Powered By Blogger

Sabtu, 25 Februari 2012

ILMU JIWA

Benarkah Orang Bisa Punya Kepribadian Ganda?


Orang yang punya kepribadian identik dengan sifat yang tak terduga, bisa kadang-kadang baik tapi juga bisa menjadi jahat. Banyak yang mengira orang dengan kepribadian ganda adalah orang yang berpura-pura. Tapi benarkah orang bisa punya kepribadian ganda?
Banyak terapis yang berpikir kepribadian ganda adalah sesuatu yang nyata, namun bagi sejumlah ilmuwan klaim itu meragukan karena dianggap tidak banyak cukup bukti membuat sesorang bisa berkepribadian ganda.

Begini penjelasannya!

Kepribadian ganda disebut dengan istilah Dissociative identity disorder (DID) atau biasa juga disebut dengan multiple personality disorder. Seperti dilansir Scientific American, DID adalah bentuk parah dari sebuah proses mental yang terbelah, yang menghasilkan kurangnya koneksi dalam pikiran seseorang, ingatan, perasaan, tindakan atau identitas.

Penyebab umum DID adalah karena trauma parah selama usia dini pada anak. Trauma tersebut biasanya sangat ekstrem seperti kekerasan fisik, seksual atau kekerasan emosional secara berulang.

Penderita DID seringkali bingung secara tak terduga diantara berbagai kepribadian, di mana penderita DID tidak dapat mengontrol hal tersebut.

Menurut survei yang pernah dilakukan psikiater Colin Ross di Charter Hospital of Dallas tahun 1989, banyak bukti yang mendukung bahwa DID bukanlah sebuah kepura-puraan. Rata-rata penderita DID memiliki 16 kepribadian. Berbagai kepribadian itu berasal dari pasien berbagai usia, jenis kelamin, ras dan bahkan spesies.

Namun untuk mendiagnosa orang yang punya kepribadian ganda bukan hal mudah. Meskipun kepribadian ganda seseorang dapat diidentifikasi dari berubah-ubahnya tulisan tangan, pola suara, ukuran plus minus pada kacamata dan alergi.

Para pendukung gagasan kepribadian ganda juga mengatakan ada perbedaan biologis pada penderita DID dalam laju pernapasan, pola gelombang otak dan konduktansi kulit, serta ukuran gairah yang diterima.

“Diagnosa DID juga masih sangat sulit karena tulisan tangan dan suara orang bukan DID juga dapat bervariasi selama periode singkat, terutama setelah perubahan suasana hati,” kata ahli fisiologi John J. B. Allen and Hallam L. Movius dari University of Arizona.

“Dan perbedaan dalam reaksi fisiologis, seperti gelombang otak atau konduktansi kulit, dapat juga disebabkan oleh perbedaan dalam suasana hati atau pikiran dari waktu ke waktu. Seseorang dengan DID hampir pasti mengalami perubahan psikologis yang dramatis pada seluruh situasi, sehingga akan mengejutkan jika fisiologi mereka tidak berubah,” jelas Allen.

Review pada tahun 1999 oleh Lilienfeld juga menemukan antara 35-71 persen pasien DID juga telah didiagnosa mengalami borderline personality disorder. Petunjuk lain untuk diagnosa DID adalah bahwa, seseorang yang mengalami perkembangan ke arah DID sering memenuhi kriteria diagnosa untuk borderline personality disorder, gangguan bipolar dan kondisi lain yang ditandai dengan ketidakstabilan mental.

Yang menjadi permasalahan adalah konsekuensi hukum pada orang punya kepribadian ganda. Jika penderitanya tidak menyadari apa yang dilakukannya karena ia tidak menyadari perubahan perilaku dalam dirinya, maka jika ia dinyatakan memiliki kepribadian ganda bisa bebas di mata hukum.

Maka itu hingga kini masih terus dicari bukti-bukti kuat untuk mencari penyebab orang berkepribadian ganda.









Sukses Karena Melayani

Di sebuah malam berguntur, tampak sepasang orang tua yang sudah lanjut usia dan kedinginan memasuki sebuah hotel kecil di kota Philadelphia. Keduanya berharap bisa menemukan sebuah kamar untuk menginap. “Maaf bapak dan ibu, kamar di hotel kami penuh, sama dengan hotel-hotel lainnya karena di kota ini sedang ada tiga konferensi besar,” jawab sang penerima tamu.

Setelah diam sejenak, sang penerima tamu ini kembali berujar, “Tapi saya tidak akan membiarkan bapak dan ibu kedinginan di luar pada pukul 1 pagi ini. Maukah bapak dan ibu tidur di kamar saya? Ya, sebuah kamar kecil yang dikhususkan bagi karyawan. Memang tidak seperti kamar hotel namun bapak dan ibu dapat beristirahat dengan tenang di dalamnya.” Semula pasangan itu agak enggan untuk menerima tawaran ini, namun kembali sang penerima tamu ini berkata, “Jangan khawatirkan di mana saya akan tidur. Saya masih muda dan bisa tidur di mana saja.”

Keesokan harinya saat pasangan ini akan pergi, sang pria berujar kepada penerima tamu yang baik hati itu, “Anda seharusnya menjadi bos hotel terhebat di Amerika. Mungkin suatu hari nanti saya akan membangun sebuah hotel untuk Anda.” Sang penerima tamu ini hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih.



Dua tahun kemudian, penerima tamu ini menerima sepucuk surat berikut sebuah tiket untuk berangkat ke kota New York. Pengirim surat tersebut adalah pria tua tersebut. Penerima tamu ini pun berangkat.

Ia dijemput oleh sepasang orang tua yang pernah ditolongnya itu. Mereka kemudian menuju ke sebuah perempatan jalan besar. “Itu,” kata si pria tua sambil menunjuk ke sebuah gedung besar, “adalah sebuah hotel yang saya bangun khusus untuk Anda kelola.”

“Anda pasti bergurau,” kata sang penerima tamu. “Saya jamin, saya tidak sedang bergurau,” kata si pria tua ini sambil tersenyum. Nama pria tua itu adalah William Waldorf Astor dan gedung besar itu adalah Waldorf – Astoria hotel yang pertama. Dan penerima tamu yang baik hati itu adalah George C. Boldt, manager pertama hotel itu.

Cerita di atas kerap membuat saya “merinding”. Betapa tidak, sebuah perubahan besar terjadi hanya karena hati yang mau melayani. Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Martin Luther King, Jr, “Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang digerakkan oleh kasih.” Tapi, benarkah kalau sikap yang mau melayani dapat membawa kita pada kesuksesan hidup?

Suatu hari, saat berada di sebuah bank saya membaca sebuah tulisan di meja petugas customer service: Rule #1: If we don’t take care of our customers, someone else will. Tulisan tersebut seakan menjadi pengingat baginya betapa pentingnya melayani nasabah. Tanyakan kepada banyak perusahaan besar, apa kunci prestasi mereka sehingga perusahaan mereka bisa bertahan di tengah maraknya persaingan bahkan terus bertumbuh. Saya sendiri berani memastikan bahwa salah satu kunci terpenting adalah kesediaan untuk melayani pelanggan. Tidak heran jika tema “kepuasan pelanggan” menjadi begitu penting dalam beberapa tahun terakhir ini. Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya.

Sebenarnya paradigma melayani bukanlah sesuatu yang baru. Lebih dari 2.000 tahun silam, seorang guru spiritual telah mengajarkan bahkan mempraktekkan hal yang sama. Dengan jelas Ia mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menjadi terbesar harus mau menjadi pelayan. “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani,” katanya kepada para muridnya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani? Pertama, pandanglah pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk memuliakan nama Sang Pemberi Hidup. Kedua, pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup Anda akan jauh lebih bermakna. Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, “Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan.”

Ketiga, sadarilah bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita selalu melakukan yang terbaik, kita pasti akan menerima upahnya. Begitu pun sebaliknya! Sayangnya, para karyawan sering tidak menyadari kalau para pelangganlah yang menggaji mereka, bukan sang pemilik atau pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya mereka kerap mengabaikan suara dan keluhan pelanggan. Padahal jika pelanggan diperlakukan dengan baik, semua akan menuai keuntungannya. Selamat melayani






Tips Dan Trik Mendekati Wanita


Langkah-Langkah pertama yang harus dilakukan:

* Cobalah mulai melakukan pembicaraan dengannya, bicara dengan penuh percaya diri, tapi jangan berusaha untuk keren, sok pintar, sok tahu atau jaim (jaga image), biasa aja dulu.
* Mungkin awal percaya diri kamu palsu tapi dia akan merespon kamu secara alami.
* Latihlah terlebih dahulu dengan cewek yang lain. Ada dua opsi disini: antara cewek yang sudah kamu kenal dan kamu anggap dia mudah didapat, atau orang yang belum kamu kenal tapi kamu merasa pede dengannya. Latihlah hal ini, toh tidak apa-apa kalau gagal karena dia bukan target utama kamu kan? Pelajari bagaimana responnya, tingkahnya dan terus tingkatkan ke-pede-an kamu.
WARNING!! Jangan buat mainan yaa!! Jangan sampai dia jatuh hati denganmu karena ingat! Dia hanyalah teman berlatihmu.
* Lemparkan humor atau lelucon ringan, lelucon dapat menghangatkan suasana, atau kalau kamu melihat cewek itu sok pintar, kamu sebaiknya pura-pura bodoh dan terus perhatikan ucapannya sambil mengangguk-angguk, si cewek akan berpikir kamu adalah pendengar yang penuh pengertian.
* Perlihatkan dan pastikan bahwa kamu menguasai apa yang kamu ucapkan, jangan coba-coba bercerita yang bukan dirimu atau terlalu kamu lebih-lebihkan. Hindari kata “aku” yang terlalu sering. Perbanyaklah kata “ooohh gitu ya..” atau “hmmm… kamu betul…”
* Kalau kamu terpeleset dengan kata-kata yang menjebak, alihkan itu dengan lelucon dan jadikan sebuah humor baru dari kondisi tersebut. Gak perlu stress tapi smart and fun.
* Duduk dekat dengannya dan jaga jarak kira-kira 2 kursi, jangan menatap dari leher ke bawah, tapi coba tatap mulutnya yang sedang berbicara.
* Jangan terlalu sering bercanda, perhatikan jika lelucon kamu di balas dengan senyum palsu. Jika dia tersenyum tanpa menggerakkan otot-otot pada matanya dengan jelas berarti itu palsu.
* Pelajari tatapan dan arah matanya saat berbicara, jika dia memandang ke kanan atas berarti sedang berpikir tentang masa depan begitupun sebaliknya jika memandang ke kiri bawah, masa lalulah yg sedang menjadi pikirannya.
* Jangan terlalu memaksa untuk mengajaknya bicara, jika tiba-tiba dia harus pergi, kamu gak perlu terlalu kaget dan melompat sambil berkata “Oke… Oke… sampai ketemu ya…” tapi santai saja dan katakan “Asik ya ngobrol sama kamu, kapan-kapan kita ngobrol lagi ya? Ok.. byee…” sambil berikan perhatian dan hindari “jutex” atau pura-pura ga butuh. Kamu butuh dia kan??

Tips Penting:

* Pastikan kamu tidak bau badan, bau mulut atau terlalu wangi
* Pakaian yang sopan, tidak kumal karena kamu kan ingin dia perhatikan. Dan be funny, charming.
* Rambut rapi dan sikat gigi, ber-shampoo-lah yang memiliki harum lembut. Cewek menilai cowok dari baunya juga lho…!
* Jangan menguasainya, apalagi kalau dia terlalu menawan dan amat seksi… Ingat kamu berusaha mendapatkannya bukan membuat dia takut padamu.
* Perhatikan isi kantong kamu. Jangan pernah coba merayu cewek cantik tapi kantong kamu kosong. Jaman sekarang semua dinilai dengan materi, bagaimana dia percaya kamu mau ajak nonton atau kencan kalau kamu bokek?

PERINGATAN !!

* Bersiap-siaplah kalau ditolak tapi jangan sampai ditolak mentah-mentah. Penolakan terjadi pada siapa saja bahkan Tom Cruise sekalipun sering ditolak.
* Jangan sampai dia tidak tertarik sama sekali dengan kamu. Pelajari dia baik-baik, perlu waktu dan jangan terburu-buru. Pelajari, selidiki dan perhatikan.
* Jangan mengajaknya berdua saja dengan kamu pada awal kencanmu, tapi pertemukanlah pada teman-temanmu dan ajak mereka semua jalan bareng. Keakrabanmu dan nilai kamu di mata teman-temanmu dapat bernilai tinggi bagi cewek cantik idamanmu.







Efek Korban Rasisme Sama Seperti Trauma


Rasisme adalah tindakan membedakan perlakuan terhadap orang karena perbedaan etnis dan warna kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasisme mempengaruhi kesehatan mental orang dewasa kulit hitam di Amerika Serikat, sama seperti halnya trauma.
Di Amerika Serikat yang notabene mengagungkan kebebasan individu dan persamaan hak, isu rasisme masih banyak dijumpai sampai sekarang.

Hasil penelitian menyimpulkan rasisme dan trauma memiliki efek somatisasi (tekanan psikologis yang mengakibatkan rasa sakit atau gangguan kesehatan fisik), menjadi terlalu peka, dan menyebabkan kecemasan. Semakin besar tekanan berkaitan dengan rasisme, semakin besar tekanan mental yang dialami.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Counseling Psychology dengan melakukan pemeriksaan dari 66 penelitian sebelumnya yang melibatkan lebih dari 18.000 orang dewasa kulit hitam.

Hasil penelitian ini menegaskan bahwa hubungan antara kesehatan mental dan rasisme dapat menyebabkan kesenjangan kesehatan fisik antara warga yang berkulit hitam dengan warga lain dari berbagai ras dan etnis.

“Hubungan antara rasisme yang dirasakan dengan depresi dan kecemasan cukup kuat. Hal ini merupakan peringatan bahwa rasisme mungkin berperan penting dalam perbedaan kondisi kesehatan antara orang kulit hitam dan orang kulit putih di Amerika Serikat,” kata penulis penelitian, Alex Pieterse dari Universitas di Albany, State University of New York

“Sebagai contoh, orang Afrika Amerika (berkulit hitam) memiliki tingkat hipertensi (tekanan darah tinggi) yang lebih tinggi, kondisi serius yang telah lama berhubungan dengan stres dan depresi,” imbuh Pieterse seperti dilansir Health24.com.







Berkantor di Rumah Sendiri Malah Lebih Mudah Stres


Berkat adanya internet, banyak orang memilih bekerja dari rumah dan mengiranya akan lebih santai karena tidak ada yang mengawasi. Namun menurut penelitian, tingkat stres pada orang yang berkantor di rumah sendiri justru lebih tinggi.
Anggapan bahwa bekerja dari jarak jauh akan menjauhkan para karyawan dari tekanan di lingkungan kerja atau para atasan tidak sepenuhnya benar. Tekanan atau stres juga bisa datang di lingkungan rumah tangga, khususnya yang tidak pandai membagi perhatian.

“Ini masalah serius. Ketika Anda ada di rumah, orang-orang terutama keluarga akan berpikir Anda siap mengerjakan urusan rumah tangga,” ungkap Prof Timothy Golden, psikolog dari Rensselaer Polytechnic Institute di New York seperti dikutip dari Telegraph.

Akibatnya menurut Prof Golden, para karyawan yang berkantor di rumah justru lebih sering bekerja dalam durasi yang lebih lama dibandingkan saat di kantor. Karena mengalami kelelahan secara psikologis, akhirnya daya tahan tubuhnya juga terpengaruh lalu mudah terkena penyakit.

Pendapat Prof Golden ini didasari oleh hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 316 karyawan yang berkantor di rumah atau disebut sebagai tele-worker. Para partisipan berasal dari sejumlah perusahaan komputer di Inggris, yang memilih kerja di rumah dengan harapan lebih fleksibel.

Bekerja sebagai tele-worker memang tengah menjadi tren di Inggris, jumlahnya makin meningkat seiring makin mudahnya mendapatkan koneksi internet. Selain karyawan perusahaan besar, tren ini juga dilakukan oleh orang-orang yang berwirausaha dan belum sanggup menyewa kantor di gedung.

Bagi yang memang terpaksa berkantor di rumah sendiri, Prof Golden menyarankan untuk membuat batasan yang tegas antara pekerjaan dengan urusan rumah tangga. Jika perlu, sambungan telepon juga dibedakan agar tidak terganggu orang-orang yang mengajak ngorol saat sedang beker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar