Sebuah kisah tentang ujian dalam meraih sebuah kebahagiaan..
Jangan lupa, bacalah dengan menyebut nama tuhanmu..
           Dia hidup dalam limpahan kemewahan.. Apapun yang ia  inginkan pasti didapatkannya. Kemana-mana selalu mengenakan sedan mewah  dengan sopir pribadi yang setia mengantar jemputnya. Dia adalah Silvia,  anak seorang konglomerat di sebuah kota kota 
Ia sering jalan-jalan bersama teman-temannya ke mall, tempat  rekreasi, dan kemanapun yang ia inginkan.. Sampai pada suatu ketika  sampailai ia pada satu titik dimana ia merasakan kejenuhan dengan segala  apa yang ada. Limpahan kekayaan itu tidak membuat ia merasakan suatu  kebahagiaan yang diinginkannya.
          Suatu saat setelah pulang dari berbelanja begitu banyak  barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan olehnya, ia langsung  menghempaskan diri diatas ranjang bersama barang-barang belanjaannya  yang tergeletak di samping tubuhnya. Lalu ia terbangun di tengah  keheningan disepertiganya malam. Ia lalu menatap wajahnya di cermin  merasakan sebuah kepenatan yang mendalam. Ia merasakan ada sesuatu yang  hilang dari dirinya.. Sebuah ketentraman pada jiwa. Selama ini ia jauh  dari tuhan.. Ia lalu mengambil mukena dan sholat malam setelah berwudhu.
          “Ya Allah.. Selama ini aku jauh dari-Mu.”
           “Aku Lupa akan fitrahku sebagai hamba-Mu”
            “Aku lalai dengan limpahan kemewahan ini”
             “Berilah aku petunjuk dalam menggapai keridho�an-Mu  ya Allah.”
             Lirih suaranya dalam melantunkan lirik-lirik do�a di  tengah keheningan malam disertai butiran airmata ketulusan.
Melihat raut wajahnya Pak Parno dapat membaca kalau dia sedang  dalam kegelisahan untuk mencari ketenangan batin. Lalu Pak Parno  menawarkan padanya untuk menikah.
             “Menikahlah.. Carilah pemuda sholeh yang bisa  membimbingmu menjadi seorang muslimah yang sholehah.”
               “Lalu pemuda seperti apa yang harus aku pilih.”  Tanya Silvia.
               “Pemuda yang takut pada Allah... Karena apabila ia  mencintai, dia akan menyayangimu dan apabila Ia benci, dia tidak akan  menyakitimu.
               >Imam Hasan Al-Bashri ketika ditanya seseorang,  “Dengan siapa aku harus menikahkan putriku?”, beliau menjawab, “Dengan  laki-laki yang takut kepada Allah. Karena jika ia menyukainya ia akan  memuliakannya, dan jika tidak menyukainya ia tidak akan  menganiayanya”.<
               “Adakah pemuda yang seperti itu?” Tanya Silvia  lagi.
               “Ada sana 
Karena jarang pergi ke masjid sehingga dia tidak mengetahuinya  kalau di masjid yang ia merupakan salah satu jama�ahnya ada seorang  pemuda sholeh yang sering menjadi imam sekaligus menjaga masjid itu.
                Pemuda tersebut adalah salah seorang mahasiswa  jurusan tekhnik informatika di sebuah Perguruan Tinggi negeri.  Sehari-harinya adalah menjual-beli dan memperbaiki sepatu-sepatu bekas  guna menambah keringanan orangtua. Selain itu dia tinggal di masjid  turut memakmurkan masjid dengan berbagai program untuk meperdayakan  jama’ah dalam mengelola masjid. Kerna bagi dia, pemberdayaan jamaah dari  sebuah masjid dan masjid lain pun melakukannya merupakan sebuah dasar  kebangkitan islam.
                Semenjak kehadirannya di daerah tersebut, Ia  membawa perubahan yang luar biasa. Dengan berbagai upaya ia mengusahakan  agar semua umat muslim berjamaah di masjid. Meski tidak semua yang  datang namun setidaknya cukup banyak yang telah mau bergegas ke masjid  bila mendengar Adzan ketimbang duduk santai di rumah. Dia sangat  mengutamakan hal tersebut karena selain menambah ukhuah sesama muslim,  juga menambah rasa persaudaraan.
                >(Rosulullah Salallahu’alaihiwasallam bersabda:  Sesungguhnya Serigala tidak akan memakan jika Kambing tidak sedang  bersendirian)<
                Rasa ingin tahu Silvia terhadap pemuda itu pun  semakin menguat. Ia lalu menyuruh Pak Parno untuk mengenalkannya dengan  pemuda tersebut. Ia hanya sekedar ingin melihat pemuda itu. Maka suatu  saat pak parno mengajaknya mengikuti kajian mingguan yang sering  diadakan tiap minggu malam di masjid tersebut guna menambah pengetahuan  agama pada warga. Silvia datang bersama pak Parno dan istrinya. Mereka  kedua pembantu di rumah Silvia yang telah menjaga Silvia semenjak kecil  karena kedua orangtuanya sibuk akan urusan dunianya.
                Pada malam itu ust. Jalil yang seharusnya ngisi  tausyiah pada malam itu berhalangan hadir. Biasanya kalau pengisi  tausyiah berhalangan hadir maka mereka yang menjadi takmir yang  menggantikannya. Dan pada malam itu seorang pemuda berbusana muslim  cokelat dengan kopiah hitam dikepalanya berdiri dihadapan para jamaah  menggantikan posisi pak Jalil kerna berhalangan hadir. Cara  penyampaiannya begitu menarik. Hanya satu hadits yang Ia bahas pada  malam itu namun pembahasannya begitu meluas. Pada malam itu dia bahas  tentang “ Enam Kewajiban Muslim Terhadap Muslim Yang Lain”
              >(Dari Abu Hurairah Radliyallaahu �anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu �alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim  terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya  ucapkanlah salam; bila ia mengundangmu penuhilah undangannya; bila dia  meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan  alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga Allah memberikan  rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia  hantarkanlah (jenazahnya)". Riwayat Muslim.)<
             Dia pun mulai membahas satu demi satu hadits di atas  kemudian ia berikan pula tips bagaimana membina hubungan yang baik  antara sesame saudar kita. Diantaranya ia menjelaskan bahwasannya  apabila kita mendengar berita tentang aib saudara kita cukuplah berita  itu sampai pada diri kita. Jangan mengumbarkannya lagi. Setiap manusia  pasti pernah mempunyai kesalahan dan sebaik-baiknya manusia adalah yang  mau mengakui dosanya dihadapan Allah dan berjanji takkan mengulanginya  kembali. Termasuk kita, kita pun pasti pernah mempunyai kesalahan dan  tak ingin untuk diumbarkannya. Maka dari itu kita pun harus menutupi aib  saudara kita.
Seusai mengikuti kajian tersebut mereka lalu kembali ke rumah.  Dalam perjalanan pak Parno menanyakan sesuatu pada Silvia.
            “Neng Silvia, tahukah kamu siapa pemuda yang mengisi  kajian tadi?” Silvia hanya menggelengkan kepalanya. Sementara Bu Darmi  istri pak parno hanya tersenyum menatapnya.
            “Dia adalah Raihan pemuda yang bapak ceritakan  kemarin.” Sambung pak parno.
            Silvia sedikit salah tingkah setelah mendengar apa  yang disampaikan pak Parno.. sesampai dirumah dia lalu menghempaskan  badannya kembali ke atas ranjangnya.
            “Apa mungkin wanita yang berlumurkan dosa, jauh dari  keshalihan seperti aku bisa mendapatkan lelaki sholeh seperti itu?  Selama ini aku melihat pemuda sholeh tidak ingin mendapatkan istri yang  begitu jauh dari agama seperti aku ini? Yang Hina lagi keji. Lalu  pantaskah wanita seperti aku diperistrikan  orang yang sholeh?”  Pertanyaan itu yang terus hadir dibenaknya. Ia merasa sungguh tidak  pantas wanita seperti dia mendapatkan lelaki shesholeh Raihan. Apalagi  Ia pernah mendengar firman Allah bahwa Lelaki baik-baik hanya diperuntuk  wanita baik-baik dan lelaki keji diperuntuk wanita keji pula.
            Walaupun dia merasa dirinya hina  hina lagi keji,  namun dia tidak ingin mendapatkan lelaki seperti itu pula. Batinnya  semakin menangis membayangkan semua itu. Lalu suatu hari dia menemui  ustadjah sofi, Guru agamanya ketika masih SMA dahulu. Ia lalu  menyampaikan keluh dan kesahnya pada ustadjah tersebut.
            “Batinku telah rindu untuk menikah ya ustadjah..  lelaki yang aku inginkan Ialah dia yang sholeh, yang takut pada Allah  dan mencintai Rosulnya. Namun bagaimana mungkin wanita seperti aku bisa  mendapatkan lelaki seperti itu?” Tanya Silvia
           “Mayyahdillahu  fahuwal muhtadi wamayyudhlil  falantajidalahu waliyyammursida”
            “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka  dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya,  maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi  petunjuk kepadanya.”
            “Ketika Allah berkehendak, tak ada satu makhlukpun  yang mampu mencegah-Nya. Seseorang yang buruk dimata manusia, belum  tentu buruk pula dimata Allah. Siapa tahu kamu mempunyai suatu sisi  positive yang bisa diandalkan dihadapan Allah. Tidak ada yang tak  mungkin bagi-Nya. Jika Ia telah mengatakan Jadi, maka jadilah. Kamu  menginginkan untuk kembali kepada-Nya itu sudah baik.” Cakap Ustadjah  Sofi.
             “Tapi.. Bukankah lelaki sholeh mereka hanya  menginginkan wanita yang sholehah?” Tanyanya lagi.
              “Kenakanlah jilbab yang menutupi hingga ke dadamu  anakku.. lalu jiwailah apa yang engkau kenakan itu. Mulai sekarang,  mendekatlah pada Allah kerna sesungguhnya Allah itu dekat denganmu.  Kalau memang Allah menghendaki lelaki itu padamu maka dialah petunjuk  Allah bagimu untuk menuntunmu menjadi wanita yang lebih dekat pada-Nya.”  Jelas ustadjah Sofi.
             >(Kita sering melihat adakala seorang suami begitu  terlihat baik sedangkan istrinya tidak, ataupun sebaliknya. Pemikiran  kita pun mulai terbalik dari surat Annur : 56. Padahal orang yang   terlihat baik di mata kita belum tentu baik pula dimta Allah. Begitupun  orang yang terlihat buruk dihadapan kita belum tentu buruk pula di  hadapan Allah. Siapa tahu orang yang baik itu mempunyai satu sisi buruk  yg membuat Allah murka terhadapnya. Siapatahu pula orang yg terlihat  buruk itu mempunyai satu sisi kebaikan yang membuat Allah sayang  padanya.  Atau jika seorang lelaki itu benar baik dan wanita benar burk,  maka itu ujian baginya untuk bagaimana mengubah pasangannya itu menjadi  lebih baik lagi)<
          Silvia lalu beritahukan itikad baiknya itu pada kedua  orangtuanya saat mereka telah berkumpul dirumah. Ia menyampaikan bahwa  ia telah ingin menikah dan kedua orangtuanya pun menyetujuinya. Setelah  mendapatkan persetujuan dari orangtua, lewat bantuan pak parno akhirnya  Raihan menikahi wanita cantik anak konglomerat kaya tersebut. Raihan  mampu menuntunnya menjadi wanita yang sangat sholehah. Ia paham akan  kewajibannya sebagai seorang istri serta tanggungjawabnya terhadap  suami.
                                                                                                               ***
              Setelah menikah, ia mengikuti suami pulang ke  kampung halaman dan meninggalkan segala bentuk kemewahan yang selama ini  dinikmatinya. Ia lalu memilih untuk hidup dengan segala kesederhanaan  bersama suami. Ia sangat merasa bahagia berada dalam dekapan cinta  seorang suami yang setia. Yang sederhana dan mencintainya dengan setulus  hati. Meski pun kemana-mana tak lagi memakai mobil sedan. Tak lagi  punya uang yang cukup tuk berbelanja apa yang di inginkannya namun ia  tetap mensyukurinya kerna islam telah menjadi pedoman baginya atas  tuntunan suaminya.
             Namun, seseorang takkan sampai pada puncak keimanan  sebelum ia diuji oleh Allah. Takkan sampai pada kebahagiaan sejati  sebelum ia melewati ujian dari Sang Khalik.
              Pada suatu ketika ibu dari sang suami jatuh sakit  sehingga harus  dirawat Rumah Sakit hingga ia menemukan ajalnya. Sang  suami harus membayar administrasi Rumah Sakit serta biaya pengobatan  sang bunda hingga uang simpanannya habis. Uang untuk makan dirumah pun  tak seberapa yang di pegang sang Istri. Raihan lalu mencari pekerjaan  sampingan sebagai buruh di perusahaan penyuplai semen yang mengangkut  semen keluar masuk gudang. Kerna gajinya sebagai tenaga honorer di  Perusahaan Listrik Negara (PLN) tak cukup untuk biaya makan ditambah  perawatan sang bunda yang masih tertunggak di Rumah Sakit.
               Melihat suaminya pulang dengan segala kelelahan,  Silvia merasa kasihan. Ia selalu mengusap keringat di wajah sang suami  yg lelah seusai bekerja tersebut dengan penuh haru. Ia selalu menyambut  suaminya pulang dengan senyuman tulusnya lalu memasakkan air panas untuk  suaminya mandi. Seusai mandi Raihan lalu membuka penutup saji diatas  meja makan namun tak ada makanan apapun. Ia menyadari kalau sudah tak  ada pegangan pada istrinya. Ia lalu menatap kebelakang setelah mendengar  suara dibelakangnya.
               “Kita puasa ya Zaujie..” Kata silvia sambil  mendekat kearah sang Suami. Raihan lalu mengangguk seraya berkata insya  Allah esok dia akan mencarikan uang untuk makan mereka besok.
                Besok pagi Silvia tak bisa melihat suaminya pergi  bekerja dengan perut kosong yang hanya berbekalkan air putih hangat. Ia  lalu pergi ke rumah tetangga meminta menyuci baju mereka yang kotor demi  mendapatkan uang yang halal agar ketika suami pulang nanti sudah  disajikan makanan untuk suaminya. Sungguh hal ini sangat sulit tuk ia  lakukan. Anak seoarang konglomerat kaya berubah menjadi seorang tukang  cuci. Namun ini harus ia lakukan demi rasa sayangnya pada suami.  Meskipun ketika mencuci ia sering meneteskan airmata.
Ketika suaminya pulang betapa kagetnya Ia. Banyak makanan yang  dihidangkan diatas meja.
               “Darimana engkau mendapatkan semua ini ya   Zaujati?” Tanya Raihan.
Silvia lalu menjelaskan apa yang dilakukan olehnya saat suaminya  berangkat kerja.
               “Walillahi.. aku tidak bisa memakan makanan ini.”  Cakap sang suami kerna merasa malu pada dirinya sendiri yg tak mampu  menafkahi istri dengan baik.
Sang istri lalu menunduk seraya berkata.
                “Maafkan aku ya Zaujie.. aku melakukan ini tanpa  sepengetahuanmu.”
                 “Kamu tidak salah.. aku yang salah. Aku tidak  mampu menjadi suami yang baik untukmu.”
Suaminya lalu mendekatinya memegang kedua tangannya. Ia yang  tertunduk pun mengangkat kepalanya menatap mata suaminya yang sangat  disayanginya itu. Lalu suaminya berkata padanya.
                  “Maafkan aku yang telah menikahimu.. aku hanya  bisa membawamu ke dalam jurang kesengsaraan. Namun aku berjanji.. aku  takkan pernah menyakitimu dengan fisikku ini.”
                  “Bagiku akhunlah lelaki terbaik yang Allah  berikan untukku. Dan aku patut untuk menjaganya.. Engkaulah petunjuk  Allah sebagai jalan hidaiyah untukku. Dan aku menyayangimu.”
                  Sang suami lalu memeluknya dengan airmata haru…  Allah telah memberikannya seorang istri yang sangat tegar. Dan ia akan  terus mensyukurinya.
                   Sang istri yang berada dalam dekapan ketulusan  sang suami pun merasakan cinta yang luar biasa ketika berada dalam  pelukannya.
            Dalam Dekapan Cinta..
            Aku Terbang Bebas Menembus Awan Lepas
            Dalam Dekapan Cinta...
            Akulah Ratu Dari Seluruh Penjuru Istana..
            Dalam Dekapan Cinta..
            Luka Sayat Takkan Ku Rasa..
            Dalam Dekapan Cinta
            Akulah isteri dari seoarang lelaki sahaja.
            Cinta yang tulus mampu mengalahkan segalanya.. untuk  apa harta berlimpah jika tanpa cinta yang tulus? Untuk apa pangkat yang  tinggi jika tanpa kasih sayang yang nyata?
Ketika kita dicintai oleh orang yang benar-benar mencintai kita,  kita akan merasakan betapa indahnya dunia ini.. namun perlu diingat  bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki butuh pengorbanan.  Seorang Silvia anak konglomerat kaya rela menanggalkan kehidupan masa  lalunya yang penuh kemewahan demi mendapatkan sosok pemuda sholeh yang  mencintainya sepenuh hati juga sebuah pengorbanan.
 (Bersambung...)
            Semoga Kisah Ini Dapat Memberi Pengajaran Bagi Kita Semua…

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar