara pasti. Hanya saja, kita berusaha untuk menjelaskannya sesuai imajinasi manusiawi. Dunia yang indah di sekeliling kita penuh misteri dan kekuatan. Begitu pula makhluk-makhluk yang inti, sifat dan bekasnya tidak kita ketahui. Kita hidup dalam pelukan misteri dan kekuatan ini, tapi sedikit yang kita ketahui, banyak sekali yang tidak kita ketahui. Hanya, hari demi hari, baru dapat terungkap sebagian misteri, dan kita ketahui kekuatan ini. Maka tahulah kita sebagian makhluk. Terkadang melalui dzatnya, terkadang sifatnya bahkan hanya tinggal bekas yang ada di sekitar kita. Begitupun, kita baru melangkah di awal perjalanan untuk mengetahui dunia ini. Pada hal areal tempat kita hidup, juga ayah dan kakek-kakek, anak-anak dan anak-anak cucu kita baru sebagian kecil dari dunia yang begitu meraksasa ini dari pada kita yang hanya sebanding atom ketimbang dengan alam ini. Begitu besarnya planet bumi ini dan betapa berat pula timbangannya(ketimbang sosok kita sendiri).
Perbandingan pengetahuan kita kini sejak awal kita berangkat meneliti kehidupan dunia, tak ubahnya dengan pengetahuan umat lima abad sebelum ini saja yang telah mengetahui betapa besar keanehan dunia jin. Kalau sebelum lima abad silam ada orang menjelaskan sedikit tentang misteri atom yang kita bicarakan di masa kini, tentu mereka di masa itu orang tersebut dikatakan gila, atau mengira kalau hal itu jauh lebih aneh dari pada membicarakan masalah dunia jin. Begitupun, pengetahuan dan penemuan kita dalam hal ini hanya sebatas kemampuan manusiawi selaku makhluk yang diperuntukkan menjadi khalifah di bumi, dan sesuai tuntutan jabatan khalifah dan areal yang telah dipersiapkan Allah untuk diungkap kita, agar bumi menjadi mudah bagi kita dan kita mudah menjalankan tugas-tugas sebagai khalifah di bumi. Pengetahuan dan penemuan yang kita capai tidak akan lebih dari ketentuan asli dan jenjangnya walaupun telah memakan waktu panjang. Walaupun kekuatan dan misteri dunia ini telah dipermudah untuk kita, maka bekal yang dibutuhkan jabatan khalifah di bumi ini tidak akan melebihi arealnya, sesuai dengan hikmah dan takdir Allah Swt.
Begitulah kita terus melakukan penelitian demi penelitian, lalu akan banyak yang kita temukan dan kita ketahui. Dan akan terungkaplah keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalam misteri dan kekuatan dunia ini termasuk pula misteri atom. Semuanya itu kalau dibandingkan dengan yang ada dan yang dapat dicapai manusia, tak ubahnya dengan sebuah permainan anak-anak saja. Tapi kita tetap berada di dalam batas-batas areal ketentuan pengetahuan manusiawi dan dalam batasan firman Allah Swt: “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Israa’: 85). Maksudnya, hanya sedikit ketimbang misteri-misteri dan hal-hal gaib yang ada, yang hanya diketahui Allah Swt Penciptanya. Sedikit karena ilmu makhluk terbatas, dari pada ilmu Allah yang tidak terbatas. Sebagaimana firman Allah: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut , ditambahkan kepadanya tujuh laut sesudahnya (sebagai tintanya), niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah . Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Luqman: 27). Maka dalam situasi dan kondisi seperti ini, kita tidak boleh memastikan eksistensi sesuatu dalam dunia gaib dan yang tidak kita ketahui. Tidak boleh pula menafikannya, membayangkan atau tidak membayangkannya. Sebagaimana pula misteri-misteri dunia dan kekuatannya, hanya karena alasan di luar areal kemampuan akal, atau eksperimen-eksperimen kongkret, sedang kita belum mengetahui misteri-misteri tubuh kita sendiri, perlengkapan-perlengkapan dan kemampuannya. Lebih-lebih untuk mengetahui misteri-msteri akal dan ruh kita.
Apabila Allah mengungkapkan kepada kita misteri-misteri dan kekuatan ini sesuai dengan ukuran bagian dan jatah untuk kita melalui firman-Nya, bukan melalui teori eksperimen dan pengetahuan produk kemampuan kita yang diberikan Allah, maka dalam hal ini caranya, kita harus menerima anugerah ini dengan penuh syukur dan pasrah sesuai apa adanya, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi. Pendapat yang benar tentang jin adalah, jin alam ketiga setelah malaikat dan manusia. Mereka makhluk berakal, sadar dan tahu. Mereka bukan benda dan bukan pula kuman. Mereka mendapatkan beban syari’at, perintah dan larangan, sebagaimana difirmankan Allah Pencipta mereka Yang Maha Agung.
Walhamdu lil Laahi Robbil ‘aalamien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar