Powered By Blogger

Rabu, 11 Januari 2012

MOTIVASI ALA PAK MARIO

Mario Teguh Golden Ways 22 November 2009 : Menjadi Bintang Bagi Negeriku



resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 22 November 2009, dengan Topik “Menjadi Bintang Bagi Negeriku”. Program MTGW kali ini adalah edisi spesial Ulang Tahun MetroTV. Pada episode yang disiarkan secara live ini, dihadirkan tamu spesial; yaitu Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Bp. Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD. Dalam kesempatan ini banyak pelajaran berharga yang di share oleh Bapak Mahfud MD. Berikut resume lengkap yang bisa kami catat:

Banyak orang memimpikan menjadi bintang, tetapi tidak setiap orang berkesungguhan menjadi bintang. Yang menjadi alasan bagi sebagian masalah dalam kehidupan kita adalah besarnya rentang antara yang kita lakukan dan yang benar2 yang bisa kita lakukan.

Kalau pekerjaan Anda hanya menggunakan 5% dari seluruh potensi Anda, jangan harapkan kehidupan yang 100% nilainya. Banyak orang menunda bekerja keras, dia akan bekerja keras kalau nanti digaji lebih, kalau bekerja diperusahaan yang lebih baik dsb. Ada juga yang menyimpan tenaganya kalau atasannya lebih baik.

Mengapa Kita menggunakan standar yang rendah sebagai pembatas bagi pertumbuhan Kita?. Kita bicarakan sekarang mengenai kekuatan yang menjadi bukti dari semangat; yaitu disiplin. Disiplin adalah jalan kebesaran pribadi. Seseorang yang malas tetapi sudah disiplin untuk bekerja, akan rawe2 rantas malang2 putung bekerja. karena orang2 yang hebat adalah yang bisa menjaga sebaik-baiknya sikap dalam seburuk-buruknya keadaan.

Bukti adanya suatu kepemimpian yang baik adalah sungai yang bersih. Tidak mungkin seorang pemimpin yang kuat dan berkuasa mengijinkan tanda kesurgaan kita didunia ini kotor.

Surga itu dipimpin oleh Tuhan, itu sebabnya sungai2 yang mengalir dibawahnya itu indah. Hanya kita yang membiarkan sungai2 kotor itu mengalir didepan kantor2 kenegaraan. Maka bukti kepemimpinan itu baik, adalah sungainya bersih. Karena sungai itu separuh dari tanah air, apa mungkin sungai itu akan bersih kalau tanahnya dibiarkan kotor?. Maka jadilah pemimpin yang sebetulnya, yang memelihara alam.

Mahfud MD:
Orang menganggap bahwa saya ini sukses, tetapi sebenarnya memang inilah seharusnya yang saya capai. Karena sejak kecil, saya dibiasakan hidup untuk selalu terarah.

Disiplin itu bukan hanya tepatnya waktu, tetapi apa yang dipikirkan untuk kita capai, harus menjadi orientasi dari setiap langkah kita. Itu sebabnya saya tidak mau tersandera dari tujuan yang akan saya capai itu. Misalkan, saya menjadi Hakim ini harus menegakan kebenaran dan keadilan, saya tidak boleh tersandera misalnya dengan terlanjur menjanjikan sesuatu kepada seseorang. Atau saya mendapatkan sesuatu secara tidak sah, orang akan menyandera saya. Orang ini akan mendikte saya dalam pengambilan keputusan dalam kasus peradilan. Itulah sebanya saya selalu menjaga dari penyanderaan2 ini.

MT:
Orang yang jalannya lurus akan lebih cepat sampai. Dan nurani kita akan berbunyi kalau kita tidak lurus.
“Kalau mau jadi raja jangan pikirkan yang lain”
Seperti yang Pak Mahfud sampaikan, yang kita inginkan; pikirkan itu, dan itu menjadi kunci menuju kebesaran pribadi yang dijamin dengan disiplin yang kuat.

Mahfud MD:
Saya selalu berusaha untuk berbuat lurus.
Memberikan ide terhadap lingkungan sekitar, dan kita sendiri konsekuen dengan gagasan itu. Tidak bisa Kita mengatakan sesuatu, dan sebetulnya Kita bisa melakukannya sendiri, tetapi kita tidak melakukannya, melainkan hanya menyuruh orang lain. Sikap konsekuen ini akan menimbulkan kepercayaan kepada orang lain, sehingga apapun yang kita katakan berpengaruh.

Bahkan kadangkala orang lain ketika akan melakukan sesuatu itu, harus menunggu Kita terlebih dahulu yang melakukan. Karena orang sangat percaya kepada kita, sehingga orang menjadikan kita sebagai referensi dalam banyak hal. Hal ini hanya akan terjadi kalau kita sejak awal selalu konsekuen dalam setiap langkah kita.

MT:
Mahfud MD yang muda mengangkat beberapa orang untuk naik dalam lingkungannya yang kecil, sampai dia dipercaya lingkungannya yang besar untuk dipimpin. Beliau waktu itu mengangkat lebih banyak orang dalam jabatannya. Jadi beiau memperbesar lagi wilayah pelayanannya. Sehingga beliau dipercayai untuk memimpin yang lebih besar.

Mahfud MD:
Indonesia kalau diibaratkan sebuah hotel, jika dilihat dari segi kekayaannya selevel bintang 5 atau bahkan lebih. Tetapi kalau dilihat dari segi managemen-nya; bukan management hotel bintang 5, tetapi managemen hotel melati.

MT:
Resources kita itu sudah sedemikian kaya. Banyak negara yang tidak sekaya kita bisa membangun dengan baik. Jadi kendala negara kita adalah masalah pengelolaannya.

Mahfud MD:
Dalam managemen desain mental. Saya selalu menghadapai itu dengan tenang. Dicerna dulu masalah yang kita hadapi, baru kita sikapi. Adakalanya kita dihadapkan pada kondisi, yang mengharuskan kita menghadapinya dengan keras, tetapi adakalanya kita juga harus menghadapinya dengan tenang dan santai. Sehingga kita lihat terlebih dahulu situasinya saja. Dari sini kita bisa menentukan sikap apa yang harus kita ambil, sikap keras, sikap santai atau harus dibiarkan saja.

MT:
Kalau dalam bahasa tukang kayu. Tukang yang mempunyai alat-nya hanya palu, dia akan memperlakukan segala sesuatu seperti paku. Jadi jangan gunakan satu alat untuk berbagai keadaan.

Mahfud MD:
Kita itu akan berkesempatan menjadi bintang kalau suasananya sedang kacau balau. Kalau sudah terang benderang, dan bintangnya sudah banyak, kebintangnya tidak akan begitu kelihatan.

Maksudnya bukan berarti saya berharap negara ini tetap kacau balau, sehingga kita kelihatan menjadi bintang, tetapi kalau situasi sedang kacau dan tidak menentu, kemudian kita tampil disitu dengan solusi dan penuh integritas, serta penuh ketulusan, saya kira dengan sendirinya akan menjadi bintang. Meskipun saya tidak pernah merasa menjadi bintang.

Mahfud MD:
Apakah liberalisme itu sebaigai alat untuk kesejahteraan rakyat?, sudah pasti tidak. Karena pancasila itu mengkonsepkan untuk menolak liberalisme atau individualisme, tetapi juga bukan komunisme. Disinlah bertemu antara perlindungan hak2 individu dengan kepentingan hajat hidup orang banyak.

Memang tidak mudah penerapannya dalam kehidupan nyata, dalam prakteknya suatu pemerintahan itu kadang bergeser ke kiri, condong ke liberalisme dsb. Tetapi kita bisa menemukan titik temu diantara itu, dan hal ini bisa tidak menimbulkan masalah, manakala para pemimpinnya itu menyelenggarakannya dengan niat yang baik. Sehigga jika terpaksa kekanan itu bukan sesuatu yang harus disengaja, atau jika terpaksa ke kiri, itu hanya kebutuhan situasi.

Perihal munafik. Memang banyak pemimpin kita itu mempunyai sifat munafik. Munafik itu artinya berbeda mengenai apa yang dilakukannya dengan apa yang dikatakan. Tetapi saya masih yakin, banyak pemimpin2 kita ini yang munafik karena terpaksa.

Munafik karena terpaksa itu adalah kemunafikan yang timbul karena struktur. Misalkan sebetulnya dia itu orang baik, tetapi atasannya tidak baik, sehingga kalau dia tidak mengikuti atasannya karir dia bahaya, keluarga diapun dalam bahaya, sehingga dia terpaksa untuk munafik.

MT:
Hubungan antara iman dan harga diri, yang paling sederhana adalah kalau kita itu kekasih Tuhan, apa yang tidak akan Tuhan lakukan untuk kita sebagai kekasihnya?. Jadi kalau ingin menjadi pribadi yang harganya tinggi, pandangannya dihormati orang, kata2nya didengarkan, prilakunya diteladani; itu kita harus menjadi pribadi yang prilakunya sedekat mungkin dengan kepemimpinan yang diinginkan Tuhan.

Mengenai keadaan sekarang, kita sebagai bangsa Indonesia, harus bisa membedakan dua hal. Yang senang melihat pemimpin jatuh itu politisi, negarawan ingin menyelamatkan negara. Jangan korbankan kemuliaan negara, hanya karena keinginan kita untuk berkuasa, atau paling tidak orang tidak berkuasa. Cari jalan baiknya, hentikanlah proses untuk mencari siapa yang salah, lalu berfokus apa yang bisa kita lakukan lebih baik.

Mahfud MD:
Karakter itu bisa jadi ada kaitannya dengan budaya. Dan ada yang mengatakan bahwa budaya kita itu budaya korup. Hal ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita percaya. Karena kalau kita percaya bahwa ini budaya kita, berarti ini sulit untuk diperbaiki keculai kita harus menunggu dalam waktu yang cukup lama. Karena kalau budaya itu akan terjadi secara terus menerus.

Ternyata dalam penelitian yang pernah saya lakukan maupun orang lain lakukan, hasilnya tidak demikian. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh ‘Sebastian Pompe’ tentang Mahkamah Agung misalnya, Indonesia itu sebetulnya tidak mempunyai budaya korup. Korupsi itu baru timbul sejak 1974 di pengadilan itu. Dan sesudah saya buktikan ternyata benar, kalau berjalan mundur dari 1974, 1973, 1972 sampai 1945 korupsi itu tidak ada, mafia peradilan seperti sekarang itu tidak ada.

Hasil penelitian saya, di tahun 1950-an kita itu tidak punya karakter seperti itu. Pengadilan itu pada umunya bersih, paling ada korupsi kecil2, seperti di kantor orang mengambil kertas, karena anaknya di sekolah memerlukan kertas. Tetapi kalau yang korupsi sekarang ini, adalah korupsi karena serakah, bukan karena orang miskin.

Jadi kalau kita berkaca pada tahun 50-an, mental korupsi ini hanya bisa diselesaikan kalau kita punya pimpinan yang tegas dan punya integritas yang bersih. Dirinya sendiri ketika untuk mendapatkan jabatan juga harus bersih, sehingga tidak harus mebayar apapun, dan tidak bisa ditekan oleh siapapun ketika dia menjabat.

Mahfud MD:
Marilah kita menjadi manusia, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan. Manusia itu punya hati, yang digunakan untuk memahami dan melaksanakan kebenaran. Manusia juga punya telinga, digunakan untuk mendengarkan kebenaran. Dan punya mata, digunakan juga untuk melihat kebenaran.

Kata Tuhan, kalau manusia punya hati yang tidak digunakan untuk menerima kebenaran, punya mata yang tidak digunakan untuk melihat kebenaran, dan punya telinga yang tidak digunakan untuk mendengar kebenaran, maka manusia ini ibarat binatang. Oleh sebab itu untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, mari kita bangun diri kita menjadi manusia yang benar, jangan hanya menjadi seperti binatang.

MT:
Bagi orang yang disiplin, semangat itu sesuatu yang bisa diabaikannya. Karena seoarang yang disiplin mempunyai keteraturan. Kekuatan didalam keteraturan itu untuk menjadikan dirinya sebesar yang dia inginkan.

Disiplin adalah jalan kebesaran pribadi, dan displin yang utama dalam kehidupan ini adalah setia kepada yang benar. Hanya orang yang berada dalam kebenaran yang hidupnya benar, yang menjadi pribadi yang dimuliakan Tuhan dan sesama.

Anjurannya:
Setialah pada yang benar, maka dahulukanlah keteraturan melakukan sesuatu yang berguna dan menguntungkan orang lain. Lalu perhatikan apa yang terjadi.

Demikian resume dari acara Mario Teguh Golden Ways dengan Topik “Menjadi Bintang Bagi Negeriku”. Jika sekiranya didapati kekurangan – suatu kebahagiaan bagi kami, apabila sahabat sekalian berkenan mengoreksi serta menyempurnakannya.










Sepatu Si Bapak Tua

Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota. Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi.

Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si bapak tua, ”Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?” Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ”Supaya siapa pun yang
menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.”

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-
mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu — termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi — adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan.

Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda
bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian
kebahagiaan Anda.

Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah.

Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya.

Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur.

Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi ”perpanjangan tangan” Tuhan. Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan ”titipan” Tuhan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.

Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang.

Semua orang akan merasa menang, tak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.

Sebagai penutup, ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak:

”Engkau tidak pernah memiliki sesuatu,
Engkau hanya memegangnya sebentar,
Kalau engkau tak dapat melepaskannya, engkau akan
terbelenggu olehnya.
Apa saja hartamu, harta itu harus kau pegang dengan
tanganmu seperti engkau menggenggam air.
Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas. Akulah itu sebagai milikmu
dan engkau mencemarkannya.
Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya”.










Mario Teguh Golden Ways 15 November 2009: Salah Berhasrat

resume dari acara Mario Teguh Golden Ways MetroTV, edisi 15 November 2009, dengan Topik “Salah Berhasrat”. Berhasrat yang baik adalah berhasrat bagi derajat terbaik. Derajat terbaik ini adalah dengan menjadi sebaik-baiknya manusia. Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Berikut resume lengkap yang bisa kami catat:

Hasrat yang akan dibahas disini akan difokuskan pada hasrat yang baik, karena hasrat tidak boleh dipakai untuk menggantikan kata nafsu. hasrat dengan nafsu akan sangat berbeda sekali, karena hasrat adalah keinginan yang memajukan.

Hanya ada tiga hasrat yang memajukan, yang dijadikan standar dalam pengejaran kita:

- Hasrat bagi Kedudukan

- Hasrat bagi Pangkat

- Hasrat bagi Derajat

Dalam pengejaran yang ada di masyarakat, mulai dari pemilu caleg sampai pemilu presiden semuanya bermuara pada ketiga hasrat ini.

Kedudukan bukan hanya menjadi seorang kepala desa, gubernur dsb. Kedudukan itu termasuk permintaan seorang pria kepada seorang wanita untuk menjadi suami atau meminta untuk diangkat anak, juga disebut sebagai kedudukan.

Kedudukan ini betul2 seperti kosong dari syarat. Karena kalau saya sangat berwenang, saya bisa mendudukan siapapun disuatu tempat. Meskipun diprotes banyak orang, tetapi orang itu akan duduk ditempat itu meskipun kosong dari kesesuaian.

Pangkat agak berbeda dari kedudukan, karena mensyaratkan mencapai kualitas dalam sebuah kelompok. Seperti untuk mencapai pangkat Jendral tidaklah sembarangan, ada kualitas2 yang harus dibuktikannya didalam suatu kelompok untuk mencapai tingkat tersebut.

Kesemua ini akan menjadi hasrat kita untuk mencapai kedudukan seperti menjadi seorang menteri atau seorang Presiden. Atau hasrat tinggi seperti ingin menjadi seorang Jendral.

Tahap ketiga adalah derajat. Derajat itu adalah tingkat manusia dihadapan Tuhan. Kalau dua point sebelumnya, kedudukan dan pangkat adalah tingkat manusia dihadapan manusia, sementara derajat adalah yang membedakan kita.

Sehingga sebuah kedudukan akan menjadi utuh apabila diduduki oleh seorang yang berpangkat tinggi dan yang berderajat tinggi.

Orang-orang yang mau tahu komponen pembentuk diri yang mudah berderajat tinggi, harus memperhatikan:

Pertama, memiliki didalam dirinya kebenaran. Sesuatu yang ketepatannya disampaikan langsung oleh Tuhan dan tidak ada diskusi mengenai interpretasinya, disemua umat, disemua budaya, disemua bangsa akan sama.

Kedua, yang terkadang dilupakan orang adalah penampilan. Orang bilang itu palsu, tetapi apapun yang bisa palsu, bisa juga asli. Penampilan itu mewakili 90-93% dari kesan yang dibangun kepada orang lain, sementara yang dikatakan hanya mewakili 7-10% saja. Orang akan dibedakan dari penampilannya.

Ketiga, dari Pikirannya. Dipertajam, diperluas,diperdalam, dibersihkan

Keempat, dari Hatinya. Dilunak-kan, dilembutkan dengan kasih sayang.

Kelima, Pembuktian dari semua ini adalah tindakan. Tidak ada kepalsuan apabila sudah mencapai tahap tindakan. Karena banyak orang bicaranya kurang, tetapi tindakannya keras sekali, mengenai kesetiaannya kepda yang benar, kesetiaannya menampilakan yang baik, berpikir baik dan merasa baik.

Berhasrat yang baik adalah berhasrat bagi derajat terbaik. Derajat terbaik ini adalah dengan menjadi sebaik-baiknya manusia. Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Jadi kalau mau berlomba, bukan berlomba memperebutkan kedudukan, karena sudah banyak terbukti, kedudukan yang diisi oleh orang yang tidak berderajat, akan mudah diturunkan. Bukan diturunkan dari kedudukannya, tetapi diturunkan derajatnya, sehingga orang kecil disekitar kita bisa menasihati orang yang berkedudukan tinggi, kalau yang berkedudukannya tinggi tidak memelihara derajatnya. Dan derajat yang terbaik adalah derajat yang menjadikan kita bermanfaat bagi orang lain.

Jadi semua pengembangan diri dan hasrat kita harus menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang2 terdekat. Mudah2an tumbuh kepada sejauh2 orang, bahkan kepada yang tidak mengenal kita.

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang berbeda keinginannya. Kebutuhan untuk makan itu sama, tetapi pilihan menunya itu keinginan.

Setiap orang ingin mencapai kedudukan yang tinggi dalam hidup, tetapi lupa kedudukan itu bukan kedudukan derajat. Dia hanya kedudukan sebagaimana didikan selama ini kepada kita.

Bahwa menjadi gubernur itu tinggi, menjadi walikota itu tinggi, tetapi kita lupa didikan kepada anak2 untuk menjadi orang jujur, menjadi orang amanah, menjadi orang bersih. Hal ini lebih tinggi dari semua kedudukan yang ada di negara ini.

Biasanya orang yang merasa pasangannya tidak cocok, dia tidak melihat dirinya bahwa dia juga tidak cocok bagi pasangannya. Karena ketidak cocokan tidak bisa hanya satu pihak saja, tetapi dua2nya. Tanggung jawab pertama yang merasa pasangannya tidak cocok adalah menjadi sebaik-baiknya suami, atau sebaik-baiknya istri sebelum berani mengomentari orang lain.

Untuk mengelola hasrat agar tetap posistif, pertama kali ingatlah bahwa kita harus jadi orang baik. Dan formula dari baik adalah benar + santun.

Orang benar yang tidak santun, membuat orang membenci kebenaran, karena cara menyampaikannya merendahkan orang lain. Orang santun yang tidak benar itu akan menyebalkan, seperti semua penipu, sangat santun tetapi tidak benar. Jadi jangan lupa, kita harus jadi orang baik, dan dua langkahlnya, yaitu setia kepada yang benar dan penuh hormat kepada orang lain.

Lingkungan akan mempengaruhi kita sejauh ijin kita kepada lingkungan untuk mempengaruhi kita. Pribadi yang lemah mengijinkan lingkungan mewarnainya, sementara pribadi yang kuat mempengaruhi lingkungan berubah warna. Dia tidak menunggu pemimpin menjadi baik, tetapi dia membaikkan diri, karena tugas pemimpin itu membaikkan.

Cara mengubah nafsu menjadi hasrat yang baik adalah dengan mengembangkan cara2 untuk selalu menjadi pribadi yang menarik. Terutama laki2 itu adalah mahluk yang pembosan dan membenci yang rutin. Jadi kalau seorang suami melihat istrinya memakai bajunya itu2 saja, dengan penampilan seadanya, mana mungkin suami tertarik. Jadi istri harus mengupayakan penampilan dengan cara baru dengan penampilan sebaik mungkin. Ingatlah jangan buat orang lain bosan.

Menjadi orang yang sangat ambisius itu harus. Yang tidak disukai orang adalah ambisi anda menjadikan mereka terancam. Kalau ambisi anda menjadikan orang besar yang mempengaruhkan kebaikan, anda akan didukung semua orang yang hidupnya perlu diperbaiki.

Jadi berambisilah, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maka berambisilah untuk menjadi orang pandai, jadi orang berpengaruh, jadi orang kuat, jadi orang yang setia kepada yang benar, dan tegas memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan.

Anda akan dicintai kalau keegosian anda adalah untuk membahagiakan orang lain. “Perhatikan aku, yang aku lakukan ini baik unutukmu. Dengarkan aku, ini penting bagimu. Lihatlah aku karena ini bermanfaat untukmu”. Jadilah orang yang egonya adalah untuk mengangkat orang lain.

Pengertian adalah ilmunya kehidupan. Orang yang mengerti, hidupnya akan baik. Orang yang berlaku tidak baik karena dia tidak mengerti. Apapun pendidikannya, kalau dia tidak baik, berarti dia belum mengerti.

Karena perilaku adalah wajah dari ilmu. Orang yang berilmu baik, perilakunya baik. Jadi hasrat yang baik itu berasal dari pengertian yang baik. Bahwa dia bertugas untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan. Lalu dia menghadap ke Tuhan, “terimakasih Tuhan atas penggunaan yang Engkau berikan atasku”.

Bagi anda yang selama ini menunda berlaku berani karena takut salah, anjurannya, bertindaklah yang berani sampai anda salah. Karena cara untuk mengetahui anda benar, adalah anda melakukan dan terbukti salah. Orang hebat adalah orang yang mencoba kemudian salah, dan terus mencoba lagi sampai dia benar. Orang yang cepat salah dia akan cepat benar.

Hasrat yang indah sekali adalah ikhlas dalam kebaikan. Jadi kalau dia ditipu, dia berkata, “yang dilakukannya untuk menipuku tidak akan memiskinkanku, karena rizkiku dipelihara Tuhan. Tapi mudah-mudahan yang ditipunya dariku baik baginya”. Coba banyangkan ini, padahal kalau kita ditipu akan mendo’akan supaya dia kewalat.

Kalau terjadi fitnah kepada kita, maka terimalah. Karena pemuliaan juga dari Tuhan, dan direndahkannya kita oleh orang lain, juga diijinkan Tuhan terjadi. Tetapi derajat kita dalam pemeliharaan Tuhan.

Orang-orang yang ikhlas dalam kebaikan, tidak akan bersahabat dengan orang2 yang berburuk perangai, sehingga tidak akan berhutang keburukan. Kalau bergaul dengan orang baik, kita berhutang budi. Karena kita harus membayar, maka kita harus berbudi baik.

Itu sebabanya kita diajarkan untuk bergaul dengan orang2 baik. Lalu perhatikan orang2 yang bergaul dengan orang buruk, lalu berhutang keburukan, dia akan ditunjukan keburukannya saat dia berada dikedudukan2 yang paling paling kelihatan.

Agar kita yang baik2 ini mensyukuri pergaulan baik, sehingga kalau kita harus berhutang, akan berhutang kebaikan, karena membayarnya menjadikan kita orang baik.

Terkadang kita terbiasa melakukan sesuatu dengan kredit. Seperti kalau mengejar pangkat dan kedudukan, pangkat dan kedudukannya belum dicapai, tetapi sudah sombong dulu. Jadi, orang yang belum mencapai kedudukan dan pangkat, tetapi sudah berlaku sombong, akan mempersulit pencapaian hasratnya, karena orang akan membatalkannya.

Itu sebabnya jangan dahulu disampaikan kepada orang lain anda ingin jadi apa, kecuali orang itu siap membantu. Kalau tidak, anda sedang menyiapkan banyak orang, untuk mengganggu rencana2 anda.

Khalil Gibran pernah berkata “Sakit hatimu itu adalah robeknya kulit atau cangkang, yang membungkus pengertian”. Sehingga kalau kita berbuat salah, maka Tuhan akan membuatnya sakit, dan kalau kita salah lagi, maka akan dibuat sakit lagi, dan begitu seterusnya. Tuhan akan terus bersabar, jadi kalau kita berbuat salah terus, Tuhan akan tetap layani, tetapi masalahnya umur kita sangat terbatas.

Sehingga setelah sakit hati, jangan lakukan yang sama, termasuk kesalahan orang lain. Situasi adalah komponen pembentuk sejarah. Yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir ini adalah pelajaran supaya kita menjadi pemimpin, bagi sejarah Indonesia dimana nanti kita memimpin. Supaya kita tidak lagi mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh orang2 sebelum kita.

Membalas suatu keburukan itu diperbolehkan, tetapi kita harus bijak. Cek dulu, kalau kita membalas, apakah dia bisa membalas lebih keras atau tidak?.

Kita itu diijinkan membalas, tetapi akan lebih baik bagi kita kalau kita bisa memaafkan. Kalau orang berbuat salah kepada kita, kemudian kita balas dengan perlakuan yang sama, kita itu hanya bisa menurunkan orang.

Tetapi kalau kita memaafkan, dan tetap menyayanginya, Tuhan yang membalasnya. Tetapi prilaku Tuhan dalam membalas itu dengan mengangkat orang. Tuhan itu memuliakan orang supaya dia jadi lebih baik. Kalu kita justru merendahkan.

Jadi sebetulnya kalau kita memaafkan, berarti kita dalam tanda petik telah megijinkan Tuhan memperbaiki orang. Jadi orang memaafkan itu baik sekali, karena membatalkan haknya untuk membalas, dan memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk memperbaiki orang ini.

Kita dalam semua keraguan dan penderitaan kita, atau keluhan kita dimalam-malam yang kurang tidur itu, adalah pertanyaan kita kepada Tuhan mengapa aku belum disejahterakan seperti mereka, mengapa aku belum ditinggikan pangkatku seperti mereka, dan belum diperbaiki kedudukanku seperti mereka. Tetapi kita jarang sekali lapor ke Tuhan “Tuhan, aku bulan ini masih belum banyak berguna bagi lebih banyak jiwa, untuk lebih banyak kebaikan”.

Sebetulnya orang jarang sekali minta pendapat, orang itu pada dasarnya minta disetujui. Itu sebabnya jika anda menyetujui orang yang minta pendapat dia akan cepat damai.

Mudah2an pembicaraan kita mengenai hasrat, meletakan kesadaran kita mengenai hak kita untuk menjadikan pribadi yang kedudukannya setinggi mungkin, supaya bisa mengharuskan kebaikan, dan mencegah terjadinya keburukan.

Berpangkat tinggi supaya kita tahu kelas dan upaya kita dilingkungan kita. Dan kita membangun derajat yang tinggi, supaya kita diletakan dijenjang-jenjang yang tinggi dihadapan Tuhan.

Kalau Tuhan saja sudah menghormati kita, mahluk apa lagi di muka bumi ini yang tidak akan tunduk dan mendengarkan kita dengan penuh kasih sayang?.

Jadi kalau begitu, bagaimana kalau kita menghasratkan diri bagi peningkatan derajat, melalui perbaikan isi pikiran, perbaikan isi hati, dan perbaikan kualitas tindakan kita.

Marilah kita menjadi pribadi yang hidup ikhlas dalam kebaikan. Lalu perhatikan apa yang terjadi.

Demikian resume dari acara Mario Teguh Golden Ways dengan Topik “Salah Berhasrat”. Jika sekiranya didapati kekurangan – suatu kebahagiaan bagi kami, apabila sahabat sekalian berkenan mengoreksi serta menyempurnakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar